Dalam kehidupan ini kita memiliki siklus singkat yang harus dinikmati setiap tahapannya. Dimulai sejak kau lahir, kau berjalan, kau mengenali sekitarmu, sekolah, jatuh cinta, kerja, keluarga, hingga akhirnya kau akan pergi dan tak bisa menikmati kembali semua itu. Ada hal yang harus kau lupakan untuk sesaat karena yakinlah badai ketika datang tidak akan selamanya, setelah itu selalu ada pelangi dan mentari. Lembaran baru yang menunggu untuk kembali dilalui.
Apa yang kau rasakan ketika kehilangan seseorang yang berharga di hidupmu?
Sedih, Kau marah pada kematian yang merenggutnya terlalu cepat?
Bukan terlalu cepat, itulah waktunya.
Sakura memeluk dirinya erat, memandangi kearah luar, rintik hujan sedari pagi tidak pernah berhenti. Rumah yang dirasanya dulu hangat dikala hujan, kini ikut dingin. Ia memejamkan matanya, menikmati kedinginan itu dan suara berisik angin yang menembus masuk.
Apa yang kini ia rasakan?
Jawabannya, tidak ada.
Apa yang akan kau lakukan sekarang?
Jawabannya, Ia tahu dengan jelas.
"Sakura,"Suara itu menyadarkan Sakura dari pikiran kosongnya. Berbalik pelan, Ia melihat Sasuke berdiri di depan pintu kamarnya. Sasuke melangkah masuk mendekati Sakura.
"Kalau kau ingin membicarakannya..."
Sakura mengalihkan padangannya kembali keluar jendela, bagi Sasuke itu sudah cukup memberikannya jawaban.
"Kau sama sekali tidak bicara empat hari terakhir ini."Sasuke duduk diatas kasur milik Sakura, memperhatikan sahabatnya itu tetap tidak bergeming menghadap jendela. Bahkan Sasuke ragu Sakura mendengarkan apa yang dikatakannya.
Sasuke menarik napasnya dalam, semua khawatir terhadap Sakura. Terlalu khawatir hingga tidak ada yang berani mendekatinya. Sakura terkenal dengan emosionalnya dan begitu Ia berubah sama sekali tidak menunjukan ekspresinya, mereka tahu Sakura sedang dalam titik terdalamnya. Ino sudah mencoba mendekatinya dan akhirnya ia menyerah, karena Sakura tetap berdiam diri.
"Semua khawatir Sakura."Sasuke melanjutkan perkatannya.
Sakura bangkit dari kursinya. Tanpa menoleh sedikitpun pada Sasuke, Sakura menuju kasurnya lalu berbaring sembari menyelimuti dirinya.
Sasuke memperhatikannya. Sakura benar-benar mengabaikan semua orang.
"Kau tidak bisa seperti ini Sakura."
"..."
"Bukan hanya kau yang merasa kehilangan disini."
"..."
"Aku akan disini sampai kau berbicara padaku."
Sakura meraih bantal gulingnya, lalu menutup matanya.
...
Bagi Sakura, ia hanya perlu menata kembali pikirannya yang sedang kacau. Inilah caranya, menjauhi semua orang.
Mereka semua tidak mengerti apa yang dirasakannya. Untuk saat ini, tidak seorang pun.
Sakura membuka matanya, Ini yang keberapa kalinya ia tidur hari ini? Kenapa lelah itu masih saja menghampirinya?
atau sudah berapa lama ia menghindari semua orang?
Sakura menoleh ke sampingnya dan mendapati Sasuke yang sedang tertidur menghadapnya. Perlahan Sakura mengubah posisinya menghadap Sasuke.
Benar, Sasuke menghampirinya. Mengajaknya berbicara, membujuknya.
Apa yang dikatakan Sasuke? Sudah empat hari.
Sakura memandangi wajah sahabatnya itu dengan seksama. Mengingat wajah sahabatnya ketika masih kecil. Wajah Sasuke benar-benar berubah. Tidak ada lagi pipi gendut, yang ada hanya rahang dan tulang pipi yang samar terbentuk.
Sakura menyentuh pipi Sasuke, mengelus tulang pipi dan rahang sahabatnya itu. Beralih pada mata pria berambut raven itu. Sasuke memiliki mata onyx yang membuatnya terlihat tidak bisa disentuh jika mata itu terbuka. Jari Sakura menjalar ke dahi Sasuke yang samar menggerut. Sakura perlahan mengelusnya berusaha menghilangkan kerutan itu.
Perlahan mata onyx itu terlihat.
Sakura masih saja mengagumi wajah itu, yang sedetik lalu tampak damai polos seakan tanpa dosa. Kedua manik kelam itu hanya membuatnya terlihat sempurna bagai malaikat. Tatapan tajam pria itu tidak menakuti Sakura untuk terus menyentukan tangannya pada wajah sahabatnya itu.
Jarinya kini turun pada bibir Sasuke yang tertutup rapat. Sasuke sama sekali tidak bereaksi dengan sentuhan-sentuhan Sakura. Membiarkannya menyentuh wajah pria itu sesuka hatinya.
Sakura menatap manik kelam itu. Manik yang selalu ia kagumi. Manik yang selalu menyiratkannya jaminan perlindungan, membawakannya ketenangan. Juga sebagai pengingat bahwa pria itu dari dulu miliknya, yang tidak akan pernah membalas perasaannya.
Untuk sesaat Sasuke membawanya kedalam patah hati. Perasaan yang hilang dari dirinya empat hari terakhir ini.
...
Sasuke memperhatikan mata emerald Sakura. Sakura terus menyentuh wajahnya. Sasuke sama sekali tidak mengerti, namun ketika manik itu berkaca dan perlahan mengeluarkan kristal bening. Harus ia akui, ia ikut sakit melihatnya.
Sasuke perlahan meraih tangan Sakura yang sedari tadi menyentuh wajahnya. Menarik sahabatnya itu mendekat dan membawanya kedalam pelukannya untuk kemudian dia mendengar raungan Sakura yang menyakiti hatinya. Meski perempuan pink itu terus memukul dirinya, tapi sakit karena tangisan pilu Sakura yang histeris membuat Sasuke merelakan dirinya menjadi pelampiasan Sakura.
Karena setelah empat hari, Sakura akhirnya meluapkan emosinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING
FanfictionFALLING [1] Sakura mencintai Sasuke sejak pertama kali mata emeraldnya menangkap sosok itu dan akan selalu tetap seperti itu. Ino pernah berkata bahwa Cinta itu kuatmu dalam mempertahankan perasaan itu, namun lepaskanlah jika kuatmu tidak dihargai...