Tirai Ketiga Puluh Enam

1.7K 183 27
                                    

Jika kita tidak tercipta untuk bersama, Dan jodoh ini memang tidak menjadi nyata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika kita tidak tercipta untuk bersama, Dan jodoh ini memang tidak menjadi nyata. Semoga kita berpisah dengan cara yang baik-baik saja. Tanpa ada rasa dendam ataupun kecewa.
---Krist---













***Di Balik Tirai Pengantin***















Mata Singto masih melebar dengan tatapan tidak percaya. Tak lama kemudian, ia bisa menguasai dirinya dan melipat kedua tangannya seraya menaikkan sebelah alisnya. Meminta penjelasan. “Bisa kamu ulangi, Bee?”

Krist menghela napas pelan. Sudah ia duga usulan sinting dari suaminya tadi akan berakhir dengan kecurigaan. “Dia ngajak ketemuan di restoran dekat toko tempat aku kerja nanti waktu makan siang.”

What?! Wah.... dikasih hati malah minta nasi itu orang. Apalagi nasinya masih hangat. Ditambah sambal terasi, lalu ada lalapan sayuran rebus. Eits, jangan lupakan lauk pauk yang digoreng seperti tempe, ikan atau daging ayam.

Uh.... jadi laper.

“Kamu bilang iya?” Mata Singto kini menyipit saat bertanya.

Krist mencibir kecil. “Makanya jangan suruh aku jawab teleponnya, kan ujung-ujungnya pasti bakalan begini. Salah siapa, coba?” Krist bertanya dengan nada menyindir lalu berjalan meninggalkan Singto.

“Bentar dulu, Bee! Nggak sopan, ya, sama suami. Main tinggal gitu aja. Nanti aku jauh aja, pasti kangen,” balas Singto lucu sambil mengikuti langkah istrinya itu. Ia akan mencoba untuk percaya dengan Krist. Ia yakin pria itu akan mampu menjaga diri dari God, apalagi tempat mereka bertemu ramai pengunjung. Jadi, tidak akan mungkin pria sialan itu akan macam-macam pada istrinya. Jika perlu dia akan menyewa bodyguard khusus yang akan menjaga Krist disana.

“Bahas aja itu terus, bahas. Lama-lama aku yang ngilang.” Krist membalas sambil terus melangkahkan kakinya. Saat sadar Singto tidak lagi mengikutinya, Krist segera membalikkan tubuhnya dan memandang suaminya itu dengan tatapan heran. “P’ Sing?”

“Kamu mau ngilang? Kemana?”

Hah? Krist mengernyitkan dahinya bingung. Lalu tersadar ada yang salah dengan ucapannya.

“Siapa yang bilang gitu?” Krist segera berjalan menghampiri Singto yang masih berdiri di tempatnya. “Maksudnya itu ngilang nyusulin kamu. Jadi ke mana pun kamu pergi, aku pasti akan nyusul kamu,” lanjut pria itu dengan nada riang, diakhiri dengan senyuman lebar.

Dalam hati, Singto tertawa terbahak-bahak melihat tingkah istrinya yang benar-benar bisa mengimbangi kekonyolannya. “Oh, ya? Masa? Kok aku kayak nggak yakin gitu.” Singto mulai memancing.

“Iya, dong. Awas aja kalau P’ Sing lirik sana-sini kayak pria hidung belang. Aku bakal potong pusaka kamu biar nggak bisa nyosor ke lubang lain.”

Di Balik Tirai Pengantin [Singto X Krist] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang