33. sakit

1.6K 61 1
                                    

"Gue udah bilang jangan pergi di saat gue lagi butuhin lo"

Beberapa suster tengah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing di rumah sakit itu. Mereka mencoba melayani setiap pasien yang berada di sana. Dan terlihatlah beberapa  remaja yang tengah terdiam dalam pikirannya masing-masing. Wajah merwka sudah tidak karuan lagi, antara cemas dan takut.

Mereka tengah memikirkan keadaan sahabat mereka dengan wajah cemas yang semakin dominan. Bahkan seorang gadis tak henti-hentinya menangis karna sahabatnya belum juga siuman. Sedangkan Yang lainnya memasang wajah kusut.

"Vi udah, Ratih pasti baik-baik aja kok" ujar Renzi mengelus pundak Vivi. Sedangkan seorang cowok dengan ekspersi tak terbacanya tengah terdiam diri di kursi dengan penampilan acak-acakannya. Dua orang spesialnya masih juga belum siuman. Dia takut kehilangan adik tersayangnya dan dia juga takut dengan keadaan gadis itu yang pasti merasa sangat tertekan dengan kejadian yang sudah selama ini dia pendam dalam-dalam.

Tiba-tiba seorang gadis berlari dari arah lorong rumah sakit dengan wajah khawatirnya di belakangnya ada seorang laki-laki yang juga ikut khawatir.

"Gimana keadaan Ratih sama Roland?" tanyanya dengan nafas tak beraturan. Semuanya tampak diam tak ingin menjawab sampai akhirnya salah satu dari mereka menjawab.

"Ratih masih belum siuman, sedangkan Roland masih di tangani" jawabnya dengan nada sendunya. Gadis itu yang tak lain adalah Nabila mengusap wajahnya gusar lalu duduk dan menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Ricky yang dari  tadi ada di belakangnya mengusap pundak Nabila lembut.

"Udah mereka pasti baik-baik aja kok" ujar Ricky. Nabila menatapnya dengan mata memerah.

"Gue juga maunya gitu, tapi ini terasa baru aja. Ratih gak pernah sebelumnya pingsan dan drop kayak gini, ini pertama kalinya Ky" balas Nabila menitikan air matanya. Ricky mengangguk mengerti lalu menarik Nabila kedekapannya.

Ronald yang mendengar obrolan itu hanya menghela nafasnya pelan. Ternyata gadis itu sangat pandai menyembunyikan masalahnya sampai-sampai sahabatnya saja tidak merasa curiga sedikit pun.

Tiba-tiba saja ada yang menepuk pundak Ronald membuat cowok itu mendongak menatapnya. Sepasang mata hitam tengah tersenyum kearahnya dan duduk di samping Ronald.

"Gue tau lo pasti sedih kan nald?" tanyanya. Ronald menatapnya bingung. "Lo gak sendiri, lo masih punya kita disini" lanjutnya. Ronald yang mendengarnya hanya tersenyum tipis.

"Makasih yah Jin" ujarnya. Jino tersenyum sambil menepuk pundak Ronald, lalu beranjak dan duduk disamping Eliska yang tampak sedang cemas.

Memang semua anggota geng hadir di sini geng badboy datang karna menerima kabar dari Jino jika Roland dan Ratih di larikan ke rumah sakit. Sedangkan geng pembasmi tahu dari Eliska yang kebetulan sedang dengan Jino. Mereka dengan terburu-buru datang kerumah sakit demi melihat keadaan Ratih dan Roland.

Tiba-tiba seorang suster keluar dari ruangan Rawat Roland. Dengan segera mereka menghampiri Perawat itu untuk mengetahui keadaan Roland.

"Sus gimana keadaan adik saya?" tanya Ronald. Suster itu tampak menghela nafasnya pelan sambil menggeleng.

"Adik mas dalam keadaan kritis, dia koma mas" jawab Suster itu dengan nada sendu. Ronald mengusap wajahnya gusar. Yang lainnya hanya bisa menghela nafasnya pelan.

"Kalo kabar Ratih gimana?" tanya Eliska menatap mereka satu persatu. Vivi menggeleng dengan lemah.

"Belum ada kabar dari Dara sama Elvan" jawab Vivi pelan. Memang mereka di tugaskan di sini untuk menunggu Roland. Sedangkan Elvan dan Dara menunggu Ratih di UGD.

Bad Boys VS pembasmi playboy [Compeleted]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang