Tirai Ketiga Belas

2.6K 294 92
                                    

Ada yang masih kangen sama cerita ini?

Karena kamu adalah alasan kenapa aku ingin menjadi sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena kamu adalah alasan kenapa aku ingin menjadi sempurna.
---Singto---



*****Di Balik Tirai Pengantin*****



Sehabis dari kuil Shintennoji, malam harinya mereka langsung pulang ke Thailand.

Krist benar-benar tidak mengerti jalan pikiran Singto. Pria yang berstatus sebagai suami palsunya itu benar-benar menyebalkan. Tidak ada angin, tidak ada hujan. Ya, jelas aja, sih. Di Jepang, kan, sedang musim salju. Kalaupun hujan sudah pasti bentuknya butiran salju. Kalo dikeruk kemudian dikasih sirup atau mungkin cairan milo ditambah susu, bakalan enak, nggak, ya?

Fokus Krist, Fokus. Kita lagi ngomongin pria menyebalkan itu, kenapa merepet jadi ke es serut?

Ini benar-benar keterlaluan. Krist sudah merencanakan destinasi liburannya selama tiga hari di Jepang. Mulai dari menikmati Sapporo Snow Festival di Hokkaido, berendam di air panas Mikurigaike dengan latar belakang air terjun Shomyoyang, serta bermain ski di Shiga Kogen. Krist sengaja bangun pagi untuk mengecek tempat wisata menarik di Jepang. Ada banyak, sih, sebenarnya. Cuma karena dia hanya tiga hari berlibur, jadinya Krist mengkerucutkannya menjadi beberapa destinasi. Padahal ia juga ingin sekali ke Niseko.

Dan semua itu hanya tinggal angan saja akibat perintah dari Singto yang entah kenapa ngotot kepengen mereka pulang malam itu juga.

“Kita pulang ke Thailand malam ini.”

Krist hampir tersedak Kushikatsu usai mendengar kalimat yang baru saja terlontar dari mulut Singto. Pria itu berbicara seakan tidak ada beban sama sekali. Lidahnya terjulur keluar sesekali dikecap karena panas dari Kushikatsu. “Malam ini? Kita, kan baru sampe kemarin. Itupun aku capek karena harus ngikutin acara kamu seharian. Kamu, kan, udah janji mau bawa aku ke festival di kuil malam ini?”

Rahang Singto terkatup kuat. Pandangannya menajam menatap Krist yang balik menatapnya emosi. Sekelebat bayangan saat pria itu berpelukan dengan orang lain di depan matanya benar-benar mengganggu pikiran Singto. Dia sadar jika sebenarnya apa yang ia rasakan itu adalah suatu ketidakwajaran. Hanya saja, sangat sulit untuk tidak marah saat melihat seseorang yang memonopoli sesuatu yang sudah menjadi miliknya. Ia yang punya hak atas itu semua. Harga dirinya seolah ditantang saat apa yang sudah jadi haknya, juga bisa dirasakan oleh orang lain.

Eits, tunggu dulu.... seperti ada kekeliruan dalam pemikirannya barusan. Seperti ada kalimat janggal yang semestinya tidak harus diucapkan. Mari kita flashback sebentar.

Haknya? Sepertinya bukan.

Harga diri? Itu juga bukan.

Memonopoli? Hah, kata macam apa itu.

Di Balik Tirai Pengantin [Singto X Krist] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang