______
"Cangkul, cangkul, cangkul yang dalam! Tanah yang longgar jagung ku tanam~"
"Cangkul, cangkul, cangkul yang dalam! Menanam jagung di kebun kita~"
Kantin sekolah sangat ramai, selain karena jam istirahat dan para murid yang beli makanan. Tapi juga ramai ketika komplotan penyelamat pancasila memutuskan main kartu remi, alias cangkul.
Yang mainan sih cuma 5 orang. Yaitu gue, Daniel, Ethan, Mingyu, sama Bobby. Sisanya nontonin doang, sambil nyanyi-nyanyi ketika Ethan kalah dan mengambil banyak kartu. Biar rame aja katanya.
By the way, kita tuh mainnya sambil sembunyi sembunyi gitu. Soalnya kadang-kadang guru suka beli makanan juga disini. Daripada kartunya disita terus disuruh lari keliling lapangan, mendingan sembunyi-sembunyi.
"Mana sini muka lo, gue cemongin dulu" Sahut Alex semangat sambil menumpahkan banyak bedak hampir segenggam tangannya.
"Heh setan! Elo kan nggak ikutan! Ngapain ikut ngehukum gue?!" Sahut Ethan nggak nyantai.
"Ih nggak apa-apa disini kan kita nontonin yang main, berarti kita semua berhak turut ngehukum lo" Kali ini Arka yang menyahut, Ethan melotot nggak terima. Nggak bisa nih, wajahnya yang ganteng bisa jadi mochi puncak kalau mereka ikutan ngehukum.
Gue mengambil bedak di tangan Alex dan membaluri wajah Ethan tanpa babibu, membuat cowok itu mau tak mau menutup matanya dan terbatuk-batuk. Melihat itu, teman-teman yang lain ikutan cemongin wajahnya Ethan, ada yang dikit doang, ada yang nggak tau diri macam Alex, ada juga yang langsung di lempar aja ke kepalanya Ethan seperti Bara.
Daniel tertawa puas tanpa henti ketika melihat wajah Ethan seputih hantu-hantu dan seragamnya yang jadi putih semua. Sonny sebagai sponsor bedak cuma sesekali tertawa sambil duduk di kursi kebanggaannya yang beda sendiri. Bobby sama June asik bikin snapgram.
Taeyong nggak peduli, dia asik makan cimol.
"Ambil seragam baru ah di koperasi" Ethan berdiri dengan Bara yang mengikuti di belakang. "Lo ngapain?"
"Aing temenin! Merasa bersalah nih udah ngelempar kepala lo pake botol bedak!"
Ethan dan Bara segera beranjak menuju koperasi, sedangkan gue dan yang lain masih duduk disini, menunggu Alex ngumpulin kartu berniat main. "Gue nggak ikutan ah" Celetuk gue. Bosen juga mainan cangkul lama-lama.
"Gue juga"
"Iya ah males"
"Sama"
Alex berdecak dan melempar asal kartu remi yang sudah tersusun rapih dan menjadi berantakan lagi. "Kalo gitu ngapain gue beresin bekas kalian main!"
Beberapa ada yang beranjak beli jajanan. Sedangkan gue malah sibuk dengan pikiran sendiri. Masih kepo sama yang semalam Guanlin disuruh balik sama nyokapnya. Kira-kira memang dirumahnya ada siapa? Tapi dilihat dari raut wajah Guanlin sih, kayaknya dia kesel banget, nggak suka dan nggak peduli. Tapi pada akhirnya Guanlin pulang juga, disini gue baru tau kalau dia tipikal putra yang penurut.
Gue masih ngelamun ketika gebrakan meja mengangetkan lamunan gue. Hanbin sama Lucas datang.
"Cil, tadi gue ketemu Guanlin, lo dicariin tuh. Katanya kalau ketemu Kimi bilangin gue ada di perpustakaan" tutur Hanbin.
"Besok elo dispent ya? Enak banget sih"
Daniel menaikkan sebelah alisnya. "Besok lombanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Kutub Magnet
Fanfiction[ Book 1 ] #PANCASILA'S UNIVERSE Gue sama Guanlin itu bagaikan dua kutub magnet yang berbeda. Mungkin dia Positif dan gue Negatif. Tau artinya? Iya beda. Beda banget. Gue anaknya nakal, Guanlin anak baik baik. Gue anaknya bobrok, Guanlin perfeksioni...