NOW PLAYING: NOT - STRAY KIDS.
Budayakan vote sebelum membaca.
___
Jika tadi itu tidak terjadi, aku tidak akan secemas ini.
___"Mau pake iya, giliran mau ngembaliin ogah, bilang makasih aja enggak," gumam Vano yang masih dapat Sasha dengar.
"Enggak dengar," ucap Sasha
---
Setelah selesai jam pelajaran, Sasha segera keluar dari kelas.Dan kini Sasha tengah berada didepan gerbang sekolah sambil menjelajahkan pandangannya mencari ayahnya.
"Hai,"
Sasha menoleh kesamping dan menemukan Dava disampingnya. Sasha membuang nafas kasar dan segera membuang pandangan.
"Kok gak dijawab? Lo pasti seorang kpopers dan lo juga udah tau gue anti kpop, makanya lo cuek sama gue, iyakan?" tanya Dava yang mulai turun dari motornya.
Sasha menggeser tubuhnya dua langkah menjauh dari Dava.
Dan Dava pun begitu, dua langkah mendekat ke arah Sasha.
"Kita belum kenalan, nama gue Dava dan lo?" tanya Dava lagi.
Dalam hati Sasha membatin, kita? Gue sama elo? Lo aja kali, gue mah udah tau nama lo sejak tadi.
"Gue didiemin nih?"
"Lo itu bisa diem ga sih, cerewet amat jadi cowok," ucap Sasha dalam satu tarikan nafas.
"Jadi siapa na-" ucapan Dava terhenti saat orang disampingnya sudah berlari ke arah mobil yang baru saja datang.
Dava menatap Sasha yang sudah masuk ke dalam mobil.
"Cuma ditanya nama aja udah kaya ditanya kapan nikah,kabur mulu," gumam Dava tidak jelas.
Di dalam mobil Sasha langsung merebahkan tubuhnya ke senderan kursi.
"kak Sasha keringatnya bau Yah," protes Ara pada Ardi saat Sasha sudah masuk ke dalam mobil
Sasha langsung melihat ke arah kursi penumpang didepan dan menemukan Ara disana.
"Yah katanya sekolah Ara beda jalan sama kantor Ayah, lah ini, kok bisa barengan?" tanya Sasha pada Ardi.
Baru saja Ardi ingin membuka mulut, namun niatnya membuka mulut ia urungkan karena sudah didahului oleh Ara.
"Karena Bunda lagi jemput Nio, jadinya Ayah yang jemput Ara," jelas Ara pada Sasha.
"Dan kak, kakak itu bau tau," Tambah Ara yang dihadiahi lemparan tempat tisu dari Sasha tepat dimuka Ara.
"Heh, kakak wangi ya, kamu itu yang bau, baju olahraga kotor juga dipake," sungut Sasha tidak terima dikatai bau oleh Ara.
Ara memperhatikan pakaian yang dia pakai dan melihat noda kotor dibeberapa bagian bajunya.
Setelah itu Ara kembali duduk ke kursi dan tidak melihat Sasha lagi.
"Iya, tadi Ara kecebur selokan depan sekolah," ucap Ara lirih.
Ardi hanya memperhatikan dua anaknya tersebut. Tanpa ingin berkomentar karena jika Ardi ikut berkomentar, suasana dalam mobil akan semakin panas.
Sasha heran kenapa ayahnya juga belum menjalankan mobil padahal dirinya juga ada didalam mobil.
"Yah, nungguin siapa sih kok kak jalan-jalan?" tanya Sasha pada Ardi yang asik memainkan ponselnya.
"Nungguin Kak Vano," Ara yang menjawab ucapan Sasha. Dan lagi Ardi hanya mampu mengusap mulutnya kelu.
Sasha sontak menegakkan tubuhnya dan menatap Ara penuh selidik.
"Iya kak Vano, anaknya Tante Devi kak, kak Sasha gak lupakan?" kini Ara lah yang menatap Sasha penuh selidik.
Sasha menyenderkan tubuhnya lagi dan berharap bukan Vano teman sebangkunya yang Ara maksudkan.
"Pasti lupa. Faktor usia, Ara paham betul," ucap Ara yang membuat Sasha melepaskan sepatunya dan melemparkan ke arah Ara.
Namun lemparannya ditangkap oleh Ara dan oleh Ara dilempar balik ke belakang.
"Aw," ringis seseorang yang membuat Sasha dan Ara langsung melihat ke sumber suara.
Vano. Vano Ardata. Teman sebangkunya Sasha.
Saat melihat Vano memegangi kepalanya yang terkena lemparan sepatu, Ara langsung kembali ke kursinya dan tidak melihat ke belakang lagi.
"Hai Van," sapa canggung Sasha sambil mengambil sepatunya yang jatuh didepan Vano.
Vano segera duduk dan menutup pintu mobil.
"Om, anaknya Om Ardi kok anarkis semua sih?" tanya Vano sambil mengusap kepalanya yang tadi terkena sepatu.
"Mana Om tau, om aja heran," jawab Ardi asal sambil menjalankan mobilnya.
Ucapan asal Ardi membuat sekotak tisu jatuh tepat di depannya.
Selama didalam mobil tidak ada pembicaraan karena kecanggungan yang terjadi.
Biasanya Ara lah yang akan banyak berbicara namun karena aksinya tadi gagal yang membuat sepatu Sasha mendarat mulus dikepala Vano.
Dan Sasha yang tengah memutar balikan pikirannya. Vano, Vano Ardata, sejak kapan tantenya memilik anak seperti orang yang tengah duduk disampingnya.
Berbeda dengan Vano yang sudah memasang seatbelt dan terlelap.
Ara yang melihat Vano sudah terlelap dari kaca depan lantas menoleh ke belakang.
"Kak, kak Sasha," ucap Ara dengan lirih.
Sasha hanya melirik Ara sekilas.
"Kak," ucap Ara lagi.
"Apa?" ucap Sasha malas.
Ara berdiri dikursin dan berjalan kebelakang. Sesampainya dibelakang, Ara duduk disamping kanan Sasha, sehingga Sasha duduk diantara Vano dan Ara.
"Kak nanti itu kak Vano tidur dirumah kita loh," Ara berbisik pada Sasha.
Saat Sasha hampir berteriak, Ara langsung membekap mulut Sasha.
Kan percuma jika Ara sudah berbisik kalau pada akhirnya Sasha berteriak.
"Nanti Kak Vano bangun, jangan teriak" bisik Ara lagi.
"Yah, kok Vano tidur dirumah kita sih?" tanya Sasha pada Ardi.
Ardi kali ini langsung menjawab cepat sebelum didahului lagi oleh Ara.
"Cuma tiga hari kak, santai," kata Ardi sambil melirik Sasha lewat kaca depan.
Tiga hari? Santai? Dari mananya tiga hari itu cuma. Dan bagaimana Sasha bisa santai kalo tadi sempat ada sepatu yang mendarat di kepala Vano.
Sasha belum mengenal Vano sepenuhnya. Marahnya Vano gimana, ngambeknya Vano bagaimana.
Siapa tahu saja marahnya Vano itu menghancurkan barang-barang, dan lagi di kamar Sasha banyak k-stuff yang dia jaga dan dia sayangi.
Sasha benar-benar tidak tahu dan cemas.
---
Vanonya besok yaa... Di "JUMPA CAST 3"Hehe, IKON hari ini kan😂
PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dasha-Evanescent (COMPLETED)
Teen Fiction[Demi kenyamanan dalam membaca, silahkan terlebih dahulu follow akun retjeh ini karena mungkin akan ada chapter yang diprivate. Dan kalau membaca, jangan lupa vote and comment, jangan jadi silent readers] Usahakan untuk memberikan vote dan komentar...