Jangan lupa tebar-tebar bintang terlebih dahulu. Perilaku baik bisa ditanamkan dari hal-hal kecil✨✨✨🌠🌠🌠✨✨✨
PLAGIATOR DILARANG KERAS UNTUK MENDEKAT!!!🐣🐣🐣
🐑🐑🐑
Karena orang lain bisa berbicara tanpa harus mengetahui keadaan sebenarnya.
🐑🐑🐑"Liat, pacar gue aja bilang lo sama gue itu saudara," ucap Dava dengan tidak sengaja menyebutkan jika Sasha adalah pacarnya.
Sasha menginjak kaki Dava dengan keras. Dia sudah mengorbankan album kpopnya untuk Morin supaya diam tidak memberi tahu siapapun jika dirinya dan Dava pacaran dan kini, Dava dengan mudahnya memberi tahu Arka dan Rachel jika dirinya dan Sasha tengah berpacaran.
---
"Kalian berdua, pacaran?" tanya Rachel."Iya, kenapa? Dia yang terakhir bagi gue," ucap Dava dengan bangga.
"Semoga ya, yang terakhir," ucap Rachel dengan nada rendahnya.
Sasha segera pamit pada Arka dan Rachel setelah itu Sasha langsung menarik Dava untuk mengikutinya.
"Dav, lo apaan sih ngomong seenaknya gitu sama orang lain. Lo tau gak sih, gue rela ngasih album gue buat Morin supaya tutup mulut dan lo, lo malah ngomong seenaknya," ucap Morin sambil menatap Dava.
Dava menarik Sasha menuju rooftop sekolahan, tempat yang jauh dari siswa lainnya.
Setelah sampai di rooftop, Dava menagkup wajah Sasha dengan tangannya.
"Kenapa kalau semua orang tahu? Lo malu pacaran sama gue?" tanya Dava.
Sasha hanya diam. Memang lebih baik diam untuk saat ini.
"Oh benarkan dugaan gue? lo malu pacaran sama gue," Dava melepaskan tangkupan tangannya di wajah Sasha dan berjalan meninggalkan Sasha.
"Dav," panggil Sasha pada Dava yang akan menuruni anak tangga.
Dava menoleh pada Sasha. Membiarkan pacarnya tersebut berbicara.
Sasha berjalan mendekati Dava dan berhenti tepat dibelakang Dava. Sasha membalikkan Dava supaya berhadapan dengannya.
"Gue gak pernah malu pacaran sama lo, gue senang punya pacar kaya lo. Tapi gue disini siswa baru Dav, apa yang akan dibilang orang nanti sama gue. Secara lo itu siswa populer di sekolahan ini,"
Sasha mengalihkan pandangannya dari Dava. Mata tajam Dava seolah-olah sedang mencari jawaban lain.
Namun apa yang dikatakan Sasha benar adanya. Dirinya adalah siswa baru dan Dava adalah siswa populer di sekolah ini.
Sebenarnya Sasha sempat berpikir tidak akan memikirkan omongan orang, namun kini, pikiran dimasa datang menghantuinya.
"Hei, liat gue," Dava kembali menangkup wajah Sasha.
Dava memberikan senyum tulusnya pada Sasha, senyum yang hanya dibagi pada orang yang disayangnya.
"Gausah peduli sama omongan orang, orang cuma bisa ngomong tapi gak tahu yang sebenarnya terjadi," Dava menjeda ucapannya.
"Anggap aja omongan orang itu angin lalu. Dan percaya sama gue, gak akan ada yang bakal ngomongin kita. Percaya itu, semua orang senang kenal sama lo," Dava mencoba meyakinkan Sasha.
Sasha meneteskan air matanya, bagaimana bisa dirinya memiliki pacar seperti ini.
"Peluk?" tanya Dava sambil tersenyum lebar.
Sasha memukul lengan Dava dan segera menghapus air matanya dengan kasar.
"Jangan gitu hapus air matanya, nanti mata lo sakit kalo lo ngehapusnya kasar kaya gitu. Sini biar gue aja, jangan nangis lagi nanti berkurang cantiknya dan jangan pernah nangis gara-gara gue," Dava menyingkirkan tangan Sasha dan mulai menghapus air mata Sasha.
"Mata lo bagus, gue suka," ucap Dava pelan.
"Dan untuk album kpop yang bakal lo kasih buat Morin, nanti gue ganti," ucap Dava lagi.
Sasha menyingkirkan tangan Dava dari wajahnya. Dava tidak tahu yang menjadi beban Sasha untuk memberikan album itu pada Morin.
"Dav, sebenarnya gue gak masalah buat ngasih album kpop sama Morin, tapikan Morin sukanya sama Boy Grup yang juga gue suka. Dan lagi gue ikut pre-order langsung buat dapetin itu album," ucap Sasha dengan pelan.
Dava tersenyum tipis. Tahu yang Sasha maksud, untuk mendapatkan album tersebut Sasha berusaha keras dengan mengikuti pre-order langsung.
"Iya, nanti kita ke outlet itu lagi dan beliin album buat Morin, bilang aja sama Morin kalau itu belinya juga ikut pre-order," ucap Dava.
Sasha menatap Dava tidak percaya. Apa Dava benar-benar akan membelikan album untuk Morin? Padahal dirinyalah yang menjanjikan Morin album.
Dava segera mengajak Sasha untuk turun kebawah.
"Tadi lo kok tumben sama Rachel dan Arka?" tanya Dava yang merasa heran karena tidak biasanya Sasha bersama Rachel dan Arka.
"Tadi gue itu sebenarnya mau cari Vano tapi malah ketemu sama Kak Rachel," ucap Sasha.
"Cari Vano? Tadi gue liat Vano masuk ke perpustakaan,"
Sasha langsung menoleh ke arah Dava setelah Dava mengucapkan kalimat Vano masuk ke perpustakaan.
Sasha segera berlari menuju ke perpustakaan meninggalkan Dava.
"Yang pacarnya itu siapa sih? Vano apa gue? Kalau gue ngilang dari hadapan dia aja gak dicari, ini Vano yang hilang dicari-cari," Gerutu Dava kesal.
Jika begini Dava merasa diduakan dengan sepupu Sasha sendiri.
Dava segera menyusul Sasha yang sudah menghilang dari pandangannya.
Sesampainya Sasha di perpustakaan, Sasha melihat Vano dipojok perpustakaan masih lengkap dengan hoodie dan masker.
Sasha berjalan mengendap-endap supaya Vano tidak berlari lagi.
Namun tiba-tiba suara mengangetkan dirinya dan juga Vano yang tengah asik dengan ponselnya.
"Asal ninggal aja," ucap seseorang dibelakang Sasha.
Sasha segera menoleh kebelakang dan menemukan Dava disana. Sasha melototkan matanya, meminta Dava supaya diam.
Dan saat Sasha kembali melihat kedepan, ke tempat Vano berada, Sasha tidak menemukan Vano disana.
Di tempat lain, kini Vano tengah berlari kecil dan sesekali menoleh kekebelakang, memastikan Sasha masih jauh darinya.
"Untung tadi ada Dava," ucap Vano penuh syukur.
Vano kini berjalan menuju tempat yang mungkin tidak diketahui oleh Sasha.
Dari pagi dia sudah bersembunyi dari Sasha dan tidak lucu jika tiba-tiba Sasha mengetahuinya, batin Vano.
Vano melangkah masuk kesalah satu ruangan di sekolahnya. Ruang musik. Tempat dirinya bisa menghabiskan waktu berjam-jam.
Vano segera duduk didepan sebuah keyboard dan menghidupkannya.
Sudah menjadi kebiasaannya untuk mengisi waktu luang dengan bermain musik disamping kegemarannya dengan dunia game.
Disisi lain kini Sasha tengah mencari-cari Vano ditemani oleh Dava.
"Lo sih Dav tiba-tiba datang terus bikin suara," gerutu Sasha kesal pada Dava.
Dava mengaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal. Dirinyakan tidak tahu jika ternyata Vano belum menyadari keberadaan Sasha.
Sasha berjalan meninggalkan Dava sendiri dan memilih kembali ke kelas.
---
DAVA RICH MAN DONG YA!!! BABANG DAVA AKU PADAMU😍😍NEXT CHAPTER KALO VOTENYA UDAH 20+ DAN COMMENTNYA 15+
PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dasha-Evanescent (COMPLETED)
Teen Fiction[Demi kenyamanan dalam membaca, silahkan terlebih dahulu follow akun retjeh ini karena mungkin akan ada chapter yang diprivate. Dan kalau membaca, jangan lupa vote and comment, jangan jadi silent readers] Usahakan untuk memberikan vote dan komentar...