"Andai aku tahu jika akhir dari mencintaimu itu sebuah penyesalan, aku pastikan dulu kita tidak akan pernah terikat oleh suatu hubungan yang di dasari dengan sebuah kebohongan. Aku benar-benar menyesal saat ini"***
Gara melirik kesampingnya, dimana kini terdapat seorang gadis yang tak henti-hentinya menangis. Gara hanya bisa menghela nafasnya. Kini mobil yang sedang di kemudikan Gara melesat sempurna menuju rumah Eliska. Namun tak ada tanda-tanda jika gadis itu akan segera turun dari mobilnya. Mungkin pikirannya sedang benar-benar kacau sekarang.
"El kita udah sampai" ucap Gara memecah keheningan. Eliska tak menjawab dan masih dengan posisinya yang semula, menghadap ke arah jendela luar dengan pandangan kosong namun mata penuh dengan air mata. "Eliska" masih hening.
Gara menghela nafasnya kasar lalu tangannya terulur menyentuh tangan gadis itu. Eliska tersentak lantas menatap Gara terkejut. Mungkin Eliska berpikir dirinya sedang sendiri sehingga reaksi dia sangat terkejut saat tangannya di sentuh. Gara tersenyum manis.
"Udah sampe El" ujar Gara. Eliska tak menjawab dan hanya ada sorot mata terluka di mata bulat itu. Sebenarnya Gara merasa tidak tega, bagaimanapun Eliska tetap seorang gadis yang dia sukai selain...dia.
"Gar...gue boleh disini dulu gak bentar?" lirih Eliska dengan suara serak khas habis menangis. Gara tersenyum lantas mengangguk.
"Boleh kok" Eliska tersenyum manis. Meskipun percuma karna Gara tahu itu hanya sebuah senyuman palsu. Suasana kembali senyap mungkin yang terdengar sekarang hanya ada suara isakan kecil.
"Gue nyesel gak percaya sama lo dulu Gar" lirih Eliska. Gara hanya tersenyum tipis. "Coba aja gue dengerin omongan lo dulu, mungkin ini gak akan terjadi kan?"
"Mau gimana lagi udah kejadian kan"
Eliska membalikan tubuhnya menghadap ke arah Gara. "Gar makasih yah udah mau anterin gue pulang" ucapnya. Gara hanya mengangguk sembari tersenyum.
"No problem, babe" jawab Gara dengan nada bercanda. Eliska hanya terkekeh. Dia tidak terlalu meladeni candaan Gara.
"Gue masuk duluan yah?" izin Eliska.
"Emang udah puas nangisnya?" tanya Gara. Eliska mengangguk dengan wajah polosnya. Gara tersenyum geli lalu tangannya mengelus rambut Eliska lembut. "Jangan nagisin cowok kayak dia lagi yah, dia cukup bego karna udah nyakitin lo El. Tapi itu lebih baik, karna sekarang lo udah tahu sifat asli dia kek gimana" ucap Gara. Eliska mengangguk dua kali.
"Lo bener Gar, dan mulai sekarang gue akan ngejaga jatak sama dia" Eliska menatap Gara yang juga menatapnya.
"Emang bisa jaga jarak sama orang yang kita cinta?" tanya Gara. Eliska mengangguk lagi.
"Pasti bisa lah, gue udah sering kek gini"
"Oh ya udah, lagian gue juga bisa bantu kok El" ujar Gara. Eliska mengerutkan keningnya.
"Gimana caranya?" tanya Eliska. Gara tersenyum penuh arti lants memajukan sedikit wajahnya menuju Telinga Eliska. Eliska merasakan detak jantungnya berdebar hebat kala bau parfum Gara yang manly menguar di lubang hidungnya.
"Dengan lo dan gue jadi kata kita" bisik Gara. Eliska mematung di tempatnya. Setelah itu Gara kembali menatik wajahnya. Dia tersenyum puas saat melihat wajah memerah Eliska.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boys VS pembasmi playboy [Compeleted]
Teen Fiction[COMPELETED] *belum di revisi* cover by Revandera Gunawan Prasetyo. writer by Tanty. ________ ini hanya sebuah kisah dimana ketika orang yang kamu benci setengah mati, akhirnya menjadi orang yang kamu cintai setengah mati. berawal dari kejadian-ke...