57. Pecahan

4.3K 918 161
                                    

_______


Gue termenung sambil menopang dagu. Suasana kelas yang senyap seakan mendukung pikiran gue yang berjalan begitu saja setiap detiknya. Anak kelasan sibuk mencatat rumus-rumus fisika di depan sana, Seungwoo yang bercerita tentang adiknya sudah tidak bersuara digantikan oleh deru nafas yang tenang. Teman gue itu tidur. Sudah tiga hari berselang sejak rapat komite disiplin, ketua OSIS digantikan oleh Jeffrey yang sebelumnya menjabat sebagai wakil.

Aluna bukan hanya diturunkan dari jabatannya, tapi juga dikeluarkan dari organisasi intra sekolah. Sebelumnya gue memang sudah jarang melihat Aluna bersama dua kacungnya, tapi setidaknya cewek itu masih memiliki teman untuk sekedar main saat istirahat.

Tapi sekarang, ia benar-benar sendirian.

Gue nggak banyak berkomentar ketika orang lain membicarakan keputusan kasus Aluna. Gue hanya diam atau melenggang pergi tanpa peduli. Seperti permintaan gue pada Lucas untuk tidak update tentang konten kasus tersebut, cowok bawel itu mendengarkan. Bahkan akun instagramnya sampai-sampai dibanjiri DM karena tidak update apapun.

Bel berbunyi, anak kelasan menghela nafas lega sambil sesekali Vernon menghela nafas dengan bersuara. Bersamaan dengan guru Fisika keluar, Seungwoo terbangun dari tidurnya dan segera berdiri.

"Kantin nggak lo?"

"Nitip roti sama susu coklat dong"

Seungwoo memutar bola matanya malas. "Nggak ada titip-titipan, gue bukan admin jastip"

"Iyaiya teman" Gue berdiri dan berjalan keluar berjalan meninggalkan Seungwoo yang berseru. "Lagian gue nggak bakal balik kelas kalau belum bel!"

Saat keluar pintu, gue disambut oleh wajah berseri dari Bobby dan June. Jujur aja, gue kaget setengah mampus. Serem coba dicengirin Bobby sama June tiba-tiba.

"Ngapa si? Iklan pepsodent lo berdua?"

"Ditraktir Daniel, si cibe udah official sama Sena" Jelas June. Wajah gue yang semula datar digantikan oleh senyuman lebar. "NAH MANTAP NIH CUS DAH!"

"Loh?! Berarti gue jomblo sendiri dong?!" Seungwoo yang baru keluar berdiri di ambang pintu dengan tak terima. Daniel harusnya menjomblo bareng Seungwoo.

"Elo tembak lah si Doyeon, dasar bego" Bobby menyahut dengan enteng, seakan nembak cewek adalah hal biasa seperti membeli cilung ditengah jalan.

Seungwoo itu memang cowok pro dan playboy. Mantannya memang kelewat banyak, tapi sebagian besar itu semua karena si cewek yang nembak bukan Seungwoo sendiri.

"Haduhhhhh kalau lo nggak bernyali  gitu, udah deh Wo kita ke koperasi aja beli rok bareng" Ajak gue yang sukses membuat cowoo itu mendelik tajam.

"Gue tuh mau nembak, tapi bingung sama latar tempat dan waktunya"

"Yaelah lo mau nembak cewek apa bikin cerpen sih segala mikirin latar, gue aja nembak si Lisa di motor waktu ujan gede, pake jas ujan pula"

"Kalo elo sih memang nggak bermodal Bob" Sahut June enteng.

"Udah lah kantin aja ayok makan, lo pikirin deh tuh gimana caranya nembak si Doyeon sebelum keduluan sama si Eunwoo"

Dua Kutub Magnet Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang