44. pengakuan

1.5K 54 0
                                    


Aku memang tidak cantik, tapi aku punya hati.
Tidak seperti mereka yang cantik, tapi tak punya hati karna telah meninggalkanmu

- Vivinya Renzi.

😺😺😺

Renzi memakirkan motornya di depan rumah yang sudah sangat lama tidak ia tempati itu. Bahkan rumahnya tidak berubah sedikitpun setelah lama ia tinggalkan. Sebenarnya Renzi sangat Rindu pada penghuni rumah mewah di depannya itu.

Maka tak tunggu lama lagi Renzi segera melangkahkan kakinya menuju pintu utama dan memencet bel. Meskipun ini rumahnya tetap saja ia memiliki sopan santun. Setelah menekan bel cukup lama, akhirnya keluarlah wanita paruh baya yang di bahunya terdapat serbet kucel. Renzi tersenyum manis dan si wanita tua itu juga balas tersenyum.

"Aden pulang?" tanyanya antusias. Renzi menyalami wanita tua itu. Setelahnya ia menengok kedalam karna rumahnya terlihat sepi.

"Bi Kakak ada?" tanyanya. Wanita itu-bi Aan tersenyum ramah.

"Ada kok den, di dalam kamarnya lagi belajar" jawab bi Aan. Renzi mengangguk. "Sikahkan atuh masuk den" titahnya sembari melebarkan pintu besar itu. Renzi mengangguk dengan sopan lalu melenggang masuk kedalam. Renzi sangat rindu dengan suasana dalam rumahnya ini. Dia hanya memiliki waktu sebulan sekali kesini tapi kesannya sudah sangat lama sekali dia tidak pulang.

Renzi membawa langkahnya menuju kamar sang kakak tercinta. Dia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan wanita cantik itu. Bahkan hanya baru beberapa hari dia tidak bertemu dengan sang kakak, tapi rasanya dia sudah sangat rindu setengah hati.

Tuk tuk

Renzi segera mengetuk pintu itu dua kali. Terdengar sang kakak berteriak memintanya masuk saja. Dengan senyuman tipisnya dia membuka kamar sang kakak. Yang pertama kali Renzi lihat setelah masuk adalah kakaknya yang sedang fokus mengetik sesuatu di laptopnya.

Bahkan sang kakak tak sadar jina dirinya sudah du depannya. Sang kakak tetap fokus mengetik. Mungkin itu tugas proporsal kampusnya. Kakaknya memang pernah bilang jika dia sedang sanga sibuk beberapa minggu terakhir ini sehingga akan sangat jarang untuk bisa bertemu dengannya.

"Ekhemz...tuan putri sibuk banget si" dehem Renzi. Wanuta berumur 22 tahun itu mendongak dan seketika wajahnya langsung berbinar. Dia langsung berdiri dan memeluk tubuh Renzi erat. Renzi balas memeluknya tak kalah erat juga.

"Kamu pulang gak bilang dulu dek?" tanya Sang kakak yang masih enggan melepaskan pelukannya. Renzi mengusap punggung sang kakak lembut.

"Renzi kangen sama kakak" balas Renzi. Mereka mengurai pelukan hangat itu. Wanita itu menatap Renzi bahagia begitupun sebaliknya. "Mamah sama papah belum pulang kak?" tanya Renzi.

Kakaknya menggeleng, "belum katanya minggu depan, makanya kamu pulang donk kakak kesepian tahu" adu kakaknya manja. Renzi tersenyum hangat.

"Ya sono kakak bujuk omah sama kakeknya" suruh Renzi sambil terkekeh. Kakaknya merenggut karna setiap kali dia mengajak adiknya pulang pasti selalu itu jawaban sang adik. Dia memang selalu memohon pada kakek dan neneknya tentang Renzi yang harus pulang. Dan mereka selalu bilang jika mereka akan kesepian jika tidak ada Renzi. Dia sangat benci itu, karna dia harus berjauhan dengan adik tersayangnya.

"Susah"

"Tuh tahu"

Renzi melihat kearah laptop kakaknya yang menampilkan sebuah laman entahlah apa itu Renzi tidak terlalu mengerti. "Apa itu kak?" tanya Renzi. Kakaknya ikut menoleh kearah layar laptopnya.

Bad Boys VS pembasmi playboy [Compeleted]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang