21.kenyataan

1.8K 65 0
                                    

"Kamu gak sadar aja udah buat aku nyaman!"

❤❤❤

Vivi baru saja menyelesaikan tugasnya sebagai bendahara kelas, dia baru saja selesai menyetorkan uang kas kelasnya pada wali kelasnya, bu Cika. Vivi memang mendapat kepercayaan dari  bu Cika dan anak-anak kelasnya untuk menjaga uang kelas mereka.

"Kalo gitu saya pamit pulang dulu yah bu" pamit Vivi ketika bu Cika sudah mencatat setoran minggu sekarang di buku agendanya. Bu Cika mengangguk dengan senyuman yang tercetak manis di bibirnya.

"Hati-hati yah Vi pulangnya" ucap bu Cika. Vivi pun balas tersenyum manis dan mengangguk. Dia mencium punggung tangan bu Cika sebelum akhirnya keluar dari ruangan itu.

Baru saja pintu itu tertutup rapat saat ada seseorang yang membuatnya tersentak. Vivi mengusap dadanya karna terkejut dengan kehadiran seorang pria manis di depannya.

"Renzi, gue pikir siapa?" ujar Vivi menatap Renzi. Cowok itu malah tersenyum melihat reaksi berlebihan Vivi. "Renzi ngapain di sini, kok belum pulang sih?" lanjutnya setelah detqk jantungnya kembali normal. Renzi menggaruk rambutnya yang tidak gatal sama sekali.

"Iyah nih, masih mau di sekolah aja sih!" jawab Renzi asal, karna dia juga tidak tahu apa alasan sebenarnya di disini. Vivi menatap Renzi lalu manggut-manggut mengerti. Renzi terdiam sambil terus memperhatikan wajah lugu di depannya ini.

"Kalo gitu gue pulang duluan yah, pasti kak Dito udah jemput" pamit Vivi sambil mengecek arlojinya yang menempel manis di pergelangan tangannya. Renzi tersentak dia langsung mencari alesan supaya Vivi tidak dulu pulang.

"Emz Vi, gue mau belajar bareng sama lo" ujar Renzi tiba-tiba. Vivi menaikan sebelah alisnya bingung. Sedangkan Renzi tanpa sadar ikut mengerutkan dahinya juga. Dia bingung sendiri kenapa tiba-tiba dia berucap begitu.

"Belajar bareng gue?" heran Vivi. Renzi langsung mengangguk dengan semangat. "Kenapa? Tumben banget loh" heran Vivi karna permintaan Renzi itu sangat aneh dan mendadak. Renzi tengah mencari jawaban lagi.

"Gak boleh yah?" tanya Renzi setelah mendapat sedikit pencerahan. Vivi langsung menggeleng sambil mengibaskan tangannya di depan wajah Renzi saat mendengar suara Renzi yang terdengar kecewa itu.

"Gak gak gitu, kalo mau belajar bareng ayo-ayo aja" jawab vivi tersenyum manis. Renzi langsung saja ikut tersenyum tanpa bisa dia tahan. Dia menyentuh bahu Vivi membuat Vivi sedikit tersentak.

"Makasih yah" ucap Renzi lembut. Vivi mengangguk dengan setengah gugup itu. Pasalnya cowok itu dari tadi terus menatapnya. Siapa sih yang tidak gugup di pandang seperti itu.

"Ka-kapan belajar barengnya?" tanya Vivi tergagap. Renzi tampak berpikir namun masih belum melepaskan cekalannya di bahu Vivi. Saat melihat Renzi masih berpikir, diam-diam Vivi memperhatikan wajah Renzi lekat-lekat. Tampan. Hanya itu yang bisa Vivi simpulakan.

"Malam ini aja gimana, di cafe pingkybell?" tanya Renzi. Vivi tampak menimbang sebelum akhirnya mengangguk dengan canggung. Renzi melepasakan cekalannya lalu memasukan tangannya ke saku celana hitamnya.

"Kalo gitu gue duluan yah, nanti Renzi tunggu aja di caffenya, nanti gue dateng kok" ucap Vivi menatap Renzi.

"Gak mau di jemput?" tanya Renzi membuat Vivi tersentak. Vivi menatap Renzi semakin gugup, sedangkan cowok itu malah biasa saja menganggap bahwa pertanyaannya itu hal biasa.

Bad Boys VS pembasmi playboy [Compeleted]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang