NOW PLAYING: GOODBYE ROOD - IKON
___
Barangku sayang.
___"Cuma tiga hari kak, santai," kata Ardi sambil melirik Sasha lewat kaca depan.
Tiga hari? Santai? Dari mananya tiga hari itu cuma. Dan bagaimana Sasha bisa santai kalo tadi sempat ada sepatu yang mendarat di kepala Vano.
Sasha belum mengenal Vano sepenuhnya. Marahnya Vano gimana, ngambeknya Vano bagaimana, Sasha tidak tahu.
---
Sesampainya di rumah, Sasha dan Ara segera keluar dari mobil meninggalkan Vano yang masih terlelap.Ara berlari kedalam rumah ketika melihat mobil Nadin sudah terparkir di garasi samping.
Sasha yang akan melangkahkan kakinya untuk mengikuti Ara ke dalam tiba-tiba terhenti karena panggilan dari Ardi.
Sasha dengan terpaksa menghampiri ayahnya yang masih di dalam mobil.
"Bangunin Vano, ayah harus kembali ke kantor," ucap Ardi.
"Ayah aja yang bangunin Vano," kata Sasha sambil memohon pada Ardi.
"Udah Ayah coba tapi Vano gak bangun juga, bangunin cepetan," Ardi sudah menghidupkan mesin mobilnya.
Dengan malas Sasha membuka pintu mobil belakang, tepat disamping Vano.
"Van," kata Sasha sambil mendorong-dorong bahu Vano.
Sasha menatap Vano sebentar. Masih tertidur juga.
Sasha kembali mencoba membangunkan Vano dengan cara halus.
Setelah berkali-kali mencoba namun Vano juga tidak bangun, Sasha teringat cara Morin membangunkam Vano.
"BANGUN WOY," teriak Sasha tepat di depan muka Vano.
Ardi yang sedari tadi diam tiba-tiba terperanjat dikursinya saat mendengar teriakan Sasha.
Vano saat itu juga langsung membuka mata dan menatap orang didepannya dengan tatapan horor.
Sasha yang melihat Vano sudah terbangun langsung berlari masuk ke dalam rumah.
Saat sudah didalam rumah, Sasha segera berlari menuju lantai dua, lantai dimana kamarnya berada.
Saat Sasha sudah membuka pintu, darahnya tiba-tiba memanas melihat dua bocah yang kini sedang memainkan beberapa lightsticknya dan ada beberapa album yang sudah tidak ditempatnya.
Ditambah saat Sasha melihat sticker yang memang tidak dia pasang sudah terpasang sembarang dilantai kamarnya.
Sasha hanya mampu berjalan dengan sisa tenaga yang dimiliki. Ia rasa kakinya sudah tidak sanggup untuk mendekati dua bocah tersebut.
Sasha berjalan dengan pelan karena kakinya sudah sangat lemas.
Brukk
Tubuh Sasha benar-benar sangat lemas hingga Sasha menjatuhkan tubuhnya dilantai.
Photobook yang selama ini Sasha jaga dari siapa saja kini salah satu dari photobook itu sudah tidak berbentuk lagi.
Robekan kertas dimana-mana. Sasha tidak sanggup melihat itu.
Sasha langsung berdiri dan menangkap salah satu lightstick yang dia punya karena hampir terjatuh saat Ara meletakkannya sembarang disamping kasur.
Ara dan Nio yang menyadari kakaknya sudah datang segera berlari keluar dari kamar tersebut.
Wajah Sasha benar-benar tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kehidupan.
Sasha memandangi k-stuff yang selama ini dia jaga kini telat tak terbentuk.
Sasha memunguti beberapa k-stuff yang masih bagus dan menatanya kembali ke rak.
"JIDAT GUE UDAH SAKIT DAN LO JUGA MAU BIKIN TELINGA GUE TULI?" teriak seseorang yang baru saja memasuki kamarnya.
Sasha tau itu Vano, namun Sasha tidak berminat untuk berdebat dengan Vano, melihat Vano saja Sasha tidak berminat.
Vano yang melihat ada yang berbeda dengan Sasha langsung menghampiri Sasha.
"Lo kenapa?" tanya Vano pada Sasha.
Sasha tetap tidak menjawab dan tetap memunguti k-stuff miliknya yang berada dilantai.
Vano ikut memunguti barang-barang Sasha dilantai, namun saat itu juga Sasha segera mengambil barangnya dari tangan Vano.
"Hei lo itu sih? Kok jadi lo yang marah kan seharusnya gue yang marah sama lo?" ucap Vano kesal.
"Lo gak liat apa semua k-stuff gue dirusak sama adik gue sendiri," ucap Sasha sambil membenarkan letak lightsticknya.
Vano hanya mengangguk lalu setelah itu ia keluar dari kamar Sasha.
Saat Vano keluar dari kamar Sasha, Vano melihat Ara dan Nio yang sedang berada di kamar yang saat ini ia tempati.
Vano hendak melangkahkan kakinya ke dalam kamarnya namun niatnya ia urungkan. Ia memilih melanjutkan langkahnya ke lantai bawah.
"Tan," sapa Vano pada Nadin yang sedang memotong sayuran.
"Iya Van, ada apa? Lapar? Ngantuk?" tanya Nadin yang membuat Vano mengerucutkan bibirnya.
"Kayaknya Tante abis ini bakal keluar uang banyak deh Tan," ucap Vano yang membaut Nadin menghentikam aktivitasnya.
"Maksud Vano?" tanya Nadin memastikan.
Vano menduduknya tubuhnya dikursi makan.
"Ya itu Tan, sekarang Sasha lagi meratapi barang-barangnya yang tadi Ara sama Nio rusak," ucap Vano sambil menyeruput minumannya.
Saat itu juga Nadin segera berlari ke lantai dua, dimana kamar Sasha berada.
"Kak, kenapa?" tanya Nadin saat sudah sampai dikamar Sasha.
Sasha hanya menunjuk robekan photobooknya berserakan dilantai dan beberapa lightstick yang setengah pecah.
Nadin menggigit bibirnya saat melihat apa yang Sasha tunjukan.
"SASHA GAK MAU TAU POKOKNYA BUNDA SAMA AYAH HARUS GANTI, SASHA GAK MAU TAU!" teriak Sasha yang membuat Nadin semakin menggigit bibir.
Nadin segera keluar dari kamar Sasha dan mencari keberadaan Ara serta Nio.
Nadin hampir saja menuruni anak tangga namun ia hentikan saat mendengar suara orang bercakap-cakap dari kamar Vano.
Nadin melangkahkan kakinya menuju kamar Vano dan saat dia membuka pintu, Nadin menemukan Ara, Nio dan Vano sedang memainkan play station milik Vano.
Nadin duduk diantara mereka bertiga dan menatap Ara dan Nio.
"Bunda kenapa?" tanya Ara dengan berhati-hati.
Nadin tersenyum pada Ara dan Nio.
"Bunda gak kenapa-napa, tapi uang Bunda yang akan kenapa-napa," ucap Nadin masih dengan senyumnya.
"Nio gak ngapa-ngapain barangnya Kak Sasha Bun, Nio cuma liatain Ara doang tadi," bela Nio pada dirinya.
Ara menatap Nio tajam. Tidak terima dengan ucapan Nio.
---
Gimanaa comebacknyaa IKON?? MANTULL KANNN😂PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dasha-Evanescent (COMPLETED)
Teen Fiction[Demi kenyamanan dalam membaca, silahkan terlebih dahulu follow akun retjeh ini karena mungkin akan ada chapter yang diprivate. Dan kalau membaca, jangan lupa vote and comment, jangan jadi silent readers] Usahakan untuk memberikan vote dan komentar...