Sakura tidak dapat menahannya lagi. Malam itu ia menangis. Semua ini membuatnya frustasi. Ujian, pendaftaran kuliah, dan Sasuke. Sakura meredam tangisannya di balik bantal. Berpura-pura itu melelahkan, ia tidak bisa membohongi dirinya kalau perasaannya terhadap Sasuke itu tetap ada. Perasaannya itu tulus, ia tidak mau menjauhi Sasuke. Tapi Sasuke bahkan tidak peduli. Sakura kembali terisak.
Apa Sakura harus menelepon Ino dan mengatakan bahwa ia sudah menyerah. Ia tidak bisa. Hanya empat hari dan Sakura rasanya mau mati. Ia terlalu terbiasa dengan Sasuke. Terbiasa melakukan sesuatu dengan Sasuke. Bahkan melihat Sasuke duduk di kantin berdua dengan Shion saja menyakiti dirinya. Katakan Sakura bodoh, ia tidak peduli lagi. Yang ia butuhkan sekarang adalah menangis dan kelelahan lalu tertidur. Setelah itu besok pagi sebelum kebodohannya mengambil alih, Sakura harus menulis dengan huruf kapital bahwa ia membenci Uchiha Sasuke.
Ketukan pintu tiga kali terdengar. Sakura menghiraukannya. Suara pintu terbuka, Sakura malas tahu. Ia masih menangis. Sakura tidak ingin diganggu. Ibunya pasti paham kalau begini. Sakura tidak ingin di ganggu. Suara pintu kembali tertutup. Sakura kembali menangis.
"Sakura..."
Oke, Sakura menghentikan tangisnya. Suara itu adalah suara yang tidak ingin Sakura dengar hari ini. Karena pemilik suara itu sangat ia hindari selama empat hari terakhir.
Menghiraukannya. Semakin menenggelamkan tubuhnya di bawah selimut dan bantal.
...
Sasuke menghela napas. Niatnya kemari untuk membicarakan masalahnya dengan Sakura sepertinya akan sedikit melenceng. Sasuke dengan penuh keberanian sudah siap dimaki, dibentak, dan diusir sekalipun ia sudah siap. Tapi keadaannya berbeda saat dia datang. Sakura menangis.
Sasuke tidak menyukai orang menangis. Siapapun itu. Karena Sasuke memiliki skill yang buruk dalam mendiamkan orang menangis.
Sasuke menghela napas. Baiklah, here we go.
Perlahan dia naik keatas kasur. Memasukan dirinya kedalam selimut bersama Sakura. Perlahan diraihnya tubuh sahabatnya itu lalu dipeluk. Sasuke dapat merasakan Sakura terkejut menyadari bahwa dirinyalah yang memeluk perempuan itu.
"Apa maumu?"Tanya Sakura dengan serak.
Sasuke meringis. Sudah berapa lama Sakura menangis? Terakhir kali ia melihat Sakura menangis saat anjing peliharaan mereka berdua meninggal. Sakura sangat susah dibujuk. Jadi Sasuke rasa ini akan sesulit yang lalu juga. Mungkin, lebih sulit.
Sasuke hanya diam, semakin mengeratkan pelukannya pada Sakura.
"Apa kau sedang datang bulan?"
Sakura hanya diam.
"Sakura, bicaralah. Aku khawatir." Setengah mati, Sasuke ingin sekali menambahkan kata-katanya.
Tetapi ucapan Sasuke itu malah membuat Sakura kembali terisak makin keras.
"Kau jahat."
"Aku tahu."perlahan Sasuke mengelus rambut Sakura.
"Jadi, apa kau sedang datang bulan?"
"Memangnya apa hubungannya?"Sakura mendengus.
Sasuke menghela napas, "Tentu saja ada. Kau sedang datang bulan. Hormonmu sedang sensitif. Kau ingin menjadi dokter kan? Harusnya kau paham itu."
"..."
"Aku paham kalau kau mau jadi dokter. Aku bahagia kau akhirnya menemukan cita-citamu sendiri. Aku sudah bilang akan mendukungmu sepenuhnya."
"Sasuke..."
"Tapi tolong jangan buat aku kecewa."Ucap Sasuke lagi.
Mereka berdua menikmati momen mereka berdua.
Sakura memeluk Sasuke erat, "Menurutmu cinta itu apa Sasuke?" Sakura rasa ia perlu menanyakan langsung hal ini ke Sasuke.
Sasuke terdiam sebentar. Mengelus punggung Sakura.
"Sakura kalau kau tahu itu cinta, kau tidak akan mampu ngucapkannya. Karena itu sulit."
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING
FanfictionFALLING [1] Sakura mencintai Sasuke sejak pertama kali mata emeraldnya menangkap sosok itu dan akan selalu tetap seperti itu. Ino pernah berkata bahwa Cinta itu kuatmu dalam mempertahankan perasaan itu, namun lepaskanlah jika kuatmu tidak dihargai...