NOW PLAYING : FOREVER YOUNG - BLACKPINK
___
Tiba-tiba semuanya berubah saat bersama lo - Dava
___"Lo mau bilang apa? Hah?!" ucap Sasha yang semakin membuat Dava panas dingin.
Dalam hati Dava merutuki ucapannya tadi, perempuan didepannya ini adalah seseorang yang telah membuatnya jatuh hati dan dengan mudah dirinya mengucapkan kalimat yang sudah dia wanti-wanti untuk tidak mengatakannya saat sedang bersama Sasha.
Nasi sudah menjadi bubur.
---
Sasha menatap Dava tajam sedangkan Dava yang ditatap begitu hanya menatap kebawah.Entah lenyap begitu saja sikap Dava yang suka menantang lawan bicaranya saat sedang berbicara dengan Sasha.
"Sha, maksud gue tuh tadi plasti mereka orang korea," alibi Dava untuk menutupi ucapan awalnya.
Sasha cengo setelah mendengar ucapan Dava barusan, plasti? Sasha baru mendengar kata itu detik itu juga.
"Terus kenapa kalo mereka orang korea?" tanya Sasha kembali memojokan Dava.
Dava mengaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Ya kan Korea itu dingin,jadi orangnya ganteng-ganteng kaya gue," ucap Dava.
Sasha ingin berlari saat itu juga, dingin dan ganteng tidak ada hubungannya.
"oh iya, lo kan gatau kalo calon pacar lo ini itu orang korea," ucap Dava sebelum melangkahkan kakinya menelusuri outlet itu.
Sasha diam sebentar, orang korea? Dava? Sasha sangat tidak yakin dengan ucapan Dava. Memang raut wajah Dava itu sedikit mirip orang korea dan mata Dava yang sipit. Namun tetap, Sasha tidak yakin.
Sasha menghampiri Dava yang kini telah berada didepan etalase yang sempat dia datangi tadi. Dan, Dava tengah melihat poster girlband Korea.
"Kalo lo orang korea, berarti ada kemungkinankan kalo wajah lo itu hasil operasi plastik seperti apa yang akan lo bilang tadi? Lo kan haters," selidik Sasha pada Dava.
Dava melototkan matanya sebagai respon ucapan Sasha barusan.
Selama ini tidak ada yang mengatakan itu, dan sekarang, perempuan yang dia cintailah yang mengatakan itu.
"Gantengnya gue itu asli, gak ka-"
"Apalagi? Lo mau bilang apalagi? Gantengnya mereka itu gak asli? Dan kalaupun gak asli yang penting mereka gantengnya asli dimata gue, lagi pula, mereka punya yang namanya bakat. Gak kaya lo, bakat nyinyir aja digede-gedein," ucap Sasha pada Dava.
Nyinyir? Dava ingin berkata kasar pada perempuan didepannya tersebut. Namun dia sadar, orang didepannya adalah orang yang dicinta.
Sasha melangkahkan kakinya menjauhi Dava dan melihat-lihat stiker kembali.
Dava benar-benar sedang diuji sekarang ini.
Jika boleh mengingat, Dava ingat betul dirinya jika sedang bersama fans kpop yang lain selain Sasha. Jika mereka sudah mengatakan sesuatu yang membuat Dava tidak suka maka Dava akan balik mengatakan sesuatu yang membuat mereka marah.
Tapi sekarang, saat bersama Sasha. Baru Dava ingin mengatakan sesuatu yang berhubungan dengan kpop saja sudah membuat Sasha marah.
Dan lagi, marahnya Sasha hanya akan membuat Dava hampir kehabisan nafas.
Dava tidak bisa. Dava benar-benar tidak bisa jika harus membuat Sasha marah meskipun biasanya Dava akan membuat fans kpop lainnya marah.
Benar kata orang, cinta merubah segalanya.
Dava segera mengikuti Sasha yang sudah berpindah tempat lagi.
Dava hanya mengikuti Sasha tanpa ingin berbicara dengan Sasha, hanya Dava satu dua kali berkomentar tentang barang-barang yang terdapat di outlet tersebut.
Tentu itu membuat Sasha sangat risih diikuti Dava. Tidak sedikit pula yang memperhatikan mereka berdua.
Apalagi komentar Dava yang terkesan menjatuhkan. Sasha ingin sekali segera menyeret Dava keluar namun barang-barang di outlet tersebut menahan Sasha untuk melihat mereka.
