32. masalah

1.7K 52 1
                                    


"Kita saling cinta, bukan berarti kita bisa saling memiliki"

Tin nong

Elvan dengan gontai berjalan menuju pintu apartemennya untuk mengetahui siapa orang yang bertamu sore-sore ini. Namun seketika bibirnya tertarik membentuk senyuman saat mengingat Dara akan datang ke apartemennya, jadi besar kemungkinan itu suara bel dari gadis itu.

Dengan cepat dia mengetik kode pintunya dan secepat kilat menarik pintunya, dia merasa sangat tidak sabar bertemu dengan gadis itu.

"Gue pikir lo gak akan dat-" omongannya terhenti saat melihat orang di depannya bukan orang yang dia tunggu melainkan orang yang beberapa hari ini ia jauhi. Orang itu tersenyum tipis, di belakangnya berdiri dua bodyguard yang selalu menemaninya kemana pun dia pergi.

"Gimana kabar kamu Van?" tanyanya basa basi karna Elvan tahu bukan itu yang ingin dia bicarakan. Elvan menatapnya datar dan tampak tak minat untuk menjawab. "Papah harap kamu baik-baik aja si" lanjutnya karna tidak mendapatkan Respon dari putra bungsunya itu.

Laki-laki itu berjalan masuk kedalam apartemen Elvan begitu saja. Duduk di kursi yang menghadap kearah televisi besar di depannya. Elvan sendiri hanya berdiri jauh di sampingnya.

"Wah kamu banyak berubah yah?" tanyanya sambil menggut-manggut. Elvan hanya menatapnya dingin dan tak ingin meresponnya sedikitpun. Yang ia ingin laki-laki yang menyandang status sebagai ayahnya itu segera pergi dari apartemennya.

"Gimana tentang sekolah kamu Van?" tanyanya menatap Elvan yang berdiri jauh darinya. Elvan memutar bola matanya malas.

"Mending papah ngomong aja langsung apa tujuan papah datang ke apartemen aku!" ujar Elvan dingin, tatapannya mengarah tajam kearah Dino-papahnya. Dino menatapnya sambil menghela nafasnya pelan.

"Baiklah" ujar Dino. "Datangnya papah kesini yaitu ingin memberitahu kamu bahwa kamu harus sudah siap untuk menggantikan posisi kakak kamu Devan" lanjutnya. Elvan tersenyum sinis. Sudah ia tebak kemana arah pembicaraan ini.

"Tapi sayangnya aku gak peduli pah" jawab Elvan sinis. Deno menghela nafasnya lagi. Sungguh sulit memberitahukan Elvan.

"Mau sampai kapan kamu kayak gini Van, kamu harus sudah memikirkan masa depan kamu kelak" ucapnya berdiri dan menghampiri Elvan.

"Papah gak usah repot-repot urusin aku, aku bisa melakukannya sendiri tanpa bantuan papah Dan aku gak bisa jadi seperti Devan!" ujar Elvan ketus. "Jadi berhenti buat paksa aku jadi seperti anak kesayangan papah itu!" sambungnya.

"Van sampai kapan kamu kayak gini terus sih?" tanya Dino. Elvan hanya membuang mukanya kearah lain. Sangat malas untuk melihat muka egois papahnya.

"Sampai papah berhenti recokin urusan aku dan gak maksa aku untuk jadi pewaris perusahaan papah, karna sampai kapanpun aku gak akan sudi megang perusahaan bekas Devan!" jawab Elvan sinis. Dino menatapnya tak percaya jika sekarang anaknya sangat membenci Devan dan dirinya.

"Ini juga demi kebaikan kamu van, sebentar lagi kamu lulus" ujar Dino sedikit keras. Elvan terkekeh sinis.

"Kebaikan Elvan atau emang demi keuntungan papah hah?" tanya Elvan. Dino terdiam mematung.

"Elvan kamu-"

"Iyah aku anak gak sopan gak seperti Devan yang penurut, aku juga anak yang gak tau di untungkan?" potong Elvan menatap Dino. "Dimata papah hanya Devan, Devan, dan Devan. Brengsek!" lanjut Elvan.

Bad Boys VS pembasmi playboy [Compeleted]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang