Tirai Kelima Puluh Dua

1.4K 151 33
                                    

Tidak semua perasaan harus diungkapkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak semua perasaan harus diungkapkan. Terkadang ada beberapa perasaan yang sebaiknya disimpan sendiri dan dibiarkan untuk menetap di dalam hati
---Krist---

























***Di Balik Tirai Pengantin***

























“Iya, aku menyesal. Sekarang kamu puas?”

Setelah kalimat itu diucapkan, baik Singto maupun Krist tidak ada yang membuka suara. Bahkan posisi mereka pun tidak berubah sedikitpun. Setelah hampir sepuluh menit keterdiaman itu tercipta, Singto berinisiatif untuk memulai pembicaraan.

“Aku tahu kamu berbohong, Bee.” Singto melangkahkan kakinya sehingga berada tepat di depan Krist. dipegangnya sebelah pipi pria itu dengan sayang. “Maaf. Maafkan orang yang brengsek dan tidak tahu malu ini, Bee. Kalau saja aku jujur sama kamu dari awal, apa semuanya bakal jauh lebih baik, Bee?” tanyanya lelah.

Krist ingin melepaskan sentuhan tangan itu, tapi tenaganya tiba-tiba hilang tanpa sebab. Singto tidak menahannya hingga membuatnya kesakitan, tapi tetap saja ia tak memiliki kekuatan untuk menggerakkan setiap inci anggota tubuhnya. sentuhannya yang begitu lembut, seakan takut jika itu akan menyakitinya, ditambah tatapan dari pria itu yang begitu sulit untuk dielakkan. Yang dilakukan Krist hanya diam, menikmati setiap perlakuan dari Singto.

Mungkin, jika mereka dalam keadaan yang baik-baik saja. Sikap Singto ini bisa dikategorikan sebagai perlakuan pria idaman bagi semua orang. Sayangnya, hatinya sudah terlanjur merasakan sakit dan itu tidak bisa disembuhkan dengan mudah. Karena kategori dari rasa sakitnya adalah kekecewaan, yang jauh lebih tinggi tingkatannya dari sikap amarah. Tidak ada rumah sakit yang benar-benar bisa mengobatinya untuk menyembuhkan rasa sakit hatinya ini. Bahkan bisa jadi membekas untuk kurun waktu yang lama.

“Kalau saja aku jujur di saat aku tahu kamu belum bisa melupakan masa lalu kamu, Bee.... apa kamu masih bakal tetap bertahan di samping aku? aku tahu kamu pasti langsung memilih pergi. Makanya aku masih belum berani untuk jujur sama kamu, Bee

“Lalu, sampai kapan kamu berani untuk jujur sama aku?” Air mata Krist kembali jatuh untuk kali kesekian. Tapi kali ini sikap yang ditunjukkannya sedikit berubah. Krist sudah berani untuk menunjukkan senyumannya, meski itu terlihat begitu miris. “Apa sampai kontrak pernikahan kita selesai, kamu tetap merahasiakan itu semua dari aku?”

Singto menggelengkan kepalanya secara dramatis sementara tangannya masih pada posisinya semula yaitu menyentuh pipi Krist. Pria itu memejamkan matanya, mengambil napas dalam-dalam, kemudian membuka kedua matanya. Tatapannya kembali lurus tepat menatap Krist. Kali ini, dengan nada pelan yang sarat akan nada putus asa dan penuh penyesalan, Singto mengutarakan kalimatnya, “Maaf, Bee. Maaf karena keegoisan aku, kamu jadi terluka. Maaf... karena laki-laki brengsek dan tidak tahu malu ini memaksa kamu untuk selalu sama dia. Maafkan aku, Bee. Maaf....”

Di Balik Tirai Pengantin [Singto X Krist] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang