Warning Typo bertebaran...
"Dimana ada Rindu, di situ ada kamu"
Seorang laki-laki tinggi tengah berdiri tegak di depan sebuah rumah besar yang tampak sunyi itu. Ada keraguan saat ingin memasuki rumah itu. Ntahlah hatinya menyuruhnya untuk diam tapi raganya yang selalu memberontak.
Memang dia merasa bahwa dirinya sudah gila sekarang. Karna tanpa alasan dia sudah berdiri di depan rumah seorang gadis yang hari ini belum di lihatnya.
Langkah demi langkah dia lewati hingga akhirnya berhenti tepat di depan pintu Rumah besar itu. Hanya berniat memperhatikannya saja tanpa niat memasuki lebih dalam rumah itu.
Dia tersenyum sinis, merutuki dirinya sendiri yang sudah kelewat jauh khawatir pada gadis itu. Harusnya dia tidak seperti ini, bahkan gadis itu saja tidak terlalu peduli padanya lalu kenapa sekarang dia melakukan ini. Bodoh.
Dia akui memang selama ini dia selalu memperhatikan gerak gerik gadis itu tanpa sepengetahuan gadis itu sendiri, mencoba bersikap acuh tak acuh padanya. Tapi apa boleh dia simpulkan sekarang, bahwa dirinya telah benar-benar gila karna terlalu khawatir secara berlebihan.
Laki-laki itu menunduk sebentar untuk menghela nafasnya pelan. Oke dia tidak boleh seperti ini, bukannya dia yang harus menarik bukan yang tertarik kan. Tapi jika mengingat kejadian malam itu dimana gadis yang selama ini dia kenal dingin, cuek, judes ternyata hanya seorang gadis lemah yang mencoba kuat.
Setelah benar-benar merasa tidak peduli lagi, laki-laki berperawakan tinggi itu memutar tubuhnya hendak pergi. Namun langkah kakinya seketika terhenti saat mendengar jeritan di dalam rumah itu. Wajahnya menegang, pikiran buruk langsung terlintas di otaknya. Tanpa aba aba lagi pria itu berbalik menghadap pintu utama tadi. Mencoba meyakinkan dirinya kembali.
Brugh...
Suara itu berhasil membuat keyakinan seorang Ronald langsung terdiam. Jeritan itu kembali terdengar di telinganya saat ini. Dengan segala keheranan yang terjadi Ronald mencoba membuka handle pintu namun pintu itu terkunci dari dalam menambah kepanikan luar biasa dari dirinya.
Ronald mencoba menggerakan handle itu sekuat tenaga. Namun nihil pintu kokoh itu tertutup rapat. Dia mencoba tenang saat mendengar suara lagi dari dalam.
"Nyah jangan nya, kasian non Ratih nyah"
"Dasar anak pembawa sial, kembalikan suamiku pembunuh!!!"
"Mah ampun sakit mah"
Ronald semakin yakin jika di dalam memang ada yang tidak beres. Dia mengepalkan tangannya kuat-kuat sampai buku-buku tangannya memucat. Setelah itu dengan kumpulan tenaga yang sudah ia kerahkan. Ronald menendang pintu itu dengan kekuatan penuh sehingga pintu itu terbuka lebar.
Brukkk
Ronald terkesiap saat melihat keadaan rumah itu sangat berantakan dan yang lebih membuatnya terkejut lagi ialah seorang gadis yang tengah mencoba menahan perlawanan seorang wanita yang tampak sangat histeris itu. Tak lupa seorang wanita paruh baya yang sedang menahan wanita yang penampilannya sudah sangat berantakan itu yang mencoba menjambak dan mencekik... Ratih.
"Ampun mah" mohon Ratih. Namun wanita itu malah semakin ganas dengan menjambak dan mencakar wajah Ratih.
"DASAR ANAK PEMBAWA SIAL, KEMBALIKAN SUAMIKUUU!!" teriak wanita itu histeris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boys VS pembasmi playboy [Compeleted]
Teen Fiction[COMPELETED] *belum di revisi* cover by Revandera Gunawan Prasetyo. writer by Tanty. ________ ini hanya sebuah kisah dimana ketika orang yang kamu benci setengah mati, akhirnya menjadi orang yang kamu cintai setengah mati. berawal dari kejadian-ke...