EMPAT

5.8K 737 22
                                    

"Sakura sangat manis ayah."
Itachi kembali mengulangi pernyataannya. Ayahnya baru saja pulang dari dinas ketika mereka membahas tetangga baru mereka. Lalu cerita itu berlanjut pada acara santai di belakang rumah untuk para pria Uchiha.

"Aku tidak menyukainya.", Sasuke mengatakannya dengan penuh keyakinan.

"Sasuke, jangan begitu."Tegur Fugaku, sang ayah yang terkejut mendengar omongan anak bungsunya.

"Dia terus memanggilku suaminya.", Tuduh Sasuke bahwa itu merupakan alasan yang jelas mengapa ia membenci Sakura, gadis cilik berpipi bakpao dengan rambut merah muda.

"Hahahaha, benar ayah, Sakura terus lengket seperti perangko dengan Sasuke."

Bukannya membela sang adik, Itachi terus saja tertawa menanggapi hal tersebut. Benar saja sudah sebulan Sakura pindah dan sebulan lebih itupula Sakura menghabiskan harinya dengan menempel dan mengikuti kemanapun Sasuke pergi.

"Kapan-kapan kau harus mengajak Sakura kemari Sasuke.", Fugaku menjadi penasaran, bagaimanakah sosok anak kecil terus menerus menjadi topik mereka hari ini.

"Tidak usah diajak. Dia sering datang kemari."Ucap Sasuke sinis. "Ayah akan muak melihatnya.", Lanjutnya.

"Sasuke. Peringatan buatmu lagi." Fugaku tidak habis pikir dengan apa yang baru saja didengarnya lagi.

"Pelmisi. Sasukeeee... Bibi.... Kakak Itachi."Suara cadel itu, bagi Mikoto adalah hiburan tersendiri, bagi Itachi adalah musik pewarna hari dan bagi Sasuke suara cempreng itu adalah lantunan melodi penyiksaan hari.

"Dia datang."Gumam Sasuke pelan, seakan patah semangat. Hari ini, dunianya kembali kelam.

"Dengar ayah. Nama Sasuke yang pertama ia sebut. Lucu sekali."Ucap Itachi.

"..."

"Mana dia?"Tanya Fugaku.

Tak lama suara Mikoto yang berbicara dengan Sakura terdengar dan tiap detiknya semakin mendekat, membuat Sasuke berpikir bahwa inilah dia, kesuraman harinya kembali berlangsung.

"Sasukeeee..."Sakura berlari memeluk Sasuke yang menghindar dan berlari di belakang ayahnya. Sakura terdiam, mendongakkan kepalanya melihat pria dewasa di hadapannya. Sejenak ia terpaku.

"Hai Sakura."Sapa Fugaku hangat.

"Itu ayahku dan Sasuke."Terang Itachi, mengusiknya tidak jadi melontarkan pertanyaan.

"Paman Uchiha?"Panggilnya.

"Dia pintar sekali. Hai gadis kecil."Sasuke merengek di belakang ayahnya. Ia menarik pelan baju ayahnya. Fugaku berjongkok menyamakan tingginya dengan Sakura.

"Paman, kau sangat tampan. Sepelti kakak Itachi."Seketika, Fugaku terjebak di dalam hangatnya tatapan emerald Sakura. Warna hijau mata Sakura benar-benar menghangatkan Fugaku. Matanya mengingatkan tentang betapa indahnya pepohonan musim semi berwarna hijau.

"Hahahahahaha..."Itachi kembali tertawa melihat Sakura, gadis kecil polos itu memuji ayahnya.

"Lihat ayah, betapa Sakura menganggumi ketampanan Keluarga Uchiha."

Fugaku mengelus kepala Sakura. Sakura menyeringai lebar. Sakura sangat menyukai kepalanya dielus.

"Paman bolehkah aku memelukmu?"Tanya Sakura dengan pelan. Sakura ingin sekali memeluk kepala keluarga Uchiha tersebut.

"Ayah..."Sasuke merengek.

"Ada apa Sasuke?", "Tentu saja Sakura."
Sakura memeluk Fugaku dengan lengan kecilnya.

"Aku lindu papaku."Gumam Sakura di pelukan hangat Fugaku.

"Dimana ayahmu Sakura?"Fugaku mempererat pelukannya. Tubuh mungil Sakura sangat wangi.

"Ayahku? Di Lumah. Aku sayang papaku."Sakura perlahan melepaskan pelukan Fugaku.

"Ayah, bolehkah kita adopsi Sakura?"Itachi memohon.

Fugaku tertawa. "Itachi. Jaga ucapanmu."

"Sasuke."Seru Sakura senang memanggil nama itu.

"Kau menyukai Sasuke?"Tanya Fugaku.

Sasuke dibelakang Fugaku merenggut.

"Hu'uh... Sasuke akan menjadi suamiku."Seru Sakura yakin.

Gelak tawa Fugaku dan Itachi memenuhi halaman belakang kediaman Uchiha.

FALLINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang