Tirai Keenam Puluh Satu

1.4K 144 47
                                    

Belajar untuk menghilangkan kebiasaan memikirkanmu itu sulit,Sungguh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Belajar untuk menghilangkan kebiasaan memikirkanmu itu sulit,
Sungguh.
---Singto---





















***Di Balik Tirai Pengantin






















Krist berbaring di ranjangnya dengan wajah keruh. Kakinya ia selonjorkan dengan dua buah bantal di bawahnya. Cemilan yang tadi dibawakan oleh God ia kunyah dengan rakus. Bukan karena lapar, hanya saja pria itu sedang dilanda emosi berat saat ini. Entah kenapa sejak dirinya hamil, Krist melampiaskan amarahnya dengan makanan. Dan cemilan yang ia makan sekarang sudah terhitung yang keempat di hari ini.

Sudah dua hari dirinya berada di rumah sakit dengan aktivitas yang sangat membosankan. Terutama Singto mendadak jauh lebih posesif dari sebelumnya. Seperti halnya kemarin saat dirinya merasa luar biasa jenuh dan memutuskan untuk jalan-jalan. Belum lima langkah ia keluar dari pintu kamarnya, Auman singa mendadak terdengar dari ujung lorong. Tampak Singto yang berlari dengan wajah panik ke arahnya.

“Kamu mau ke mana, Bee?”

“Aku mau jalan-jalan, bosan mendekam dalam penjara.” balas Krist dengan nada sarkas yang begitu kentara.

“Nggak boleh! Kamu itu lagi sakit, Bee.”

Krist mendesah frustasi, ini kali kesekian dirinya dilarang keluar seperti mengidap penyakit berbahaya saja. “Aku itu cuma pendarahan dikit doang, bukannya kena corona! Nggak usah lebay, deh.”

“Tapi kalau nanti terjadi apa-apa sama anak kita, gimana?” Singto masih bersikukuh dengan argumennya. “Kamu tunggu di sini dulu, aku mau cari kursi roda.”

Sepeninggal Singto, Krist menggerutu. Singto benar-benar berlebihan dalam menanggapi sakitnya ini. Dokter sudah bilang bahwa Krist boleh pulang asalkan tetap beristirahat, sementara pria itu bersikeras agar dirinya tetap di rumah sakit saja.

“Bosen, ya? Nih, aku bawain tiramisu.”

“Besok aku mau kerja,” balas Krist sembari mengambil bungkusan tiramisu itu dari tangan Singto.

Singto menghela napasnya. “Kamu masih sakit, Bee. Lagian aku juga sudah minta izin sama Khaofang dan Ice buat ngehandle semua kerjaan kamu.”

Krist mendelik sebal. “Kamu bukan bosnya, ya. Jadi kamu nggak berhak buat ngatur kerjaan aku.” ucapnya sembali memasukkan sepotong kecil tiramisu ke dalam mulut. “Bikinin aku perusahaan sendiri, baru kamu boleh seenaknya atur jam kerja aku.”

“Oke,” Singto mengiyakan tanpa pikir panjang. “Besok aku beli toko bunga kamu itu, tentukan saja berapa harganya. Suami kamu yang kaya raya ini siap untuk membayarnya demi kamu. Kamu tinggal bilang saja.” Singto lalu mengutak-atik ponselnya sebelum kemudian menyerahkannya kepada Krist. Tampak pada layar tertera tulisan cek uang, beserta kotak dengan tujuan menuliskan jumlah yang akan ditransfer. “Kamu tulis saja berapa harganya, besok kita tanda tangan perjanjian.”

Di Balik Tirai Pengantin [Singto X Krist] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang