___
Seperti gula jatuh yang dikerubungi semut, juga seperti pelikan yang ramai karena ikan di lautan. Kabar terbaru dan mengejutkan memang menjadi sasaran empuk untuk netizen berpendapat, baik itu menyakitkan maupun perasaan iba.
Ternyata Ayah Aluna saat ini adalah Ayah kandung dari Kimi. Orang tua Kimi bercerai karena kehadiran Ibu Aluna. Semua itu, menyebar cepat begitu saja bagaikan bara api yang menyala di dedaunan kering. Murid berbondong-bondong ramai di grup chat Lambe Pancasila, berpendapat sesuka hati, dan berspekulasi yang nyaris benar 90%.
Hari ini sekolah lebih hidup dari biasanya, menurut gue. Hal biasa yang dilakukan saat berjalan di koridor tanpa ditatapi, berubah menjadi ramai bak redcarpet ketika gue berjalan menuju kelas untuk menaruh tas. Murid ramai bergosip, berbisik kencang ketika melihat gue, dan tentu bukan cacian melainkan perasaan iba.
Jadi, alasan Kimi dan Aluna tak pernah akur bukan hanya tentang ketua Osis dan anak nakal. Itu yang mereka katakan, belum lagi fakta yang diketahui banyak orang jika gue dan Aluna bersahabat sedari kecil hingga SMP.
Gue nggak suka menjadi subjek gosip walau tak merugikan sedikit pun. Tetapi ada baiknya, semuanya terbongkar dan Aluna nggak akan berani berbuat sesukanya pada gue di depan yang lainnya.
"Jadi, gimana perasaan lo?" Setelah Vernon memasukkan bola di ring basket, dia menghampiri gue yang sedang terduduk termenung di tribun. Kebetulan, pagi ini mata pelajaran olahraga.Seungwoo sibuk mengambil nilai shoot bola basket. Sedangkan gue memisahkan diri dari kebisingan siswi kelasan yang sibuk berteriak karena bola.
"Apanya? Semua orang ngeliatin gue iba, kayak sedih banget gitu hidup gue, padahal udah enggak"
"Kaget gue semalem pas baca grup lambe" Tambahnya. Cowok bule itu menyibakkan rambutnya kebelakang, kemudian mendudukkan dirinya di sebelah gue sembari sesekali tertangkap basah memerhatikan Pinky dari kejauhan.
Gue menghela nafas. "Bisanya ngeliatin doang, bertindak dong! Cowok bukan?"
Vernon mendengus pelan dan menatap gue kesal. "Apaan?!" Sewotnya.
"Perasaan tuh tentang waktu Non, kalau suka ya bilang, lagian elo sama dia juga udah deket gitu. Kelamaan, keburu diembat orang"
Gue sedih juga melihat Vernon. Dia sama Pinky tuh kabarnya udah temenan lama dari SMP, selalu sekelas, macam gue sama Daniel sih hubungannya. Bedanya dulu gue yang suka sama Daniel, sedangkan Vernon yang naksir sama Pinky.
"Alah, dia demennya sama temen lo tuh, si Daniel. Mana mau sama gue"
"Perasaan bisa berubah, sebelum bosan sama cinta bertepuk sebelah tangan ya coba aja lo ngomongin dulu, cewek mah di terus terangin juga perlahan membuka hati"
Bukannya menyerap nasihat gue baik baik, cowok itu tertawa ngakak di tempat sembari menepuk bahu gue dengan pelan beberapa kali.
"Nggak nyangka gue dinasihatin sama cewek paling absurd di Pancasila"
Gue berdecak, dan menjambak dengan singkat rambutnya yang kepirangan. "Eh iya, lo tau nggak cewek terbloon, bego, lemot, dan nggak peka di SMA Pancasila?"
"Itu mah elo banget nyet HAHAHAHAHA" Lagi, cowok itu tertawa kencang di depan wajah gue saat ini. Sebelum gue melepas sepatu dan memukulnya dengan itu, dia berlari kencang menuju lapangan dan bergabung dengan siswa lainnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/142300416-288-k312068.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Kutub Magnet
Fanfiction[ Book 1 ] #PANCASILA'S UNIVERSE Gue sama Guanlin itu bagaikan dua kutub magnet yang berbeda. Mungkin dia Positif dan gue Negatif. Tau artinya? Iya beda. Beda banget. Gue anaknya nakal, Guanlin anak baik baik. Gue anaknya bobrok, Guanlin perfeksioni...