Tirai Ketujuh

3.2K 336 75
                                    

Bagiku, berbagi rasa dengan kata sebagai perantara mengenangmu yang tak kasat mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagiku, berbagi rasa dengan kata sebagai perantara mengenangmu yang tak kasat mata.
---Singto---


















***Di Balik Tirai Pengantin***























Krist berjalan mondar-mandir sambil menggigit bibirnya. Ia tidak berani keluar karena kini wajahnya sudah terpampang di berbagai media. Ia tidak bisa seperti kemarin yang bisa dengan santai pergi di mall atau jalan-jalan ke suatu tempat. Kepalanya sekarang diisi berbagai rencana agar ia bisa keluar dari toko tanpa diketahui para wartawan yang menunggu di luar. Krist terpaksa menutup toko karena khawatir para pencari berita itu akan merusak bunga-bunga kesayangannya akibat berdesakan ingin mendengar klarifikasi atas pernikahannya dengan Singto.

Makanya sedari dulu, Krist begitu membenci dunia entertainment.

Krist sudah menduga hal ini akan terkuak cepat atau lambat. Tidak mungkin ia dan Singto terus menyembunyikan status pernikahan palsu mereka sementara pria itu terkenal tidak hanya di Thailand tapi juga di negara-negara lain. Apalagi pernikahan sesama jenis masih dianggap tabu, walaupun di Thailand sudah resmi dilegalkan.

Tidak semua kalangan masyarakat menerima hal itu. Tudingan dan cemoohan sudah sering Krist dengar dari orang-orang perihal hubungan sesama jenis. Krist sudah mewanti-wanti sedari awal, tentang reaksi orang-orang kepadanya jika status pernikahan itu terkuak di media. Namun tetap saja, Krist merasa takut. Ia takut reaksi orang-orang terhadapnya, dan ia takut pelanggan di tokonya akan kabur menyebabkan omset penjualannya menurun.

Krist sudah menebak apa yang akan terjadi begitu ia keluar dari toko. Para wartawan yang entah dari mana memaksa masuk di pintu depan akan menyerbunya dengan ganas. Dan setelah itu, dapat dipastikan jika kehidupan Krist akan terasa seperti di neraka.

Krist mengintip dari jendela lantai atas, para wartawan masih berdesakan di luar. Benar-benar menakutkan bahkan ketika pria itu hanya sekedar melongokkan kepalanya. Ditutupnya kembali tirai jendela lalu duduk gelisah di sofa. Kelakuannya persis seperti pencuri yang sudah dikepung polisi.

Deringan ponsel mengagetkan Krist, pria itu dengan hati-hati meraih ponsel di meja dekat tempatnya duduk. Nama Singto terpampang jelas di layar ponselnya. Krist mendekatkan ponsel ke telinganya setelah menekan tombol berwarna hijau di layar ponsel.

"Kamu di mana, Kit?"

Krist menggigit bibirnya kuat-kuat karena merasa sangat takut, ia menghembuskan napas pelan sebelum menjawab pertanyaan Singto, "Aku.... aku di toko, P'."

Mereka sudah bersepakat untuk memanggil Singto dengan sebuat P' karena memang usia Singto yang lebih tua dari dirinya.

"Aku ada di pintu belakang, dekat bangunan dari kaca. Kamu bisa keluar dari toko lewat sini, disini aman."

Di Balik Tirai Pengantin [Singto X Krist] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang