Selama sisa akhir pekan sebelum menuju ujian, Sasuke dan Sakura sama sekali tidak pernah bertemu. Sakura disibukkan belajar bersama Ino dan Gaara. Untuk sesaat ia lupa dengan Sasuke. Tapi itu hanya sebentar, karena kemudian ia kembali akan teringat pada Sasuke. Hei, Belajar bersama adalah hal yang selalu mereka lakukan. Sebenarnya selama ini mereka selalu melakukan apapun bersama-sama. Terasa sedikit ganjal ketika dia tidak melakukan hal ini bersama Sasuke. Tapi rasanya tidak seburuk itu.
Ketika ia mencuri intip jendela menuju ke arah rumah Sasuke diseberang, ia melihat Shion berdiri di depan rumah sahabatnya itu.
Sakura terdiam.
Benarkan, ia tidak akan lebih dari ini dan selalu sesakit ini walau kerap terjadi.
Rasanya tidak seburuk itu Sakura.
...
Selama ujian, setiap pagi Sakura dan Sasuke tetap berangkat pergi sekolah bersama. Saling menyemangati sebelum ujian dimulai.
Setidaknya, Sakura tidak ingin mengecewakan Sasuke.
Setelah ujian akhir ini, akan ada lagi ujian masuk universitas. Ini baru awal. Sakura menyemangati dirinya sendiri.
Sepulang sekolah, Sakura akan pulang bersama Gaara dan Sasuke bersama Shion. Tetap seperti itu. Esok paginya barulah Sakura mengoceh sepanjang jalan mengenai ujian pada Sasuke.
Seakan yang mereka lakukan ini sekarang merupakan rutinitas. Rutinitas selama ujian. Sakura meringis. Hei, Gaara tidak seburuk itukan? Begitupun dengan Sasuke dan Shion, mereka terlihat sempurna bersama. Setidaknya itu yang Sakura dengar dari orang-orang.
...
Satu hal yang tidak Sakura beritahu Sasuke bahwa ia ikut mendaftar beasiswa sekolah kedokteran juga di Amerika. Sakura selalu memberitahu Sasuke semua hal, tapi ini hal tidak perlu Sasuke tahu, jika tidak diterima setidaknya Sasuke tidak perlu kecewa dan jika diterima biarlah ini menjadi kejutan buat sahabatnya itu. Sakura bersungguh-sungguh ketika mengatakan akan mengikuti Sasuke kemana pun. Namun kali ini dengan caranya sendiri.
Tapi, apakah Sasuke mengharapkan Sakura ikut bersamanya?
...
Ujian akhir telah usai, tapi sekolah seakan enggan meliburkan siswa tahun akhir mereka. Seakan mereka sengaja menjebak para siswa agar tidak memiliki waktu untuk bersantai dirumah. Padahal sama saja, tidak ada yang mereka lakukan di sekolah. Selain menambah pemasukan kantin mereka.
Sasuke dan kawan-kawannya sedang berbaring di dalam gedung olahraga yang kosong.
"Aku tidak mengerti kenapa kau selalu mengikuti kami sekarang." Naruto melirik Shion yang sedang duduk cukup jauh dari mereka.
Shion memutar matanya bosan, mengerti akan sindiran pengusiran dirinya. Sasuke bahkan tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya.
Sai berjalan mondar-mandir mengelilingi teman-temannya yang berbaring dilantai. Beberapa kali berhenti dan berpikir.
Shion mengerutkan keningnya, ia sedang mengoleskan kuteks ketika Sai mondar-mandir di depannya dan menganggu konsentrasi dirinya.
"Bisa kau berhenti Sai?"Tegur Shion.
Naruto membuka matanya hanya untuk melihat Sai menatap Shion kesal, "Kenapa kau disini?"Balas Sai tidak senang ditegur oleh Shion.
"Terserah aku mau dimana saja." Shion menyeringai meniup kukunya.
Naruto memutuskan untuk kembali menutup matanya. Kemudian ia merasakan tubuhnya diguncang hebat, hanya sebentar karena dirinya mendengus kesal dan yang mengguncang tubuhnya ikut berbaring disampingnya.
Hanya hening sesaat, 10 menit. Sebelum,
"Apa menurutmu aku sebaiknya mengajaknya?"Sai memecah keheningan dengan pertanyaan yang sama sekali tidak dapat dimengerti.
Tanpa membuka matanya Naruto menjawab, "Mengajak apa?"nada suaranya mengatakan tidak tertarik.
Sai kemudian berdiri dan kembali berputar-putar, "Pesta akhir sekolah, apa menurutmu aku mengajaknya?"
Shion yang memperhatikan dan mendengarkan ucapan Sai menanggapi, "Siapa yang diajak?"
Naruto tertawa, dia duduk melihat Sai terlihat bingung, "Siapa lagi? Yang di ponselnya Sai."
Shion mengangguk pelan, sedikit tercekat, Jadi Sai serius? "Ah, That girl."Shion pernah melihatnya. Secara tidak sengaja. Waktu itu Sai sedang memandangi fotonya dan mereka benar, foto perempuan itu banyak di galeri milik Sai, Shion penasaran dimana Sai mendapatkan foto-foto itu.
Yah, walaupun Sai tetap saja masih menatap bokong adik kelas.
"Menurutku....."
Sai mendekati Shion, dia butuh saran orang lain dan Shion kelihatannya memiliki pendapatnya."Sulit, kau tahu kan. Apa kalian dekat?", Shion jelas memukul pelak harga diri Sai.
Sai meringis, kemudian menggeleng.
"Ah..."
"Kenapa kau tidak tanya saja padanya langsung?"Kali ini membuat mereka terkejut karena Sasuke-lah yang menyahut. Pria itu telah duduk. Memandangi Sai dan Shion, Aneh, karena Sasuke terlihat tertarik dengan obrolan ini. Topik yang sangat bukan Sasuke.
"Kau tidak butuh dekat dengannya."Lanjut Sasuke.
Shikamaru tertawa dalam baringnya, "Kau bahkan hanya mengutitnya lewat sosial media."sindirnya. Kemudian Shikamaru ikut duduk.
Sai terlihat bingung.
"Just ask, mungkin dia mau. Tapi dengan sedikit paksaan dan ancaman." Sasuke kembali menarik perhatian teman-temannya dengan ucapannya.
Sasuke menatap ke arah Shion. Shion juga menatap Sasuke. Sekian detik kemudian pria itu mengedipkan salah satu matanya dengan perlahan pada Shion dengan senyuman menggoda. Shion tertawa terbahak-bahak.
Sai dan Naruto yang melihat hal tersebut saling berpandangan terkejut. Apa maksudnya? Shikamaru menguap dan kembali berbaring. Hal tersebut tidak menarik perhatiannya. Karena otak jeniusnya sudah mengerti apa yang terjadi. Semua sudah jelas baginya. Jadi memang seperti apa yang ia pikirkan.
Sai mengerutkan keningnya dan menipiskan bibirnya. Tersenyum dengan bingung kearah Sasuke.
Naruto ikut tertawa sumbang, "Aku tidak mengerti. Maksud kalian apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING
FanfictionFALLING [1] Sakura mencintai Sasuke sejak pertama kali mata emeraldnya menangkap sosok itu dan akan selalu tetap seperti itu. Ino pernah berkata bahwa Cinta itu kuatmu dalam mempertahankan perasaan itu, namun lepaskanlah jika kuatmu tidak dihargai...