***
"Jadi, gimana perasaan lo?"
Gue mencomot satu kentang goreng dan memasukkanya dalam mulut gue. Cowok itu hanya diam sedari masuk cafe ini. Yang ia lakukan dari tadi hanyalah mengaduk random Orange Squash yang ia pesan beberapa menit yang lalu.
Gue berdecak, kesal sendiri. Kencan tiba tiba yang gue harapkan hancur lebur karena pemandangan tidak diinginkan tadi siang. "Lin, gue tau lo sakit hati. Tapi jangan diunjukkin di depan gue kali, maksudnya ya jangan diem gini, mending pulang aja gimana?"
Guanlin menghela nafasnya, matanya memandang gue saat ini. "Gue nggak sakit hati"
Gue berdecih dan ngecursing dalam hati. "Cih, berak sekebon! Ekspresi lo menunjukkan kalau lo sangat sangat tersakiti"
"Gue cuman........kecewa"
"Sama aja Bambang! Udin! Bejo! Sukijan! Sukiman!" Gue kalau kesal, memang agak random nggak jelas. Jadi lebih baik daripada gue mengabsen kebun binatang.
"Gue sama Aluna memang nggak semanis dulu, kita putus karena elo! Tapi, tetep aja harus diselesain baik baik, kalau dia mau bener bener sendiri dan jalanin hidup dia, ya gue iya iya aja"
Gue menghela nafas kasar, mengambil satu potong roti bakar rasa Oreo. "Bodo ah! monolog aja sana lo, gue mau makan roti"
Guanlin diam lagi. Dan gue asik sama makanan sendiri, yang harusnya dipesan untuk berdua dan suap suapan, ralat deh Guanlin mana mau suap suapan sama gue. Makananan itu gue habiskan sendiri, daripada mubazir. Kalau kata Ibu gue nggak baik nyisain makanan nanti kalau meninggal ada kutunya.
"Ini semua gara gara lo" Ucapnya tiba tiba.
Gue langsung tersedak, dan langsung terburu buru meminum jus di atas meja. Gue nggak terima dong, walaupun sejatinya penyebab mereka putus adalah gue sendiri, tapi gue nggak mau disalahkan. Siapa suruh mesra mesra di sekolah, udah tau dilarang. Giliran gue melanggar peraturan OSIS getol banget menciduk, jadi giliran gue dong yang mengadu. Sekian alibi yang tercipta dari otak yang tidak pintar ini.
"Salah gue bikin lo berdua putus? Cermin coba biar lo menyadari apa kesalahan lo hingga membuat Bu Mawar marah"
"Bukan cuma itu aja"
Gue semakin melotot. "Emang apaan lagi?" Ucap gue berapi api bagai elpiji yang siap meledak menghancur leburkan cafe.
"You make me confused to choose" Cowok itu meminum Orange Squash yang sedari tadi hanya diangguri.
Gue berdecak kesal, menaruh garpu di atas piring hingga berbunyi dentingan. "Lo udah ngomong kecil, pake bahasa inggris lagi! gue nggak paham"
Cowok itu memutar bola matanya malas. "Artinya gue bingung bloon! makanya kalau bego jangan bego banget apa. Orang tuh punya batas kebegoan di dalam otaknya, Lo harusnya punya batas kalau lo harus bego sampe mana, itu kosa kata SMP"
Gue melongo tak percaya, bahwa ucapan Guanlin begitu menohok di dalam hati yang paling dalam. "Sok tau banget! Lo nggak tau satu satunya nilai tinggi di rapot gue apaan? Bahasa Inggris! gue nggak paham karena lo ngomongnya kayak tikus kejepit pintu"
"Lagian gue baru tau kalau orang tuh punya batas bego. Bego mah bego aja"
Cowok itu berdecak.
"Gue bingung karena lo selalu buat gue penasaran!" Guanlin menaikkan nada suaranya, menatap gue tajam dan dingin.
"Penasaran apaan si?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Kutub Magnet
Fanfiction[ Book 1 ] #PANCASILA'S UNIVERSE Gue sama Guanlin itu bagaikan dua kutub magnet yang berbeda. Mungkin dia Positif dan gue Negatif. Tau artinya? Iya beda. Beda banget. Gue anaknya nakal, Guanlin anak baik baik. Gue anaknya bobrok, Guanlin perfeksioni...