NOW PLAYING : BEAUTIFUL TIME - NCT DREAM
___
Tak sampai 50 jam.
___"Gue," Sasha menjeda ucapannya.
"Kenapa?" tanya Dava.
"Kebelet pipis,"
Dava melepaskan tangannya dari wajah Sasha. Kebelet pipis? Dava merasa seperti orang bego saat ini.
---
Sasha tertawa melihat Dava yang menatapnya tanpa berkedip. Sasha sangat menyukai ekspresi Dava saat ini, sangat."Kenapa ketawa?" Tanya Dava tanpa intonasi.
Sasha hanya menggelengkan kepalanya sambil menutup mulutnya dengan tangannya untuk menghentikan tawanya.
Setelah Sasha dapat meredakan tawanya, Sasha langsung menarik Dava untuk mengikutinya.
Dava hanya menuruti kemana Sasha berjalan tanpa berminat untuk bertanya.
Selama berjalan, Dava sesekali tersenyum tipis, Sasha menggandengnya. Padahal dari kemarin dirinyalah yang memaksa untuk menggandeng Sasha, namun sekarang tanpa dipaksa, Sasha sudah menggandeng dirinya.
"Dav, lo bisakan main dance dance revolution?" tanya Sasha tanpa melihat ke arah Dava.
Dava mengaruk tengkuknya yang tidak gatal, dance dance revolution? Apa itu? Bahkan Dava baru mendengar permainan itu dari mulut Sasha barusan.
Selama 17 tahun Dava hidup, Dava tidak pernah bermain di zona permainan tersebut dan pergi ke sana hanya saat menemani keponakan tercintanya saja, hanya menemani tidak sampai ikut bermain.
Sasha yang belum mendengar jawaban Dava pun menghentikan langkahnya dan melihat ke arah Dava.
"Gak bisa? Jadi lo hidup jadi anak kota dapet apa aja?" tanya Sasha pada Dava.
"Dapet pengetahuan caranya menghujat pasukan pla-" Dava menghentikan ucapannya, Sasha sudah mendelik tajam padanya. Tidak mungkin Dava harus membuat kesalahan yang ketiga kalinya pada Sasha.
Dava tersenyum kikuk pada Sasha.
Sasha berdecak malas sebelum pada akhirnya menarik Dava lagi menuju area bermain yang disediakan pusat perbelanjaan tersebut.
Sasha berhenti di depan permainan dance dance revolution dan mengeluarkan powercardnya.
"Dav lo mau ikut main apa enggak?" tanya Sasha sambil menggesek powercard pada swiper yang tersedia.
"Gak," jawab Dava singkat.
Sasha sedikit kaget dengan jawaban Dava barusan, singkat.
Beberapa detik kemudian Sasha sudah memulai permainannya dan tidak mempedulikan Dava yang berdiri ddibelakang menungguinya.
Dava hanya memperhatikan Sasha yang tengah asik dengan dunianya.
Sebuah ide tiba-tiba muncul dikepala Dava, Dava menjauhi Sasha yang tengah asik sendiri dan berjalan menuju salah satu mainan disana. Mesin capit boneka.
"Untung kartunya masih didompet gue," gumam Dava sambil mengeluarkan powercard milik keponakannya yang masih tertinggal didalam dompetnya.
Dava menggesekkan powercard pada swiper yang tersedia dan mulai memainkan mesin tersebut dengan segala kemampuan yang Dava miliki.
Berkali-kali Dava mencoba namun selalu gagal. Dava berhenti menggesekkan powercard lagi karena Dava sedikit ragu jika masih ada saldo didalam powercard tersebut.
Dava menghembuskan nafas kesal, 8 kali dia mencoba dan selalu gagal.
Bisa-bisa rencana memberi Sasha hadiah juga ikut gagal jika begini.
Dava menyingkir beberapa langkah dari mesin tersebut karena ada anak kecil yang akan bermain juga.
Dava memperhatikan anak kecil tersebut bermain, sangat mudah kelihatannya namun saat Dava mencoba kemudahan tersebut berubah menjadi kesulitan.
"Kak, sini Anya pinjam powercard milik kakak," ucap anak kecil tersebut setelah berhasil mendapatkan boneka dalam sekali gesek.
Dava menggaruk kepalanya yang tidak gatal, antara senang ada yang mau membantunya dan bingung tentang isi saldo pada powercardnya.
Namun pada akhirnya Dava memberikan powercard tersebut.
Dava mengusap dadanya lega, powercard miliknya masih dapat digunakan.
"Kakaknya mau boneka yang mana, kasih tau Anya biar ana ambilin," ucap anak tersebut dengan pandangan fokus ke box di depannya.
Dava memberi tahu boneka yang dia inginkan untuk diberikan pada Sasha pada Anya.
Selama Anya sibuk dengan tuas dan box didepannya, Dava hanya memperhatikan dengan rasa kagum pada Anya yang lincah menggerakkan tuasnya, tidak seperti dirinya.
"Nih kak, seperti yang kakak ganteng inginkan," ucap Anya sambil memberikan boneka yang Dava inginkan dan mengembalikan powercard milik Dava.
"Makasih ya," ucap Dava sambil menerima boneka dan powercard.
Anak kecil bernama Anya tersebut lalu berjalan menjauhi Dava.
Beberapa meter dari tempat Dava berada, Sasha sudah selesai bermain dan turun dari lantai dance.
Saat Sasha turun, Sasha tidak menemukan Dava disekitarnya. Sasha berdecak malas dan berjalan mengelilingi area permainan tersebut.
"Mana sih tu bocah, asal ngilang aja," gumam Sasha sambil mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru area permainan tersebut.
Sasha berhenti mencari Dava dan duduk dibangku yang tersedia.
Sasha mengeluarkan ponselnya dan mencari kontak telephone seseorang yang sempat dia berdebatkan. Calon imamku. Itulah kontak telephone yang Sasha cari. Siapa lagi jika bukan kontak telephone Dava.
Sebenarnya Sasha hendak menganti nama kontak Dava, namun Dava melarangnya dan mengancam jika Sasha menganti nama kontak telephonenya, Dava akan membajak semua sosial media milik Sasha.
Sasha memencet tombol mulai panggilan dan sebuah nada dering berbunyi dibelakangnya.
Saat Sasha menoleh kebelakang, Sasha menemukan Dava berdiri dibelakangnya dengan tangan kiri dibelakang tubuh.
"Gak usah ditelephone, gue disini kok bae," ucap Dava sambil ikut duduk disamping Sasha yang kosong.
Sasha mematikan panggilan telephone dan memasukan ponselnya kedalam tas.
"Untung gak gue tinggal pulang," ucap Sasha tanpa melihat kearah Dava.
"Ya kalau ditinggal pulang boneka ini gue kasih aja ke orang lain," Dava mengeluarkan boneka dari balik tubuh dan memainkannya.
Sasha melirik ke arah boneka yang dibawa Dava. Lucu. Mau. Dava ngeselin.
Sasha mengangkat bahu acuh dan mencoba tidak tergoda dengan boneka yang dibawa oleh Dava.
Dava tertewa kecil melihat ekspresi Sasha.
Perempuan disampingnya benar-benar membuatnya jatuh. Jatuh sangat dalam. Sangat dalam hingga membuatnya takut kehilangan walau baru mengenal tak sampai 50 jam.
---
Budayakan vote setelah membaca:')PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dasha-Evanescent (COMPLETED)
Teen Fiction[Demi kenyamanan dalam membaca, silahkan terlebih dahulu follow akun retjeh ini karena mungkin akan ada chapter yang diprivate. Dan kalau membaca, jangan lupa vote and comment, jangan jadi silent readers] Usahakan untuk memberikan vote dan komentar...