Sasha melihat pelayan outlet tersebut mengeluarkan beberapa photobook terbaru dari dalam kardus.
Saat pelayan tersebut sudah pergi kembali, Sasha segera melangkahkan kakinya menuju etalase tersebut.
Saat Sasha melihat cover photobook tersebut, mata Sasha langsung berbinar.
Namun sesaat kemudian setelah melihat kearah keranjang bawaannya, binar mata Sasha langsung menghilang. Digantikan raut wajah kecewa karena barang yang akan dibeli setelah dia total menggunakan kalkulator di ponsel sudah hampir satu juta. Sedangkan Ardi hanya memberikan dia uang satu juta saja dan ditasnya tidak ada uang lain selain uang pemberian Ardi.
Sasha kembali menaruh photobook tersebut ketempatnya semula.
Kemudian Sasha langsung menuju kasir.
Setelah membayar k-stuff yang dibeli, Sasha segera keluar.
Saat diluar, Sasha tidak melihat Dava keluar dari outlet tersebut.
Awalnya Sasha akan meninggalkan Dava. Buat apa juga dia menunggu Dava karena dia bisa pulang sendiri.
Namun saat baru dua langkah Sasha meninggalkan halaman outlet tersebut, Sasha teringat jika uangnya hanya tinggal sepuluh ribu rupiah saja.
Sasha dengan terpaksa menunggu Dava keluar. Sasha tidak berminat menyusul Dava kedalam, Sasha hanya menunggu Dava dikursi yang tersedia didepan outlet.
"Ngapain sih tu anak didalam, katanya benci, gasuka, eh sekalinya masuk ga keluar-keluar," gumam Sasha sambil memainkan ponselnya.
Selama menunggu Dava keluar, Sasha berkali-kali menelfon Vano namun tetap tidak dijawab. Sasha yakin, Vano masih tidur atau mungkin sedang bermain dengan Ara dan Nio.
"Lama amat sih, keburu malam," gerutu Sasha.
"Oh masih disini, kirain udah pulang duluan," ucap Dava yang baru saja keluar.
Sasha langsung berdiri dan menatap Dava sebal.
"Lo tuh ngapain didalam, katanya gasuka sama hal-ha yang berbau kpop," ucap Sasha pada Dava yang tengah memengangi paper bag seperti yang Sasha bawa dari dalam ditangan kanannya.
Dava hanya tersenyum sekilas, tidak menyangka jika Sasha menunggunya.
"Emang, tapi kalo sama orang didepan gue meskipun berbau kpop gue tetap suka," Dava menyipitkan matanya.
Sasha hanya mendengus sebal, tiada waktu tanpa sebal pada Dava.
"Lama tau," gerutu Sasha lagi.
Dava lagi-lagi hanya tersenyum.
"Kan gue kirain lo udah pulang, gak nyangka kalau lo mau nebeng gue lagi, kan tadi berangkatnya lo juga mukulin gue terus," ucap Dava dengan nada kesal dibagian akhirnya.
Sasha menggaruk rambutnya yang tidak terasa gatal, teringat beberapa jam tadi.
"Nih," ucap Dava sambil menyerahkan totebag yang dia bawa dari dalam outlet pada Sasha.
Sasha awalnya ragu untuk menerima totebag itu, namun Dava terus-terusan menyodorkan paper bag itu pada Sasha dan dengan terpaksa Sasha menerima.
Saat Sasha membuka paper bag itu, mata Sasha langsung membulat sempurna.
Sasha mengalihkan pandangannya dari dalam paper bag itu ke arah Dava.
"Ini beneran?" tanya Sasha dengan wajah yang masih shock.
Dava hanya mengangguk singkat lalu segera memakaikan helm pada Sasha.
---
Suka gak suka gak??????? Pleasee kasihh tauu gueee,,,banyak notif yang gamunculll jadinya gatauu siapaa aja yg udhh ngevote:'(PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dasha-Evanescent (COMPLETED)
Teen Fiction[Demi kenyamanan dalam membaca, silahkan terlebih dahulu follow akun retjeh ini karena mungkin akan ada chapter yang diprivate. Dan kalau membaca, jangan lupa vote and comment, jangan jadi silent readers] Usahakan untuk memberikan vote dan komentar...