Happy reading
Don't forget to vote and comment---
Ketakutan yang sebenarnya tidak perlu ditakuti, karena pada dasarnya ketakutan tersebut hanya bayangan yang menghantui dan tidak akan terjadi selama kepercayaan terjaga.
---
Sasha mencoba tersenyum saat melambaikan tangan pada keluarganya.Percayalah dirinya akan segera kembali.
Saat sedang berjalan ke boarding room, Sasha tidak sengaja berpapasan dengan seseorang, namun tidak mereka sadari.
---
Kini Dava sudah ada di boarding room setelah melakukan check in.Dirinya hanya tinggal boarding dan take off. Setelah itu Dava benar-benar akan meninggalkan Indonesia untuk sementara waktu.
Dirinya benar-benar seorang pengecut yang memilih lari meninggalkan masalah yang harusnya dia hadapi.
Dava memandang kosong kedepan, jika waktu dapat diputar, Dava tidak akan mengucapkan kalimat yang sangat ia sesali hingga kini. Meminta Sasha memutuskannya? Bodoh, dirinya benar-benar bodoh. Hanya untuk dekat dengan Sasha saja, dirinya sampai harus mengikuti kemanapun Sasha pergi dan menunggu disamping rumah Sasha.
Flashback on
Saat Dava dan teman-temannya akan menuju kantin sekolah, tidak sengaja Dava berpapasan dengan seorang siswi yang tidak pernah Dava lihat sebelumnya.
Dan menurutnya, perempuan tersebut sangat cantik dengan rambut yang dibiarkan terurai.
Sebuah senyum tipis menghiasi wajah Dava dengan sebuah tekad.
Dava akan segera mengetahui siapa perempuan tersebut.
Perempuan tersebut menghilang dari pandangan Dava saat Dava berbelok menuju dimana kantin berada.
Dava benar-benar merasa penasaran untuk segera tahu siapa perempuan tersebut.
Belum sampai di kantin, Dava membalik arah menuju ruang kepala sekolah. Pasti siswa baru, batin Dava.
Saat sampai di depan ruang kepala sekolah, Dava memilih melanjutkan jalannya seolah-olah hanya sekedar lewat saja karena seorang laki-laki keluar dari ruangan tersebut.
Hampir sepuluh langkah, Dava menoleh kebelakang laki-laki tersebut sudah tidak terlihat.
"colon mertua," ucap Dava lirih sambil berbalik arah dan berjalan menuju jendela ruang kepala sekolah sekolah.
Dava mengamati perempuan tersebut dari balik jendela. Siapapun dia, Dava akan segera memilikinya. Dava tidak peduli dia sudah memiliki pacar atau belum, yang pasti Dava akan segera memilikinya.
Jika ada yang mengatakan dirinya egois karena selalu saja ingin mendekati banyak perempuan, Dava tidak peduli karena kali ini Dava sangat yakin jika dia adalah perempuan yang terakhir baginya.
Dava memperhatikan perempuan tersebut sangat fokus hingga tidak sadar ada yang berdiri dibelakangnya.
"Balik ke kelas sana," ucap seseorang dari belakang dengan suara dingin.
Ada yang berbicara dengannya? Disaat dirinya tengah sibuk memperhatikan calon masadepannya? Batin Dava sambil meramalkan umpatannya.
Dengan terpaksa Dava menoleh kebelakang dan menemukan Arka yang menatapnya datar.
Dava mengangguk sekilas dan langsung pergi. Daripada harus beradu mulut pagi-pagi begini, lebih baik Dava pergi.
Tidak boleh ada yang merusak mood yang telah ia bangun dengan indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dasha-Evanescent (COMPLETED)
Teen Fiction[Demi kenyamanan dalam membaca, silahkan terlebih dahulu follow akun retjeh ini karena mungkin akan ada chapter yang diprivate. Dan kalau membaca, jangan lupa vote and comment, jangan jadi silent readers] Usahakan untuk memberikan vote dan komentar...