37. terakhir

1.5K 59 0
                                    

"Kamu pergi disaat yang tidak pas, aku jadi sedihkan?"

☀☀☀

Siang itu Semua orang berbaju hitam tampak berkumpul di sebuah bongkahan tanah merah yang penuh dengan bunga berwarna warni. Dua orang paruh baya tak henti-hentinya menangis sambil terus memeluk patok itu.

Di samping mereka ada seorang laki-laki yang tatapannya sudah susah diartikan lagi. Di belakangnya juga ada seorang gadis yang tampak sedang menangis sesegukan. Disampingnya lagi ada para sahabatnya, Vivi yang merangkul bahu Ratih, Eliska yang berdiri disamping Vivi, kemudian Nabila di sebelah kiri Ratih, dan Dara di sebelah Eliska sambil terus memegang selendangnya yang membungkus kepalanya.

Sedangkan geng badboy berdiri tak jauh dari mereka, Jino di samping Dara, Elvan, Ricky, dan Renzi. Mereka semua menatap pilu pada pemandangan di depan mereka. Rena-mamah Roland dan Ronald tampak menangis terisak sambil berjongkok, kadang dia memeluk gundukan tanah merah itu. Diki selaku kepala rumah tangga itu mencoba merangkul pundak Rena.

Ronald berdiri ikut berjongkom dan meremas bunga-bunga disana sambil matanya yang mulai memerah. Dia ingat percakapannya dengan Roland malam itu sebelum laki-laki itu tertabrak.

Flashback

Malam itu Ronald baru saja membersihkan dirinya, dia tengah mengusap-ngusap rambutnya yang basah. Saat melewati kamar Roland dia melihat laki-laki itu tengah menulis sesuatu di buku diarinya.

Tanpa menunggu apapun Ronald segera melangkahkan kakinya masuk kedalam kamr Roland. Dia duduk di ranjang king sizenya Roland. Roland sendiri tampak asik dengan dunianya sendiri.

"Nulis apaan lo?" tanya Ronald. Roland otomatis menoleh dan menunjukan senyum polosnya. Dia kembali melanjutkan menulisnya. "Di di tanya juga lo, kurcaci" sambung Ronald karna dia jadi martabak. Alias di kacangi.

"Ini surat wasiat kak" jawab Roland membuat lipatan di dahi Ronald.

"Wasiat apaan?" heran Ronald. Roland berdiri dari duduknya dan menghampiri Ronald dengan sepucuk kertas di tangan mungilnya.

"Nih aku titip ini sama kakak" Roland mengulurkan surat itu kearah Ronald. Ronald sendiri hanya menatapnya heran. "Ini ambil kak" Roland meraih tangan Ronald dan meletakan kertasnya di tangan Ronald.

"Apaan si ini?"

"Itu surat wasiat aku untuk kak Ratih kak, jadi tolong kakak kasih sama kak Ratih kalo aku udah gak ada lagi" ujar Roland panjang lebar. Ronald menatap Roland lekat-lekat.

"Emang lo mau kemana?" tanya Ronald dingin. Roland memutar matanya mengelilingi ruangan itu.

"Ya aku gak kemana-mana si, tapi kan umur gak ada yang tahu kak. Siapa tahu setelah ini aku mati kan gak ada yang bisa nebak" balas Roland. "Lagian dokter bilang kan umur Roland udah gak lama lagi kak, hanya tinggal sekitar tiga bulanan lagi. Jadi gak papahkan aku titip surat itu sama kakak?" tanya Roland. Ronald terdiam sambil menatap wajah adiknya yang pucat.

"Lo pasti sembuh land"

"Aku si maunya gitu kak" Ronald kembali terdiam begitupun Roland.

Bad Boys VS pembasmi playboy [Compeleted]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang