Saat jalan dan tujuan kita berbeda, saat itu waktu memberi kita tahu bahwa kita tidak ditakdirkan untuk bersama.
---Bahkan, Vano tidak yakin dengan apa yang diucapkan Dava padanya tadi pagi. Selama kenal dengan Dava, Vano sadar jika Dava tidak pernah benar-benar mencintai pacar-pacarnya yang kini sudah menjadi mantan Dava.
Karena itu semua, Vano berusaha benar-benar menjaga perasaan Sasha dengan harapan jika suatu saat nanti Dava meninggalkan Sasha, Sasha tidak akan terjatuh terlalu dalam.
---
"Gue gak mau sayurnya," ucap Sasha sambil menyingkirkan beberapa sayuran dipiringnya.Vano menepis tangan Sasha. Dengan mudahnya Sasha menyentuh makanan padahal tangannya sudah menyentuh banyak barang.
Beberapa sayuran yang tadi sempat Sasha singkirkan, kini sudah berada disendok bersama nasi.
"Buka mulutnya," ucap Vano agar Sasha membuka mulutnya.
"Gue gak mau sayurnya," Sasha tetap kekeh tidak ingin memakan sayuran.
Namun Vano juga tetap kekeh meminta Sasha memakan sayuran. Biar pun sayuran tersebut sudah tersentuh oleh tangan Sasha, Vano tidak peduli, jika sakit kan Sasha sendiri yang akan menanggungnya.
"Buka mulut atau gue yang bakal bukan mulut ko!" Vano kini terlihat serius.
Namun bagi Sasha, ucapan Vano sangat bercanda. Mungkin Vano hanya akan menyuruhnya membuka mulut sampai nanti.
Sasha tidak juga sayur. Sasha lebih memilih mendengarkan Vano mengomel daripada harus memakan sayuran tersebut.
"Buka atau?" Vano menggantungkan ucapannya.
"Atau apa? Udah sana keluar. Gue gak jadi laper," ucap Sasha sambil mendorong Vano untuk keluar.
Vano tersenyum licik. Sasha benar-benar tak menghiraukan ucapannya? Baiklah Vano tidak akan meminta Sasha membuka mulut untuk makan lagi.
"ARA NIO SINI," Teriak Vano memenggilk kedua adik Sasha tersebut.
Tak perlu menunggu lama, yang dipanggil segera datang.
Ara dan Nio datang dengan berlari dan langsung Nio langsung mengikat tangan Sasha dengan scarf yang semalam Sasha kenakan, dan Ada langsung menindih kaki Sasha.
Setelah dirasa Nio cukup kuat dalam mengikat tangan Sasha. Nio beralih membuka paksa mulut Sasha dengan tangannya dibantu oleh Ara.
Tawa terdengar dari mulut Vano. Sudah Vano tebak jika ini akan terjadi.
"AYAH BUNDA TOLONG," Teriak Sasha sambil bergerak meronta-ronta.
Sasha menatap Vano kesal. Ini pasti sudah direncanakan oleh Vano untuk menistakannya.
"Makanan datang," ucap Vano sambil mengarahkan sendok kemulut Sasha.
Sasha menerima makanan tersebut dengan terpaksa. Tidak mungkin Sasha mengeluarkan makanan yang ada didalam mulutnya dikasur miliknya.
"Ditelan kak," ucap Nio sambil mengusap pipi Sasha.
Ingin rasanya Sasha menepis tangan Nio. Namun sayang, Sasha tidak bisa melakukan itu karena ikatan ditangan ya sangat kuat.
"Lepasin," ucap Sasha sambil menendang apapun yang ada dibawahnya.
"Kak Sasha mau kakinya Ara ikat biar jalannya kayak ulat? Kak Sasha itu harusnya bersyukur memiliki saudara seperti kami ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dasha-Evanescent (COMPLETED)
Teen Fiction[Demi kenyamanan dalam membaca, silahkan terlebih dahulu follow akun retjeh ini karena mungkin akan ada chapter yang diprivate. Dan kalau membaca, jangan lupa vote and comment, jangan jadi silent readers] Usahakan untuk memberikan vote dan komentar...