***
Gue menopang dagu di atas meja putih yang sangat familiar. Ruangan ber-AC serta wangi khas bunga bungaan ini membuat gue berdecak, seakan akan kami berada di tempat dukun dengan khas bunga bungaan. Kami yang gue maksud adalah, gue dan June.
Jadi begini ceritanya, hari sudah Senin, sekolah gue udah nggak dibuka lagi untuk umum karena FLS2N sudah selesai digelar. Dimana anak Osis serta guru berdiri di depan gerbang, dan gue beserta keempat sahabat laknat memutuskan untuk memanjat pagar belakang. Namun nampaknya hari ini sedang ketiban sial, gue dan June yang memanjat paling akhir terciduk oleh Bu Mawar yang kebetulan memang sedang berkeliling mencari anak anak bandel kayak kami, yang nggak suka lewat gerbang depan.
"June, lo merasa ini ruangan kayak tempat perdukunan nggak sih?" Tanya gue disela sela June menguap lebar.
"Berarti Bu Mawar dukunnya dong?" Tanyanya balik.
Gue buru buru menutup mulut June dan menatap panik ke arah pintu. Takut takut sang pemilik ruangan kembali ke sarangnya.
"Lo jangan jujur gitu dong, kalo ibu lo denger gimana?" Omel gue.
"Anying lo, dia bukan ibu gue! Lagian asin tangan lo! Abis megang apaansi?!"
Gue berdecak kesal, lantas menjitak kepala June keras. Gue kesal banget kalo orang ngatain tangan gue asin disaat tangan gue sebetulnya wangi lotion. Apalagi masih pagi!
Suasana kembali diam, June diam nampak berpikir. Sedangkan gue menyenderkan tubuh ke senderan kursi. Ngomong ngomong, ini kursi lebih empuk dari bangku kelas gue.
"Kalo misalkan ini tempat dukun, gue mau minta jadi kaya" June tiba tiba bersuara.
"Lo udah kaya! Mau sekaya apa lagi si nyet nggak bersyukur banget"
"Gue mau kaya ngalahin si Sonny"
Gue menggeleng. Berbicara tentang Sonny, dia adalah makhluk yang menurut gue udah kaya banget, apalagi hartanya turun temurun dari uyut buyutnya. Tujuh turunan gitu! Si Sonny mah mainnya bukan yang ece ece lagi, tapi mainnya saham. Sadis kan? Gue aja kesel dengernya.
"June, kalo lo minta kayak gitu ke dukun, biasanya dia minta tumbal"
"Ya gue tumbalin lo aja"
Gue berdecak lantas berancang ancang hendak memukul kepalanya. "Anj-----"
"Kimi! Kamu mau ngapain?" Seruan dari arah pintu membuat gue berhenti dan nyengir nyengir tolol. Bu Mawar muncul membawa aura hitam yang seram sekaligus menegangkan.
Gue mengigit bibir pelan, tangan yang semula gue gunakan untuk memukul June berubah menjadi lembut dan merapikan rambut lelaki itu.
"Ini bu, hehe dia lupa belom sisiran di rumah"
Bu Mawar menggeleng geleng. "Anak muda jaman sekarang, kalian pacaran ya?!" Tuduhnya yang membuat gue serta June melotot.
"Enggak bu! Enak aja!" Sergah gue cepat.
"Ih amit amit! Saya mah ogah sama sapu ijuk kayak dia Bu"
Si anjir. Gue melayangkan Deathglare pada June. Bisa bisanya teman yang gue percayai menyebut gue sapu ijuk yang jelek banget, debuan, bikin gatel kena kulit, kadang suka bau, apalagi kalo kesapu lantai berair.
"Kalian kenapa manjat manjat pagar? Kenapa sih nggak masuk lewat jalur normal aja?"
"Nggak bawa dasi bu, ketinggalan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Kutub Magnet
Fiksi Penggemar[ Book 1 ] #PANCASILA'S UNIVERSE Gue sama Guanlin itu bagaikan dua kutub magnet yang berbeda. Mungkin dia Positif dan gue Negatif. Tau artinya? Iya beda. Beda banget. Gue anaknya nakal, Guanlin anak baik baik. Gue anaknya bobrok, Guanlin perfeksioni...