Hay baca lagi yuk
"Kamu jangan sampai buat aku sakit yah, karna aku bukan iron man yang kuat"
😏😏😏
Renzi memakirkan motornya tepat di depan rumah Vivi. Setelah itu Vivi turun dari motor Renzi dan segera melepaskan helmnya. Setelah itu dia memberikan helm itu pada Renzi yang langsung menerimannya dengan senyuman.
"Makasih ya udah anterin aku pulang" ucap Vivi ramah. Renzi sendiri hanya membalas tersenyum dan mengangguk.
"Iya gak papah, harusnya aku yang berterima kasih sama kamu karna udah mau bantuin aku beliin baju buat kakak aku" balas Renzi tersenyum. Vivi ikut tersenyum juga. Rasanya sangat bahagia saat melihat senyum manis Renzi.
"Ren kamu udah makan belum, mau masuk dulu gak?" tanya Vivi menatap Renzi. Renzi tampak langsung melihat arlojinya lalu menggeleng pelan.
"Gak usah deh udah malam aku pulang duluan aja yah" izin Renzi dengan tampang menyesalnya. Vivi tersenyum dan menyentuh lengan Renzi pelan. Renzi jelas tersentak dengan perlakuan Vivi, namun dia tetap terswnyum dan bahagia juga. Setidaknya sekarang gadis itu telah menunjukan sisi kenyamanannya.
"Maaf yah gara-gara aku kamu harus jadi korban tantangan aku tadi" ujar Vivi merasa bersalah. Renzi menggeleng lalu tangannya membalas menggenggam tangan Vivi di lengannya.
"Gak papah kok, malah aku seneng karna kamu milih aku bukan yang lainnya" balas Renzi terkekeh pelan. Vivi ikut terkekeh pelan tanpa melepaskan pegangan mereka.
"Kok bisa seneng, kenapa si?" tanya Vivi. Renzi menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dia harus menjawab apa sekarang. Karna jujur yang di bilang Elvan dulu memang ada benernya juga, bahwa Renzi menyukai kebersamaanya dengan Vivi.
"Ren?"
"Ya seneng aja gitu" jawab Renzi. Vivi ber-oh dengan ria. Membuat Renzi menyadari sesuatu jika sekarang dirinya memang benar-benar tertarik pada gadis di depannya sekarang.
"Emz Ren aku masuk dulu yah?" izin Vivi menatap Renzi. Renzi tersentak dari keterpakuannya.
"Nanti donk!!" cegah Renzi tanpa sadar. Vivi mengerutkan dahinya bingung. Renzi hanya tersenyum menanggapi keanehan Vivi.
"Kenapa?"
"Masih mau lihat wajah kamu aja" jawab Renzi asal. Wajah Vivi merona di buatnya.
"Apasih Ren" malu Vivi menunduk. Renzi terkekeh sambil membelai rambut Vivi.
"Kamu malu yah?" goda Renzi. Vivi tersenyum kikuk. Renzi semakin tertawa melihat wajah malu Vivi. Rasanya sangat bahagia saat melihat wajah Vivi yang merona karna godaanya.
Mereka tidak sadar jika ada seseorang yang memperhatikan mereka di belakang Vivi. Karna terlalu asik menggoda Vivi membuat Renzi tidak fokus pada keadaan sekitar. Begitupun Vivi yang merasa sangat behagia saat berada di dekat Renzi.
"Vi.." Renzi menghentikan tawanya dan beralih menggenggam tangan Vivi. Gadis itu sendiri sudah merasakan sesuatu dinperutnya seperti ada kupu-kupu yang berterbangan gitu .
"Kenapa?" tanya Vivi pelan. Mata Renzi terfokus pada mata hitam Vivi begitupum sebaliknya. Renzi menghela nafasnya pelan. Mungkin ini saatnya dia untuk mengungkapkan perasaanya pada gadis itu. Dia tidak mau terlalu lama lagi. Masa bodo dengan perjanjian para sahabatnya karna dari dulu juga dia tidak terlalu suka dengan perjanjian itu, yang terpenting sekarang dia ingin Vivi tahu bahwa dirinya benar-benar menyukai gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boys VS pembasmi playboy [Compeleted]
Teen Fiction[COMPELETED] *belum di revisi* cover by Revandera Gunawan Prasetyo. writer by Tanty. ________ ini hanya sebuah kisah dimana ketika orang yang kamu benci setengah mati, akhirnya menjadi orang yang kamu cintai setengah mati. berawal dari kejadian-ke...