34. say sayang

1.6K 59 0
                                    


"Kamu itu kayak kopi kapal api, meskipun hitam dan pait tapi bikin aku nagih"

☔☔☔

Jino memarkirkan motor ninja birunya tepat di depan halaman rumah Eliska. Laki-laki itu membuka helmnya dan segera menengok kebelakang tubuhnya dimana keberadaan Eliska saat ini. Jino tersenyum saat melihat Eliska tengah tertidur dengan kepala menyender di punggungnya. Tangan mulusnya melilit erat di panggangnya.

Jino tidak tahu bagaimana menanggapi perasaannya saat ini. Intinya dimana dia sedang berada di dekat gadis itu hatinya terasa menghangat. Perhatian yang di berikan gadis itu mbuat Jino merasa nyaman di dekatnya.

Namun apakah dia bisa memiliki Eliska seutuhnya?. Lagian dia juga tidak tahu bagaiman perasaan Eliska sendiri padanya.

Setelah beberapa menit termenung Jino segera turun dari motornya masih dengan tangan yang memegangi tubuh Eliska agar tidak terjatuh. Jino menyelipkan tangan kekarnya di pundak Dan tungkai kaki Eliska lalu mengangkatnya ala bridal style. Jino berjalan menuju pintu rumah Eliska

Baru saja dia hendak menggedor pintu itu dengan kakinya, pintu itu sudah terbuka lebar. Menampkan seorang laki-laki berusia 16 tahunan yang juga tengah menatapnya terkejut.

"Lo siapa ya?" tanyanya menatap Jino lekat-lekat. "Terus kakak gue kenapa ini?" lanjutnya saat melihat Eliska di gendongan Jino tengah terlelap di dada bidang Jino. Jino tersenyum kikuk lalu membenarkan posisi Eliska sebentar.

"Gue Jino" jawabnya. "Dan ini, tadi kakak lo ketiduran di atas motor gue" sambungnya sambil sedikit mengangkat tubuh Eliska ke depan. Jeno ber-oh ria.

"Gue Jeno adiknya Eliska si baper" ujar Jeno menunjukan senyum mautnya. Jino mengernyitkan dahinya bingung.

"Kok nama kita hampir samaan yah?" tanya Jino. Jeno menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Mungkin kebetulan aja kali" ujar Jeno mengangkat bahunya acuh.

"Oh, ngomong-ngomong bisa lo biarin gue masuk gak. Gue pegel nih gendong kakak lo" ujar Jino membuat Jeno nyengir.

"Oh iya, ayo dah masuk" ujar Jeno memerikan jalan kearah Jino. Jino tersenyum sekilas lalu segera masuk kedalam. Dia berhenti di ruang tamu rumah Eliska yang lumayan luas itu. Jeno menatapnya heran.

"Kok lo malah diem di situ bang?" tanya Jeno heran menatap Jino. Jino mendengus sebentar lalu menatap Jeno di belakangnya.

"Gue mau bawa dia kemana lagi, gue gak tau kamarnya" jawab Jino. Jeno langsung meringis saat sadar dengan kebodohannya.

"Oh iya" kekeh Jeno. "Lo tinggal naik aja ke lantai dua, terus baca setiap kata di pintu, kalo ada nama Eliska berarti itu kamarnya" ucap Jeno memberi intruksi ke Jino.

"Kenapa gak lo aja yang bawa nih?" tanya Jino. Jeno langsung menggeleng kuat-kuat.

"Enggak ah berat" tolak Jeno sadis. Jino terkekeh pelan, memang tubuh Eliska sedikit berat. Sekarang aja tangan Jino sudah pegal.

"Ya udah gue bawa masuk dulu, kasian nih dia kecapean banget" ujar Jino. Setelah mendapat anggukan dari Jeno. Jino segera berjalan menapaki setiap tanggan yang ada. Setelah beberapa menit dia sampai di depan jejeran beberapa kamar. Dia lantas mencari nama Eliska di sana. Ternyata kamar gadis itu berada di tengah-tengah.

Bad Boys VS pembasmi playboy [Compeleted]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang