Tirai Ketiga Puluh Delapan

1.7K 170 62
                                    

Meskipun aku tidak tahu caranya berenang, tapi kamu tetaplah laut terindah dari yang pernah ada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Meskipun aku tidak tahu caranya berenang, tapi kamu tetaplah laut terindah dari yang pernah ada. Tempat dimana aku rela untuk tenggelam di dalamnya.
---Krist---

















***Di Balik Tirai Pengantin***

















Setelah puas bergaya di depan kamera bersama gajah-gajah cekatan di pertunjukan Elephant Show, Singto yang juga sebagai photografer-nya ini langsung menarik tangan Krist setelah melihat gerombolan orang-orang mulai mendekati gajah-gajah tersebut. Krist yang bingung langsung menurut saja. Dia berpikir jika beberapa pengunjung juga ingin ikut berfoto, sementara dirinya sudah terlalu lama bersama dengan gajah-gajah yang menjadi primadona di pertunjukan. Tanpa menyadari jika sebenarnya Singto sedang dalam mode cemburu akibat belalai salah satu gajah tersebut dengan lancang memeluk pinggang Krist, bahkan beberapa kali mengusap-usap bokong seksi istrinya tersebut.

Oh, sungguh perjalanan cinta yang begitu menggelikan.

Hari ini, sebenarnya Thailand sedang dilanda panas yang luar biasa oleh sengatan sinar matahari yang seolah enggan untuk berkompromi. Mungkin faktor musim kemarau juga kali, ya. Hanya saja di Nong Nooch Village yang ditumbuhi pohon-pohon rimbun lagi menjulang tinggi, rasanya panas itu sedikit berkurang berganti dengan rasa sejuk oleh tiupan angin yang mengibas-ngibaskan dedaunan. Sepanjang mata memandang, yang tertangkap oleh mata adalah area hijau berbunga-bunga. Sungguh sebuah tempat yang cocok untuk melepas lelah.

“Ayo, Bee” ajak Singto sambil membenarkan letak kamera kesayangannya. Krist yang asyik memberikan makan kepada burung-burung liar, langsung berdiri dan menghampiri suaminya tersebut. Mereka berjalan sembari bergandengan tangan menuju taman yang menjadi salah satu ikon di tempat tersebut. Apalagi kalau bukan Taman Cinta. Sebuah taman yang indah dengan tanaman pagar yang dibentuk menyerupai simbol hati raksasa. Mereka berdua duduk di salah satu batu bulan berukuran raksasa dekat hati raksasa tersebut.

Krist memandang langit di atasnya dengan decakan kagum. Sunset dan sunrise tetap menjadi objek terindah baginya meskipun setiap hari dilihat. Ia begitu bersyukur bahwa bertapa hebatnya Tuhan telah menciptakan pemandangan yang luar biasa ini.

“Kamu suka, Bee?”

“Suka banget.” Krist menjawab pertanyaan itu sambil masih memandang matahari yang akan tenggelam dalam hitungan menit.

“Jelaslah kamu suka, lihat sunset-nya aja bareng aku, sih. Lelaki paling tampan sejagat raya.”

Krist langsung menoleh sebal. Ucapan alay Singto sukses meruntuhkan keindahan langit sore hari ini. “Besok kayaknya kita mesti ngadain pertemuan sama Toptap, deh.”

“Hah? Mau ngapain?” Bukan tanpa alasan Singto menanyakan hal tersebut. Pasalnya, Toptap adalah dokter gangguan kejiwaan atau istilah kerennya itu psikiater. Mau ngapain Krist ketemuan sama pria sok akrab yang sudah ia masukkan dalam black list karena suka memeluk istrinya setiap kali mereka bertemu.

Di Balik Tirai Pengantin [Singto X Krist] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang