Tirai Keempat Puluh Enam

1.4K 171 111
                                    

Akan ada masa dimana kamu ingin melepas rindu, tetapi aku sudah memilih untuk berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akan ada masa dimana kamu ingin melepas rindu, tetapi aku sudah memilih untuk berlalu.
---Krist---


















***Di Balik Tirai Pengantin***




















“Siapa perempuan itu, Singto?”

Singto memandang paman dan bibinya dalam diam. Dia masih tidak berani untuk menatap wajah kakeknya saat ini. ada perasaan takut yang berusaha ditutupinya saat melihat tatapan penuh amarah dari sang jakek kepadanya. Belum lagi tatapan mengintimidasi dari papa mertuanya dan juga tatapan ingin tahu dari mama mertuanya. Semua itu membuatnya menelan ludah susah payah.

“Kakek kamu tanya sama kamu, Singto. Jangan diam saja, nak.” bibi Mook mengingatkan dengan lembut. Di usianya yang sudah menginjak kepala lima ini, belum ada seorang pun keturunan yang bisa ia hadirkan ke dunia. Sehingga mereka sudah menganggap Singto sebagai anak kandung mereka sendiri. Baik bibi Mook dan paman Leuk sangat menyayangi pria itu. Sedari kecil di saat Singto sudah merasakan arti kehilangan kedua orang tua, mereka lah yang selalu merawat dan menjaganya.

Tidak sanggup melihat kekecewaan dari wajah bibi Mook, Singto memalingkan wajahnya. Gerakan tidak sengaja itu membuatnya melihat wajah dari pasangan hidupnya yang terlihat begitu tenang, hampir tanpa ekspresi. Seperti halnya air kolam yang tiada berpenghuni, tenang dan damai. Sungguh berbanding terbalik dengan dirinya yang mirip laut diterpa badai. Jelas saja! Dia yang bersalah di sini, wajar saja kalau Krist justru terlihat tenang seakan tidak ada gangguan apa pun yang akan mengubah ekspresi tak terbacanya.

“Siapa dia, Singto?!” hardik kakek Ming sekali lagi.

Singto menutup kedua matanya lalu menghela napasnya dengan berat. “Aom, Kek.”

“Ya Tuhan, Singto!” teriak bibi Mook yang membuat Singto langsung menundukkan wajah. Walaupun bibi Mook bukanlah ibu kandungnya, tetap saja ada hubungan sedarah di antara mereka. Terlebih, Singto sangat menghormati dan menyayangi sosok wanita paruh baya yang sudah merawatnya sedari kecil. “Jadi, perempuan itu Aom?!”

Krist masih terdiam saat melihat raut terkejut dari paman Leuk dan bibi Mook. Dipandanginya raut wajah papanya yang masih datar. Pria itu ingin sekali tertawa saat ini, karena akar dari semua permasalahan yang ada timbul dari orang yang sialnya harus ia sebut dengan panggilan papa itu. Namun, yang ada dalam hatinya justru merasaan menyesal, karena mamanya juga harus terseret ke tempat ini. Dia tidak ingin melihat wajah sedih mamanya. Terbukti, baru mendengar nama perempuan yang bahkan mungkin mamanya tidak tahu itu, mamanya sudah menahan air mata. Seakan perempuan itu ikut merasakan kesedihan yang tengah di alami oleh anak bungsunya ini.

Di Balik Tirai Pengantin [Singto X Krist] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang