Tirai Kelima Puluh Delapan

1.3K 144 88
                                    

Cinta ini tak lebih dari diam,Meski rindu seringkali menggumam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cinta ini tak lebih dari diam,
Meski rindu seringkali menggumam.
---Krist---



















***Di Balik Tirai Pengantin***


















He’s pregnant.

God tersenyum miris dalam keadaannya yang tinggal separuh sadar. Dia tidak sekuat seperti apa yang dibayangkannya. Dia adalah pria biasa pada umumnya, yang tetap merasakan sakit ketika orang yang ia cintai dimiliki oleh orang lain. Dia tidaklah sehebat itu. God tetap saja merasa hancur ketika Fiat memberitahukan perihal kehamilan Krist kepadanya. Sesuatu yang pada akhirnya semakin membuatnya tidak akan pernah bisa mendapatkan pria itu.

Lima tahun dia memendam perasaan ini. Bukanlah waktu yang bisa dikatakan singkat. Segala hal sudah dilakukannya untuk melenyapkan perasaan tersebut. Mulai dari merelakan Krist bersama orang lain, sampai menjauh. Sejauh mungkin dari kehidupan pria itu telah ia coba lakukan. Namun tetap saja, Krist menariknya untuk kembali dan membuat keadaannya menjadi semakin sulit.

Dan kini, dia hancur. Patah. Berkeping-keping.

Akan terdengar munafik jika dia dengan tegas mengatakan bahwa dia menerima pilihan Krist dengan lapang dada. Sekali lagi, God adalah pria biasa pada umumnya. Seperti saat ini, dia meratapi nasibnya yang luar biasa buruk. Atau, kalau saja seandainya Krist bahagia dengan pilihannnya, mungkin dia masih bisa ikut tersenyum atas kebahagiaan pria yang dicintainya itu. Nyatanya, apa yang diharapkannya justru sebaliknya. Krist tetap saja merasakan sebuah kesakitan yang tak bisa ia cegah.

Sialan! God membanting gelas berisi minuman beralkohol itu hingga menumpahkan sebagian isinya. Pria itu luar biasa mabuk. Bahkan sesekali meracau tak jelas, berusaha menumpahkan segala emosinya.

“Satu gelas lagi,”

Bartender yang melayani God hanya menghela napas pelan, ia merasa kasihan pada pria itu tapi mau tak mau harus menuruti apa perintahnya. Setelah menuangkan apa yang diminta oleh God, ia langsung menyerahkan gelas yang berisi minuman beralkohol itu padanya.

God menengguk minuman itu dengan cepat. Tidak peduli minuman itu terasa membakar tenggorokannya. Kepalanya mulai berkunang-kunang, tapi dia masih tidak ingin berhenti. Ia ingin melenyapkan semua kesakitan dalam hatinya dengan minuman beralkhol tersebut. Persetan dengan gelar doker yang melekat di depan namanya. Ia hanya ingin sekali saja, melupakan semua kesedihan yang menggerogoti hampir seluruh tubuhnya.

“Satu la...”

“Maaf, Tuan. Anda sepertinya sudah terlalu mabuk. Sebaiknya anda segera pulang, Tuan.”

God berdecak jengkel, sialan sekali bartender di hadapannya ini. Dia pikir dirinya siapa bisa seenaknya mengatur apa yang ia lakukan. “Hei, pendek! Jangan banyak tingkah dan beri aku satu gelas lagi, cepat!”

Di Balik Tirai Pengantin [Singto X Krist] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang