Tirai Ketiga Puluh Satu

2K 220 32
                                    

Kamu datang seperti hujan sore tadi, kemudian pergi menyisakan genangan yang tak berarti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamu datang seperti hujan sore tadi, kemudian pergi menyisakan genangan yang tak berarti.
---Singto---















***Di Balik Tirai Pengantin***


















Selesai menyelesaikan laporannya, Singto membalikkan kursinya hingga menghadap jendela kantor. Memperlihatkan kota yang berkilauan oleh cahaya lampu di bawah langit malam. Pria itu enggan pulang walaupun sebenarnya jam pulang kantor sudah lewat dua jam yang lalu. Ia hanya ingin mengistirahatkan tubuhnya yang sangat tidak enak. Usai dapat ceramah dari Jane, Singto memutuskan untuk ke kantor demi menyelesaikan laporan yang harus ia tanda tangani. Meskipun sejak menginjakkan kakinya ke kantor, kepalanya seperti ditusuk-tusuk dan itu membuatnya sedikit tidak nyaman.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Matanya sedikit berbinar berharap jika Krist yang menelponnya. Sayang, semuanya tidak sesuai apa yang ia harapkan. Bukan istrinya yang menelepon. Krist hanya mengiriminya pesan dengan isi yang sama. Hanya mengingatkannya untuk tidak lupa makan masakan yang pria itu titipkan kepada Jane. Singto kembali menghela napas pelan. Mungkin pria itu sudah lelah dengan tingkahnya yang seperti anak kecil karena menghindar terlalu lama.

Apakah ia harus segera berbaikan dengan Krist?

Belum sempat Singto memikirkan apa jawabannya, ponselnya kembali berdering membuyarkan semua lamunannya. Masih memunculkan nama yang sama.

Kakek Cerewet is calling...

“Hallo, ada apa, Kek? Tumben nelpon Singto?”

“Kenapa? Emang Kakek nggak boleh nelpon cucunya sendiri?”

Singto terkikik geli. “Bukan gitu, Kek. Tapi....”

“Kamu dari mana aja, sih? kok lama banget jawab teleponnya?”

“Nggak dari mana-mana kok, Kek. Kakek kenapa telepon?”

“Kamu lagi sakit?”

Mungkin memang benar apa yang dikatakan orang. Biasanya insting seseorang yang sayang sama kita itu sangatlah kuat. Mungkin jika ibunya masih hidup, dia akan menelepon karena khawatir akan keadaannya. Seperti yang Kakeknya lakukan saat ini. “Nggak, Kek. Cuma lagi pusing sedikit aja, kok. Istirahat bentar paling juga bakalan sembuh.”

“Krist udah kasih obat?”

“Hah?” entah kenapa saat mendengar nama istrinya disebut membuat Singto gugup tak menentu.

“Kok malah jadi hah, sih? Kakek nanya Krist udah kasih kamu obat apa belum? Coba, dong. Kasih teleponnya sama cucu menantu Kakek. Kakek kan nggak sempat dateng ke pernikahan kalian karena kondisi Kakek yang lagi sakit. Waktu itu juga Paman sama Bibi kalian pergi ke Thailand malah nggak bilang-bilang sama Kakek. Kakek kan kangen mau ngobrol.”

Di Balik Tirai Pengantin [Singto X Krist] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang