ENAM PULUH EMPAT - 1

3.1K 298 4
                                    

Shion berusaha untuk menyetabilkan jantungnya yang berdetak kian cepat. Oke, dia gugup. Dengan cepat ia berjalan sembari berdehem. Ia memilih sebuah kursi satu-satunya kosong disana. Shion kembali membuka catatan rumus yang diberikan Shikamaru padanya.

"Waw. Kau mempersiapkan semuanya dengan matang."Orang disampingnya menyahut.

"Terimakasih, ini catatan dari temanku Shikamaru."

"Kau Shion kan? Aku Temari. Kita satu sekolah?"

Shion menyeritkan keningnya ia tidak pernah melihat mereka. Murid pindahan? Tidak mungkin. Tiga tahun dan Shion tidak menyadari keberadaannya.

"Halo Shion, Saya Tenten. Kau berpacaran dengan Uchiha kan?"Tanyanya.

Shion tersenyum palsu. Ayolah, kenapa dengan status palsu itu?

"Maaf, kami kurang bisa bergaul sepertimu. Dia hanya fans Uchiha dan Haruno garis keras."

Shion mendengus pelan, ia tidak tau ada hal seperti itu disekolah mereka. "Tenang saja, aku dan Uchiha hanya berteman. Dia membantuku untuk belajar. Aku bodoh sekali dalam hal akademik."

Entah kenapa Shion merasa tidak takut berbagi rahasia dengan mereka. Tenten yang mendengarnya langsung mengerang senang.

"Sudah kubilang. Tuhan menjawab doaku. Terimakasih, Amin."

Seseorang dengan rambut hitam panjang dan berkulit pucat menghampiri mereka. Wajahnya terlihat gugup dan hampir mati.

"Dia Hinata. Satu sekolah juga dengan kita."

Perempuan bernama Hinata melihat Shion dan wajahnya memerah. "HAIK! Aku Hinata. Salam kenal."

"Apa kalian juga ikut ujian?"

Tenten mengangguk, "Hinata ujiannya minggu depan. Dia hanya menemani kami."

"Sudah kubilang, kami baik-baik saja Hinata."

Hinata menggeleng keras, tangannya terlihat gemetar. "Aku akan menunggu disini sampai kalian selesai. Aku gugup sekali. Kalian semua semangatlah!"

"Semangat!"
"Semangat!"

"..."

Shion terkekeh pelan. Ia tidak mengerti dengan mereka, tapi Shion menyukainya. Bukan Hinata yang sedang berjuang, tapi dialah yang gemetar.

"Semangat semua!"

Shion tau, inilah yang Uchiha maksud bahwa apapun itu, semuanya belum berakhir.

(52)
...

Hari itu entah mengapa ia rasanya ingin menolak permohonan besar Konan untuk mengantarkan sebuah kantung plastik- God only knows what is it- ke rumah Uchiha, untuk Itachi Uchiha. Konan bertetangga dengannya sejak lama, jadi rasanya tidak enak menolak permohonan anak pendeta itu dengan senyum ramah yang ditampilkannya.

Hari ini ia ingin bertemu dengan 3 teman barunya yang ditemui sewaktu ujian kemarin. Dengan buru-buru Shion mengetuk pintu rumah Uchiha. Betapa terkejutnya mendapati bahwa kepala keluarga Uchiha lah yang membuka. Sama terkejutnya dengan Shion, Fugaku menatap Shion penuh kebingungan.

"Mr. Uchiha apa ada Sasuke?"

Seakan menjawab pertanyaan Shion, Sasuke muncul dibalik ayahnya.

"Ada apa?"Shion hampir saja berteriak kencang, dia terlalu gugup karena berhadapan dengan Fugaku Uchiha. Perawakan ayah Sasuke terlihat tegas dan berwibawa disaat bersamaan, membuat Shion merasa sedikit terintimidasi dengan tatapan kelam khas keluarga Uchiha.

Tidak lama wajah Fugaku tersenyum tipis, sangat tipis sampai Shion tidak tahu apa itu senyum sesungguhnya.

"Ini dia." Fugaku meninggalkan mereka berdua. Shion dengan tatapan tegang dan menahan napasnya, serta Sasuke yang menatapnya kebingungan.

FALLINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang