JANGAN LUPA VOTE TEMAN-TEMAN KARENA VOTE ITU GRATIS. TINGGAL TEKAN AJA GAPERLU HARUS KE BANK BUAT BAYAR OKAY.
---
Gue pernah ngerasain kehilangan lo yang amat menyakitkan dan gue gak mau pacar lo ngerasain hal yang sama kaya gue - Nata
---"Siapa yang nelfon," tanya Nata tanpa melihat kearah Sasha karena fokus menyetir.
"Bukan. Dava, pacar gue,"
---
"Return my phone," ucap Dava saat Vrila lagi-lagi merebut ponselnya."Wow, sudah berdering," Vrila tidak menanggapi ucapan Dava namun ia merasa senang saat telephonenya tersambung.
Mendengar itu, Dava membulatkan matanya. Ia harus berbicara apa jika Sasha mengangkat telephonenya.
Salah Dava mengajak Vrila ke supermarket, Vrila memanfaatkan kesibukannya saat memilih makanan, seharusnya Dava mengantarkan Vrila pulang bukan seperti saat ini, Ia malah membuat dirinya semakin lama bersama Vrila.
Dava merasakan tangannya sudah berkeringat dingin. Dava saat ini tengah menyiapkan kata-kata saat suara Sasha muncul diponselnya.
Berbeda dengan Dava yang sudah berkeringat dingin, Vrila terlihat sebaliknya. Vrila sangat antusias dengan hal ini.
"Halo," ucap seseorang diseberang sana. Suara itu, Dava sudah beberapa hari tidak mendengarnya dan kini ia mendengarnya lagi.
Vrila memberikan ponsel tersebut pada Dava dan mengambil alih troli belanjaan Dava.
"Aku akan membayarnya. Berikan aku uang, " ucap Vrila.
Dava segera meraih atm yang diberikan oleh asisten rumah tangganya pada Vrila dan setelah itu, Vrila segera pergi.
"Kalau gak ada perlu gue matiin ya telfonnya," ucap Sasha diseberang lagi karena Dava tidak kunjung membuka suara.
Berkali-kali Dava mengatur nafasnya hingga ia merasa siap. Sasha sudah merubah panggilan, Dava akan mengikuti Sasha supaya Sasha merasa nyaman meskipun dalam hati Dava sangat tidak terkontrol.
"Apa kabar Sha?" sangat canggung.
"Baik," balas Sasha singkat.
Seulas senyum nampak diwajah Dava. Tidak terlalu buruk. Mungkin Sasha sudah membaik keadaannya setelah ia tinggalkan malam itu.
"Sha, maafin gue waktu itu ninggalin lo sendiri dan gue harap kita bisa baikan. Tapi kalau lo emang udah gak mau sama gue, gue ikhlas karena emang gue bukan orang baik buat lo,"
Selesai mengucapkan itu, Dava merasa nafasnya kembali tidak teratur. Seharusnya Dava tidak mengatakan itu, namun disisi lain Dava juga perlu mengatakan itu agar hubungannya dengan Sasha jelas.
Sedang ditempat lain, Sasha menggigit bibirnya. Dava meminta dirinya untuk segera mengakhiri hubungan mereka atau bagaimana?
"Dan untuk hubungan kita gimana? Jujur gue takut kehilangan lo dan gue harap lo masih mau sama gue. Namun sekali lagi gue tekanan, gue bukan orang baik buat lo tapi gue masih sayang sama lo Sha. Bilang sekarang apa yang lo mau. Semisal lo minta mengakhiri hubungan kita, gue gakpapa, gue ikhlas, tapi semisal lo yakin sama gue, kita lanjutin hubungan kita. Cinta itu lucu ya, saat hubungan baik-baik aja, kita malah mengabaikannya dan saat hubungan kita renggang, kita selalu menyalahkan keadaan yang ada,"
Perkataan Dava membuat Sasha menggenggam erat seat belt yang ia kenakan.
"Jangankan perpisahan sama lo, jauh dari lo aja gue gak bisa. Gue udah berusaha ngikutin lo, gue kasih semua yang lo inginkan. Gue bahkan udah nerima kalau ada orang yang suka korea disekitar gue,"
Apa dirinya terlalu egois pada Dava? Membuat Dava seolah-olah orang paling bersalah? Sasha tidak masalah jika Dava menyukai dunia kpop ataupun menyukai girl group Korea seperti dirinya, tapi itu tidak mungkin karena image Dava selama ini adalah anti kpop. Disini yang salah adalah Dava yang mencoba memberikan semua barang yang Sasha sukai namun tidak Dava sukai. Sasha tidak suka dengan itu.
Saat Sasha tengah sibuk dengan pikirannya, seseorang menggenggam tangannya dengan erat.
"Gue keluar dulu. Lo selesaikan masalah lo. Jangan gegabah mengambil keputusan, pikirkan baik-baik Sha, jangan sampai lo terluka untuk kedua kalinya dan jangan sampai pacar lo merasa sangat kehilangan seperti gue yang kehilangan lo dulu," ucap Nata pelan hingga nyaris berbisik agar Dava tidak mendengarnya sebelum pada akhirnya Nata keluar dari mobilnya.
Sasha menganggguk. Ia akan melakukan apa yang Nata ucapkan. Nata benar, kehilangan itu sangat menyakitkan. Dulu, Sasha sangat menyayangi Nata sebelum pada akhirnya ia kehilangan Nata karena keegoisan yang Nata lakukan.
"maafin gue," ucap Sasha pada Dava diseberang.
"Gue gak pernah sadar kalau lo udah berusaha menjadi apa yang gue mau tanpa gue minta. Bahkan gue lebih takut kehilangan lo Dav. Gue udah pernah kehilangan seseorang yang gue sayang dulu dan sekarang, gue gak mau kehilangan seseorang yang sangat gue sayang. Jika waktu bisa diulang, gue gak akan nolak apa yang lo beri Dav, lo itu udah sangat baik sama gue. Lo udah selalu berusaha buat gue senang tapi selalu aja gue buat lo kecewa. Gue gak mau putusin lo, gue gak mau. Gue gak mau kehilangan orang yang gue sayang. Gue gak peduli apa yang bakal orang bilang tentang gue, yang pasti gue sayang banget sama lo," ucap Sasha yang sudah tidak mempedulikan egonya lagi.
Mempertahankan ego sama saja menjatuhkan Sasha sedalam-dalamnya ke lubang menyesalan.
Sesaat setelah itu, panggilan telepon terputus. Dava memutuskan panggilan telepon dengannya. Detak jantung Sasha berdegub dengan kencang.
Ada apa ini? Batin Sasha.
Namun beberapa detik kemudian, senyum Sasha terukur. Panggilan video call dari Dava. Tanpa berpikir panjang, Sasha langsung menekan tombol hijua.
"Gue bakal segera pulang," ucap Dava sambil tersenyum canggung pada Sasha.
Gue bakal segera pulang. Perasaan bingung tiba-tiba menghampiri Sasha, memangnya Dava sedang dimana sekarang? Bukannya Dava di Jakarta?
"Lo dimana?" tanya Sasha sambil melihat belakang Dava berdiri.
"Di Sydney. Udah lah pakai aku kamu lagi aja, biar romantis. Masa udah lama gak ketemu tiba-tiba canggung. Ya kan pacar? Eh, kamu masih pacar Madava Aurist kan?" Goda Dava sambil menyipitkan sebelah matanya.
Di Sydney. Dava sedang bercanda dengannya bukan? Bahkan belum genap seminggu mereka tidak bertemu dan kini Dava sedang berada di Sydney?
"Beneran, aku di Sydney gak bohong," seperti tahu apa yang sedang Sasha pikirkan, Dava menunjukkan sekitarnya.
"Masih pacar Madava Aurist kan?" tanya Dava diseberang.
Sasha nampak berpikir sebentar. Ia ingin sebenarnya menjahili Dava namun mungkin sekarang bukan waktu yang tepat. Ingin sekali Sasha mengatakan jika dirinya bukan pacar Dava lagi tapi Sasha takut itu hanya akan memperkeruh masalah yang ada lagi.
"Iya Ryeon Madava Aurist. Jangan lama-lama di Sydney nya. Nanti kecantol bule lagi," jawab Sasha sambil tertawa. Membuat percakapan mereka semakin membaik setelah beberapa hari tidak bertemu.
Dava nampak menoleh ke samping dan setelah itu menoleh kembali ke arah ponsel.
"Udah ya Bae, mau pulang udah malam," pamit Dava.
"Hati-hati disana," ucap Sasha lalu mematikan sambungan teleponnya dengan Dava.
Sasha membuka kaca mobil Nata dan melihat Nata yang berada diseberang jalan.
Baru saja Sasha akan memanggil Nata, namun Sasha mengurungkannya saat melihat Nata sedang merokok, lagi.
Dalam benaknya, Sasha bertanya-tanya apa selama ini Nata selalu merokok?
---
Votenya jangan lupa gaesss.. Bakal update lagi kalau votenya udah 30❤PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dasha-Evanescent (COMPLETED)
Teen Fiction[Demi kenyamanan dalam membaca, silahkan terlebih dahulu follow akun retjeh ini karena mungkin akan ada chapter yang diprivate. Dan kalau membaca, jangan lupa vote and comment, jangan jadi silent readers] Usahakan untuk memberikan vote dan komentar...