55. move on

1.4K 56 7
                                    


Balik lagi aku♿♿

***

"Saat terbaik dimana aku merasa bahagia adalah, ketika takdir tersenyum ke arah kita berdua"

***

Empat hari berlalu sejak kelima pria tampan itu menjemput para gadis di club malam. Dan kini mereka tengah berkumpul di apartemen milik Elvan. Memang apartemen Elvanlah yang selalu sering di jadikan beskem jika mereka sedang berkumpul. Begitupun hari ini.

Jino dan Ricky tengah asik bersila di karpet buludru sambil bermain ps, sedangkan Ronald sedang asik duduk di sofa sambil memperhatikan permainan Jino dan Ricky. Begitupun Elvan dan Renzi yang duduk di sofa lainnya.

Elvan menghela nafasnya lelah sehingga menarik perhatian Renzi yang duduk di sebelahnya. Renzi bisa melihat dengan jelas kegelisahan yang tercetak di wajah tampan itu. Ternyata bukan hanya dirinya yang sedang merasa gelisah, melainkan keempat sahabatnya pun sama dengan dirinya.

"Lo kenapa Ren liatin gue gitu banget?" Renzi tersentak saat tiba-tiba Elvan bersuara. Renzi yang tercyduk hanya terkekeh pelan.

"Keliatan banget ya gue lagi merhatiin lo?" tanya Renzi. Elvan tak menjawab dia hanya mengangguk samar. "Hubungan lo sama Dara gimana Van?" lanjut Renzi. Tiga pria lainnya ikut menoleh ke arah Elvan. Elvan diam sebentar lalu menghela nafasnya lelah. sudah hampir setiap saat lelaki itu menghela nafasnya.

Elvan sempat diam sebentar sebelum akhirnya tersenyum kecut. "Gue udah gak bisa lagi sama dia" jawab Elvan seketika membuat pria-pria itu tercengang. mereka berpikir Elvanlah yang akan kembali memulai semuanya dari awal, namun dugaan mereka semua melesat, kejadiannya malah seperti ini.

"Kenapa?" tanya Ricky.

"Dia nolak gue buat bisa bersama dia lagi" jawab Elvan. Semuanya diam dengan pikiran masing-masing.

"Nasib lo gak beda jauh kok sama gue Van" ujar Renzi membuat semua tatapan beralih padanya. Renzi tersenyum miris sambil memperbaiki posisi duduknya. "Gue juga udah gak bisa lagi sama Vivi"

"Lo sendiri kenapa?" tanya Ronald. Renzi mendengus masih dengan senyum mirisnya.

"Lo tau kan Vivi punya kakak?" semuanya mengangguk.

"Lo gak di restuin?" celetuk Jino. Renzi menggeleng.

"Kakaknya Vivi, ternyata pacarnya kakak gue" jelas Renzi seketika membuat keempatnya tercekat. Renzi menerawang dalam diam, "dulu gue pikir kita bisa bersama, nyatanya" Renzi lagi-lagi tersenyum kecut.

"Terus lo lebih milih lepasin Vivi gitu?" tanya Jino. Renzi diam sebentar sebelum akhirnya menjawab.

"Iya"

"Kenapa?" tanya Ricky.

"Karna gue sayang sama kakak gue"

"Dan lo gak sayang sama Vivi?"

"Bukan gitu Jin, masalahnya mereka lebih dulu ngejalin hubungan dari pada gue sama Vivi. Bahkan sebelum gue kenal sama Vivi mereka udah pacaran. Gue ngerasa terlalu jahat aja kalo sampe gue ngancurin hubungan itu hanya karna hubungan gue yang baru seusia bawang" jelas Renzi panjang lebar. Jino manggut-manggut mengerti. "Kalian beruntung masih ada harapan buat bersatu, nah gue." Renzi menggeleng lemah.

"Ternyata semua masalah kita sama beratnya yah" celetuk Jino. Ricky melirk sekilas lalu mendengus lelah.

"Bahkan sampai sekarang gue belum ketemu lagi sama Nabila, dia jadi susah di hubungin gitu. Setiap kali gue pergi kerumahnya, ada aja alasan yang ngebuat gue gak bisaketemu dia" ujar Ricky dengan pandangan sendunya. Jino di sampingnya menepuk bahu Ricky mencoba menenangkan.

Bad Boys VS pembasmi playboy [Compeleted]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang