NOW PLAYING : KISS & MAKE UP -DUA LIPA FT. BLACKPINK
---
Ara adikku Sayang-Sasha
---Saat Sasha ingin membuang kertas tersebut, tiba-tiba Sasha teringat sesuatu. Teringat saat dirinya dan Dava berada didepan gerbang rumahnya, saat itu Sasha sempat melihat sekilas tangan Dava memasukan sesuatu ke totebagnya dan tangan satunya digunakan untuk mencubit pipinya dan mungkin benar jika saat dia membuka isi totebag di restaurant kertas itu tidak ada.
---
Sasha mengurungkan niatnya untuk membuang kertas tersebut dan memilih menyimpannya di laci mejanya. Kemudian Sasha segera turun ke lantai dasar.Saat Sasha sudah sampai dimeja makan, disana sudah ada Vano, Ara dan juga Nio.
"Kak Sasha buruan. Hari ini hari pertama Nio sekolah, dan Nio gak ingin telat gara-gara Kak Sasha," omel Ara pada Sasha.
Sasha menatap Ara dengan heran. Nio saja hanya diam menyantap makanannya dan tidak khawatir dengan hari pertamanya kenapa bisa malah Ara yang sekhawatir ini.
Sasha duduk disamping Vano dan langsung menyantap sarapannya sebelum terkena semprot Ara lagi.
"Kak, titip salam buat Kak Dava ya," ucap Ara sambil mengedipkan sebelah matanya.
Sasha menahan nafasnya beberapa saat dan menatap Ara sengit.
"Gak ada titip-titipan," ucap Sasha yang membuat Ara mengebrak meja.
"Cepat dihabisin katanya gak mau telat," ucap Nadin untuk melerai perdebatan antara Sasha dan Ara.
Ara langsung memakan sarapannya dengan beringas, benar kata bundanya, dia harus cepat supaya tidak telat.
Ara yang menyadari banyak mata yang kini tengah memperhatikannya langsung mengangkat kepalanya.
"Apa?" tanya Ara sambil meminum susunya.
"Santai Ra makannya," ucap Vano sambil menghabiskan sisa makanannya.
"Keselek gue ketawain," tambah Sasha.
"Kak Ara, Nio gak masalah kok kalo telat," Nio mulai menyuarakan pendapatnya.
"Bunda sama Ayah juga pagi ini enggak ada meeting kok sayang," Nadin pun ikut menyuarakan pendapatnya.
Ara segera berdiri dan keluar dari dalam rumah dengan tas yang sudah dipakainya.
Saat sampai didepan pintu, Ara sempat menoleh kebelakang sebelum akhirnya membanting pintu dengan cukup keras.
Sasha dan Vano juga ikut berdiri dan berjalan keluar menyusul Ara.
Sesampainya diluar, Vano langsung mengeluarkan motornya.
"Sejak kapan ada motor dirumah?" tanya Sasha heran pasalnya kemarin Vano tidak membawa apapun ke rumahnya.
"Sejak kemarin. Salah lo pacaran mulu jadinya gak tau kan," ucap Vano.
"Siapa juga sih yang pacaran, sok tau," gerutu Sasha.
Vano hanya mengangkat bahu tidak peduli.
Sasha mengedarkan pandangannya mencari Ara. Bukannya tadi Ara sudah keluar, tapi kenapa diluar juga tidak ada.
Sasha terus mengedarkan pandangannya hingga berhenti saat melihat seseorang didalam mobil bundanya.
"Didalam mobil ternyata," gumam Sasha sambil berjalan menghampiri Ara.
Sasha membuka pintu mobil dan menemukan Ara tengah membaca sebuah komik anak-anak.
"Kak Sasha ngapain disini, sana pergi," ucap Ara tanpa mengalihkan pandangannya dari komik yang tengah dia baca.
"Cuma lihat juga," ucap Sasha sebelum menutup pintu mobil.
Sasha melihat Vano yang sudah siap diatas motor dan juga orangtua serta adiknya sudah keluar.
"Kak sekolahnya barengan sama Vano aja ya, biar irit bensin," ucap Ardi pada Sasha.
"Gak mau Yah, nanti rambut Sasha berantakan," ucap Sasha pada Ardi yang akan membuka pintu mobil.
"Ya pakai helm dong kak," ucap Nio sambil menunjuk-nunjuk kepalanya.
Sasha menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Benar juga kata Nio, pakai helm. Kenapa Sasha mendadak lambat dalam berpikir sih, gerutu Sasha dalam hati.
"BUN, HELMNYA MANA?" teriak Sasha pada Nadin yang sudah masuk lagi ke dalam rumah.
Setelah diberi tahu tempat menyimpan helm, Sasha langsung bergegas mengambilnya.
"Van kalau beli motor itu yang matic aja kenapa sih," gerutu Sasha yang merasa kesusahan saat menaiki motor Vano yang sama seperti motor Dava.
Vano hanya mengangkat bahu acuh. Dalam hati Vano membatin jika dirinya memakai motor matic pasti dirinya yang akan duduk dibelakang dan Sasha didepan.
Setelah Sasha sudah naik, Vano segera menjalankan motornya karena sebelumnya dirinya sudah berpamitan pada Ardi dan Nadin, tapi tidak tahu dengan Sasha apakah sudah berpamitan atau belum. Vano tidak peduli soal itu.
Selama diperjalanan, Vano dan Sasha sama-sama diam. Vano yang tengah fokus pada jalanan yang sangat padat dan Sasha yang tengah memikirkan keadaan ponselnya saat ini.
Bagaimana jika ponselnya kembali dalam keadaan yang tidak utuh, bagaiamana jika foto biasnya ada yang hilang, bagaimana jika Dava membajak sosial medianya, bagaimana bagaimana dan bagaimana. Itulah pertanyaan yang menghiasi pikiran Sasha saat ini.
Karena sibuk dengan pikirannya, Sasha hingga tidak sadar jika sudah sampai disekolah.
Sasha tersadar ketika ada siswa lain yang menepuk-nepuk lengannya. Siswa lain, bukan Vano. Karena saat Sasha sadar dirinya tidak menemukan Vano didepannya. Yang Sasha lihat didepannya, tempat yang Vano tempati tadi sudah kosong.
Sasha yang tahu dirinya seorang diri diatas motor yang sudah berhenti dan duduk melamun dibelakang tanpa pengemudi langsung bergegas turun karena malu, banyak siswa yang melihatnya dengan tatapan aneh.
Sasha berlari kearah tangga yang menuju lantai dua, lantai dimana tempatnya berada.
Saat sudah sampai di tangga, Sasha tidak sengaja melihat Dava yang berada lantai tiga, terlihat dari celah antar tangga.
Sasha mempercepat langkahnya menuju tempat Dava berada. Meskipun Sasha tahu lantai tiga adalah lantai kelas dua belas berada.
Brukk
Sasha tidak sengaja bertabrakan dengan seseorang. Saat Sasha menongakkan kepalanya, Sasha menemukan Arka yang menatapnya datar.
---
Budayakan vote setelah membaca:')PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dasha-Evanescent (COMPLETED)
Teen Fiction[Demi kenyamanan dalam membaca, silahkan terlebih dahulu follow akun retjeh ini karena mungkin akan ada chapter yang diprivate. Dan kalau membaca, jangan lupa vote and comment, jangan jadi silent readers] Usahakan untuk memberikan vote dan komentar...