Tirai Keempat Puluh Empat

1.4K 155 81
                                    

Cukup diam, aku tak ingin mengganggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cukup diam, aku tak ingin mengganggu. Cukup saling memperhatikan, lalu pelan-pelan saling melupakan.
---Krist---























***Di Balik Tirai Pengantin***























Hujan tak kunjung mereda. Jalanan mulai digenangi air, begitupun pepohonan di sekelilingnya. Lampu jalanan mulai menyala karena gelap yang diakibatkan mendung, juga karena memang mentari sudah merambat dan mulai tenggelam di ufuk barat. Krist memandang jalanan di bawahnya yang semakin padat merapat. Bahkan hujan lebat tak membuat orang-orang itu enggan melangkah keluar. Atau mungkin memang terpaksa berada di jalanan dengan cuaca hujan begini disertai angin kencang lantaran mereka baru pulang dari bekerja dan tak ingin terjebak semalaman di kantor.

Krist mendesah. Dia masih enggan untuk pulang karena memang pekerjaannya masih banyak dan belum waktunya kantor untuk tutup. Namun sepertinya nasibnya akan sama dengan orang-orang yang menembus jutaan bahkan miliaran tetes air hujan dari langit jika sampai nanti malam hujan tak kunjung menandakan waktu untuk berhenti. Dirinya juga enggan meminta bantuan dari Singto. Percuma saja, hatinya tidak akan siap untuk kembali berhadapan dengan pria itu.

Krist pikir, pekerjaan di toko bunga dapat membuatnya sedikit melupakan kenyataan menyakitkan yang diterimanya. Mungkin banyak dari kebanyakan orang akan mengatakan kepadanya bahwa menghindari masalah adalah alasan klise sebagai pembelaan diri atas sikap pengecut. Padahal kenyataannya, mereka tidak saja merasakan bagaimana permasalahan itu terjadi pada mereka sendiri. Hanya bisa menghujat, tanpa memberikan suatu manfaat.

Alasan Krist menghindar adalah agar dia bisa memikirkan apa yang harus dilakukan nantinya, bagaimana menghadapi pria itu setelahnya, dan bagaimana dia harus menata hati di kemudian hari. Semua itu tidak akan bisa dipikirkan dengan baik jika dia bertemu dengan Singto saat ini. Yang ada suasana akan semakin runyam tanpa memberikan titik temu solusi. Jadi, daripada mereka berdiskusi dengan hasil yang tak pasti, lebih baik memberikan waktu menyendiri, untuk memikirkan dengan baik jalan apa nantinya yang akan dipilih.

Namun sialnya, Singto seolah-olah sama sekali tidak memberikannya waktu untuk berpikir. Sejak tadi pagi. Ah, tidak bahkan sejak semalam, Singto selalu mengirimkannya pesan berisi kegiatan apa yang tengah dilakukan oleh pria itu. bahkan berkali-kali menelepon Krist, yang berakhir dengan mengabaikan panggilan telepon itu. sebelum dirinya bisa membuat keputusan dengan bijak dan benar, solusi terbaik yang harus dilakukannya saat ini adalah menghindari sosok Singto. Baik secara langsung, ataupun dengan media sosial lainnya.

Ponselnya kembali berdering untuk kali kesekian. Saat melihat nama yang tampil pada layar ponselnya itu, Krist menghembuskan napasnya lelah. Singto terus meneleponnya. Pada panggilan yang kesepuluh, deringan ponselnya berhenti. Beberapa detik kemudian, satu pesan masuk pada ponselnya.

Di Balik Tirai Pengantin [Singto X Krist] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang