Bintangnya jangan lupaa ya sayanggg-sayangkuuu semuaaa👻
___
Jangan bermain api jika tidak ingin mendapat abu, karena tidak akan ada akibat tanpa didahului oleh sebab
___Sasha benar-benar tidak habis pikir dengan Vano. Pantas saja Tante Maya, ibunya Vano, meminta Vano tinggal bersama keluarganya.
"GUE BELUM BAHAGIA SAMA DAVA," teriak Sasha.
---
"SALAH LO JUGA MAKAN GAK DIRASAIN," teriak Vano balik."KOK JADI SALAH GUE? SEMUA SALAH LO! GAK DILIAT MAKANAN KAPAN," teriak Sasha lagi.
Hingga beberapa menit kemudian kamar Sasha hanya dipenuhi oleh teriakan Sasha dan Vano yang saling menyalahkan. Sasha dan Vano tidak sadar jika Morin masih disana, Menyaksikan pertengkaran mereka berdua.
"Sha, Van. Gue pulang dulu. Baik-baik kalian disini. Jangan saling membunuh," Ucap Morin lalu segera beranjak dari sana karena tidak ada yang menanggapi ucapannya.
Sasha menarik selimutnya dari kasurnya dan melemparkannya pada Vano. Sasha membelitkan selimut tersebut pada tubuh Vano.
"Sha lo mau ngapain? Jangan bunuh gue," ucap Vano sambil mencoba melepaskan lilitan selimut ditubuhnya.
"Gue mau lempar lo kebawah lewat jendela," ucap Sasha sambil terus melilitkan selimut pada tubuh Vano.
Vano semakin kalang kabut. Bagaimana jika Sasha benar akan melemparkannya kebawah?
Disela-sela kekhawatiran Vano, Vano mendengar suara mesin mobil memasuki halaman rumah ini.
"TOLONGIN VANOOOO," teriak Vano sekeras-kerasnya berharap seseorang mendengarnya.
"VANO GAK MAU LECET SEDIKIT PUN. DARAH VANO MAHAL HARGANYA," teriak Vano lebih keras lagi.
Sasha menahan tawanya mati-matian. Tidak menyangka jika Vano akan seperti ini. Berteriak layaknya anak kecil.
Sasha sudah bersiap untuk menarik Vano namun tiba-tiba seseorang membuka pintu kamarnya.
"Ya ampun kakak, mau kamu apain Vanonya," ucap Nadin histeris sambil berjalan kearah Vano.
"Tante tolongin Vano," ucap Vano memohon.
Nadin segera melepaskan lilitan selimut ditubuh Vano dengan pelan-pelan karena memang lilitan yang Sasha lilitkan sangat rumit.
Setelah Nadin selesai melepaskan lilitannya, Vano segera berdiri dan mengambil nafas.
"Kak kamu ini mau bunuh Vano atau gimana?" tanya Ardi yang baru saja datang.
"Iya Yah, Sasha mau bunuh orang yang udah ngasih Sasha makanan basi," ucap Sasha sambil melirik kearah Vano.
Vano balas melirik Sasha, disini bukan dirinya saja yang salah, namun Sasha juga karena tidak dapat merasakan antara makanan basi dan tidak.
"Makanan basi?" tanya Nadin bingung, pasalnya darimana Sasha dan Vano mendapatkan makanan.
"Iya Bun, Vano ngasih Sasha makanan basi," ucap Sasha sambil mengeraskan suaranya.
Nadin menatap Vano yang kini sudah duduk diatas kasur. Nadin ingin meminta penjelasan.
"Tan, gini. Vano tadikan dari rumah Vano terus di lemari makanan ada makanan, ya Vano bawa ajakan daripada basi. Eh ternyata udah basi duluan," ucap Vano sambil mengaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Tu-"
"Tapi Tan, disini bukan salah Vano semua. Sasha juga salah karena Sasha asal makan tanpa dirasain," Vano memotong ucapan Sasha yang belum selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dasha-Evanescent (COMPLETED)
Teen Fiction[Demi kenyamanan dalam membaca, silahkan terlebih dahulu follow akun retjeh ini karena mungkin akan ada chapter yang diprivate. Dan kalau membaca, jangan lupa vote and comment, jangan jadi silent readers] Usahakan untuk memberikan vote dan komentar...