Tirai Kedua Puluh Tiga

2K 227 41
                                    

Tak masalah jikalau kamu tak mau ku jadikan rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak masalah jikalau kamu tak mau ku jadikan rumah. Setidaknya rinduku pernah singgah sebelum kamu menutup pintu, mengusir rinduku untuk mencari rumah yang baru.
---Singto---







*****Di Balik Tirai Pengantin*****






Singto hampir mati karena panik saat Krist tidak juga menjawab panggilannya. Sekitar jam tujuh malam tadi, dia sudah mengirimkan pesan tapi belum juga dibalas. Bahkan kata bibi Aom, Krist belum pulang ke rumah sejak kemarin siang. Ia sudah sengaja datang pagi-pagi buta untuk memberikan kejutan kepada istri tercintanya itu, dan mendapati jika kamarnya dalam keadaan kosong. Krist tidak ada di manapun. Bahkan panggilannya juga tak kunjung dibalas. Singto kalang kabut. Ini sudah jam sepuluh pagi, dan Krist belum juga menampakkan batang hidungnya. Jangankan batang hidung, jejak istri tercintanya itu lenyap entah di mana.

Dengan desisan kesal, Singto kembali menghubungi Krist. Berharap kalau istrinya itu segera menjawab panggilan teleponnya.

Astaga, Bee! Kamu ke mana, sih?!

Jantungnya berdetak tak karuan karena panik yang kian bertambah setiap detiknya. Kali ini, dia menyesal karena tidak menyimpan satu pun nomor ponsel rekan kerja istrinya. Dia takut terjadi sesuatu pada Krist.

Singto menyambar kunci mobilnya dengan cepat, setelah sebelumnya menghubungi Jane untuk ikut melacak keberadaan Krist. Dia akan ke toko bunga Krist untuk mencari tahu keberadaan pria itu. Siapa tahu orang-orang di sana bisa memberinya petunjuk. Dengan langkah lebar, Singto berjalan menuju mobilnya sambil masih menempelkan ponsel ke telinganya. Hatinya masih berharap Krist menjawab panggilannya yang entah keberapa. Saat sudah cukup dekat dengan mobilnya, Singto mendengar bunyi ponsel. Dia sangat yakin siapa pemilik ponsel dengan nada dering itu. Dengan instingnya yang kuat, dicarinya asal deringan itu.

Pengusaha tampan nan kaya raya itu bernapas lega saat melihat istrinya yang menundukkan kepala di antara kedua lututnya sambil memegang ponsel yang teru-menerus berdering. Untuk pertama kalinya, Singto dibuat kalang kabut dan takut akan namanya kehilangan. Semuanya karena orang yang kini terduduk dekat mobilnya yang terpangkir dengan baju dan muka kusut.

“Kenapa nggak jawab telepon aku?!”

Krist tersentak saat melihat Singto ada di hadapannya. Dengan cepat dia bangkit berdiri lalu langsung menghapus airmatanya yang dari tadi mengalir dengan deras.

Pergerakan itu jelas saja tak luput dari pengamatan Singto, apalagi saat melihat pakaian Krist yang kusut dengan muka sembab. Panik itu kembali menderanya. Pria itu langsung menghentikan gerakan tangan Krist, lalu menyipitkan mata. “Kamu nangis?”

Masih sesegukkan, Krist menggeleng pelan. Bingung mau menjawab apa. Ditambah, kilasan pagi tadi saat menyadari dirinya berada dalam satu ruangan dengan God dan seperti habis berhubungan intim itu kembali menyebabkan ketakutan pada dirinya. Ia takut suaminya itu akan murka, bahkan jadi membenci dirinya. Tidak di saat hatinya sudah mulai nyaman akan setiap perhatian yang pria itu berikan.

Di Balik Tirai Pengantin [Singto X Krist] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang