60. Dinner

4.3K 846 198
                                    

_______

Malam ini keluarga kami berniat mengundang Guanlin untuk makan malam di rumah. Itu adalah keinginan Ibu yang belum terealisasikan semenjak tau bahwa Guanlin lah yang membantu gue memperbaiki nilai yang seperti IPK Cumlaude itu menjadi lebih baik, seenggaknya mencapai ke angka 70 ke atas.

Gue memandangi meja bulat kaca dengan banyak makanan di atasnya. Seperti ayam bakar--yang ini sih request dari gue, nasi goreng, sup ayam, gurame asam manis yah pokoknya makanan rumahan. Gue mencomot satu perkedel kentang dan memasukkan ke dalam mulut dengan sekali lahap, membuat Ibu menyebut nama gue.

"Kinan!"

"Afa?" Tanya gue masih dengan mulut yang penuh. "Kamu itu perempuan, jangan kayak begitu makannya"

Gue mengangguk dan berjalan keluar begitu saja menuju pintu depan, memastikan Guanlin sudah datang atau belum. Kami janji jam 7 malam, tapi jam sudah menunjukkan pukul 8 malam.

Tuh orang kemana ya?

Gue memfokuskan pandangan gue pada rumah besar bercat putih di depan. Pintu pagarnya terbuka lebar, setelah itu mobil hitam keluar dari pekarangan.

Zacky keluar dari mobil dan berjalan untuk menutup pintu pagarnya, sedangkan gue buru-buru berjalan ke arah pagar sambil tersenyum lebar.

"Cie, mau kemana Lo?"

Ia menoleh. "Pacaran lah kan malam Minggu"

Oh iya, tuh cowok sekarang udah mawangin anak orang.

"Lo nggak malmingan?" Tanyanya. Gue tersenyum lebar lagi. "Malmingan dong, tapi dirumah biar dapet restu"

"Cuih" Balasnya sekenanya. Ia menaikkan kedua alisnya secara tak langsung pamit dan masuk kembali ke dalam mobil.

Beberapa detik kemudian kaca mobilnya terbuka lebar menampilkan ia yang tengah bersender di jok dengan satu tangan di stir dan satu tangan lagi melambai. "Dah!"

"Bye Zacky! Salamin ya ke Gisella" Entah ia mendengar atau tidak, mobil itu sudah berjalan menjauh meninggalkan gue yang masih berdiri di depan pagar, menunggu seseorang yang tak kunjung datang.

"Kinan!" Suara Ibu dari dalam membuat gue segera menghampiri.

"Iya mah?"

"Guanlin kapan datangnya? Macet kali ya di jalan?"

Gue terdiam sebentar, menatap jarum jam yang perlahan memakan waktu, dan gue masih menunggu Guanlin dengan perasaan nggak enak pada Ibu dan Ayah Dastan. "Mungkin, Kinan telfon deh ya"

Gue kembali berjalan keluar rumah menuju pintu depan, tangan gue sibuk mencari kontak Guanlin.

Gue telfon, pakai pulsa. Nggak pakai WA, soalnya putus-putus mulu.

Belum diangkat, nada tut terus berbunyi seiring dengan kaki gue yang tanpa henti mengetuk-ngetuk lantai.

Panggil tak terjawab. Gue kembali menghubunginya dan menunggu nada tut hilang diganti dengan suara Guanlin.

"Ck" tanpa sadar gue berdecak.

Oh! Diangkat!

Dua Kutub Magnet Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang