ENAM PULUH

3.6K 456 43
                                    

Malam itu Sakura bermimpi tentang dirinya dan kupu-kupu, ia terbang bebas di udara, melihat sungai, bersembunyi dibalik daun. Lalu ia melihat ayahnya tersenyum menatapnya keluar dari kamar dengan gaun hitam yang ia inginkan hari itu, ayahnya memuji Sakura dan ibunya hanya tertawa.

Dari balik kedua orang tuanya Sasuke tersenyum menatapnya. Pria itu tak kalah memukau dengan setelan jas hitamnya. Sakura tersenyum malu saat Sasuke mendekati lalu memuji Sakura dengan setangkai bunga mawar merah.

Sakura mengambil mawar itu, tangkai berdurinya menusuk jari Sakura. Dengan gugup Sakura tertawa melihat setitik darah keluar. Ia mengamati setegas darahnya yang jatuh ke lantai, betapa kagetnya ia saat melihat ke bawah kakinya yang tergenang dengan darah. Sakura memandang sekitar, Kecelakaan, Sakura berlari pada mobil yang ia kenali itu. Melihat ayahnya duduk di kursi kemudi dengan kondisi parah.

Sakura menangis, berusaha mengeluarkan ayahnya dan berteriak meminta pertolongan. Namun pintu mobil susah untuk dibuka, Sakura memeluk tubuh ayahnya. Seseorang menepuk bahunya, Sakura berbalik mendapati Sasuke tersenyum khawatir.

'maafkan aku, aku harus pergi '

Sahabatnya itu mengucapkan kata perpisahan yang sama sekali tidak ingin ia dengar saat ini.

Sakura menahan lengan Sasuke. Menahan lelaki itu untuk meninggalkannya.

...

"Jangan."Sakura membuka matanya dengan kaget, jantungnya berdebar kencang dan seketika kepalanya berdenyut keras. Air mata membasahi pipinya. Sakura menoleh keliling kamarnya. Bagaimana ia sampai ke rumah?

Ibunya muncul di pintu kemudian, memandangnya aneh dan khawatir.

"Ada apa Sakura?"Ibunya terlihat sangat khawatir.

Sakura melirik jam di kamarnya, tersenyum kemudian menggeleng. "Aku haus."Sakura meraih gelas disamping nakas tempat tidur, suaranya terdengar serak. Keringat membasahi tubuhnya dan tenggorokannya benar-benar terasa kering.

Ibunya masuk dengan senyuman getir, "Sakura dengar, Apa kau baik-baik saja?"

Sakura mendesis pelan saat kepalanya kembali berdenyut, ia bersandar dikepala tempat tidur.

"Aku baik-baik saja bu, hanya dehidrasi, sepertinya."Sakura menjawab dengan pelan.

Mebuki menghela napasnya, mengetahui bahwa putrinya berbohong, "Sakura... Apa kau ingin menceritakan yang terjadi semalam?"

Sakura tidak ingin membahas hal tersebut, "Siapa yang mengantarku pulang?" Sakura berusaha mengalihkan topik, ia cukup terkejut mendapati dirinya bangun dengan selamat diatas kasur dalam kamarnya.

"Temanmu yang berambut pirang mengantarmu." Mebuki pasrah, ia tidak ingin memaksa putrinya menjawab pertanyaannya.
Sakura berusaha memikirkan apa yang terjadi kemarin malam, tetapi hal yang terakhir diingatnya adalah ia duduk mengasihani diri bersama Naruto, Sai dan Shikamaru. Sial! Sakura memikirkan semua hal terburuk yang bisa ia lakukan.

"Ino..."Sakura tidak yakin bagaimana Ino mendapati dirinya, Ibunya menggeleng.

"Sayangnya, bukan temanmu yang itu. Dia cantik dan baik."Mebuki berusaha mengingat.

Sakura kembali menatap jam, bukannya, "Sasuke?"untuk sesaat ia berharap besar bahwa sahabatnya itu yang membawanya pulang.

Mebuki menggeleng, "Ah, dia datang setelahnya mengecek dirimu dan kembali ke rumahnya. Dia berangkat hari ini bukan?"Ibunya jelas mengingatkan Sakura tentang mimpinya. Sasuke tidak boleh meninggalkannya.

Sakura mengintip dari jendelanya, rumah Sasuke nampak sepi. Ia segera bangkit dengan migrain yang sangat kuat.

"Sasuke Bu!!!"Seru Sakura.

Ibunya nampak tidak mengerti dan kebingungan.

Sakura berlari keluar dari kamarnya, namun baru sampai di depan pintu kamar tubuhnya hampir saja terjatuh karena menabrak seseorang.

Sasuke menahan tubuh Sakura dengan bingung, "Hei kau tidak apa-apa?"Suara Sasuke sangat khawatir.

Sakura menatap Sasuke dengan malu, menggeleng pelan kemudian memeluk Sasuke erat, "Ku kira kau sudah pergi."

Mebuki bangkit dari duduknya dan tersenyum pada Sasuke, meninggalkan mereka berdua sendiri. Merasa bahwa ia perlu memberikan ruang untuk Sasuke dan Sakura saling mengucapkan perpisahan.

...

"Ada apa dengan wajahmu?"Sakura menyentuh sudut bibir Sasuke yang nampak membiru. Sasuke menghindar dan meringis saat jemari Sakura menyentuhnya.

Sasuke menahan tangan Sakura, "Aku terjatuh."Jawabnya. Sasuke melangkah ke samping jendela, lalu menyender disana.

"Aku datang untuk mengecekmu."Sasuke tersenyum kecil pada Sakura. Suaranya melembut.

Sakura terdiam, mulai sekelibat memori datang padanya. Ketika ia menangis dan berlari mencari Sasuke. Apa ia akhirnya bertemu Sasuke? Sakura tidak yakin.

Sakura mengangguk pelan, "Aku baik-baik saja."Jawabnya tanpa menunggu Sasuke bertanya. Sasuke menipiskan bibirnya menatap Sakura yang terlihat sangat berantakan. Pasti perempuan merah muda itu belum menyadarinya.

Sasuke menatap jam di tangannya, "Kau yakin?"Sasuke tidak memiliki waktu yang banyak saat ini.

Sakura menatap Sasuke yang terlihat gelisah. Ia tidak mungkin mengatakan bahwa ia tidak benar-benar baik-baik saja karena pria itu akan pergi meninggalkannya. Itu terlalu egois bukan? Egois. Sakura tertawa dalam hati. Iya, dia terlalu egois. Maka dari itu, biarkan dia kali ini berhenti untuk egois.

Sakura menggeleng pelan dengan senyuman kecil, "Aku baik-baik saja, Sasuke."

"Aku baik-baik saja."Sakura kembali mengulang ucapannya dengan senyuman yang kali ini lebih lebar. Hanya untuk memastikan dirinya sendiri bahwa ia memang baik-baik saja.

"Kau tidak mengingat kejadian semalam?"Sasuke terdengar ragu.

Sakura meringis, "Aku tidak ingat bagaimana bisa pulang kemari? Aku hanya ingat duduk bersama Sai..."

"Tsk!"Sasuke mendecih keras memotong ucapan Sakura.

Kemudian Sakura merasakan Sasuke yang mengelus pelan kepalanya, Sakura dapat merasakan desiran aliran darahnya menuju ke kepala. Denyutan jantungnya yang perlahan nyeri dan matanya yang seiring mengabur. Ada apa? Sakura merasa ia tidak perlu menangis. Tapi kenapa rasanya tetap saja sakit.

Mebuki muncul di pintu, tidak memiliki banyak ucapan yang harus ia ungkapkan. "Sasuke, Itachi menelepon. Kau harus bergegas."

"Sakura kau ingin mengantar Sasuke?"

"Tidak."Sakura menjawab dengan cepat

Mebuki terlihat bingung, "Baiklah."
Berjalan pergi dengan raut wajah yang sama.

Sakura ingin sekali melawan hatinya dengan meraung meminta Sasuke tetap disini.

Tapi yang Sakura lakukan hanyalah terdiam dan tertawa kecil. Jika bertindak kasar dilakukan untuk menutupi rasa cinta yang dimilikinya. Maka tertawalah yang bisa Sakura lakukan untuk menutupi kekecewaannya.

Tanpa Sakura sadari, air matanya jatuh perlahan.
Perlahan Sasuke menarik Sakura pada pelukannya. "Istirahatlah. Goodbye."Bisik Sasuke pelan.

Perlahan Sasuke melepaskan pelukannya. Sakura melihat Sasuke Sasuke memejamkan matanya sebentar, terlihat sangat bingung dan khawatir.

"Jangan lupa bahagia, Sakura. Aku akan meneleponmu."Ucapan Sasuke diakhir dengan sentilan pelan di dahi Sakura yang membuat perempuan bermata emerald itu terkejut dan menatap kesal sembari memegang dahinya.

Perlahan, Sakura menatap Sasuke yang menghilang dari pengelihatannya.

Mungkin, memang ini saatnya ia harus berhenti.

FALLINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang