DASHA-12 🌵 Hadiah Pertama 🌵

1.9K 124 3
                                    

NOW PLAYING : LOVE SCENARIO - IKON

___
Sesuai quotes favorite kalian jika sedang jatuh hati sama seseorang:v
___

Saat Sasha membuka paper bag itu, mata Sasha langsung membulat sempurna.

Sasha mengalihkan pandangannya dari dalam paper bag itu ke arah Dava.

"Ini beneran?" tanya Sasha dengan wajah yang masih shock.

Dava hanya mengangguk singkat lalu segera memakaikan helm pada Sasha.

Sasha yang akan mengeluarkan isi dari paper bag tersebut langsung terhenti pergerakannya karena Dava sudah naik keatas motor dan sudah menyalakan motornya.

"Ayo," kata Dava sambil menatap Sasha yang masih diam ditempat.

Sasha segera naik keatas motor Dava dan saat Sasha sudah naik keatas motor, Dava segera menjalankan motornya.

Saat diperjalanan, Dava yang tahu Sasha tidak perpegangan pada apapun langsung meraih tangan kiri Sasha yang tidak memengangi totebag dan membawa kepinggangnya.

Awalnya Sasha menarik tangannya dari pinggang Dava namun karena Dava melajukan motornya dengan cepat akhirnya Sasha kembali berpegangan pada pinggang Dava.

Dava lagi-lagi tersenyum. Dava sendiri bingung kenapa hari ini atau lebih tepatnya saat bersama Sasha dia lebih banyak tersenyum.

"Sha," ucap Dava setelah dia membuka kaca helmnya.

"Apa?" balas Sasha.

"Makan dulu ya, lapar gue," kata Dava sambil membelokkan motornya menuju pusat perbelanjaan didaerah tersebut.

Saat Dava sudah memparkirkan motornya di basement perbelanjaan itu, Sasha langsung turun dari motor dan segera melepas helmnya.

Setelah Dava sudah turun dari motor dan melepas helm yang dia kenakan. Dava langsung mengenggam tangan Sasha.

Sasha merasa terseret karena langkah Dava yang panjang sedangkan langkahnya hanya pendek-pendek.

Sasha sedikit berlari untuk menyamakan langkahnya dengan langkah Dava. Sesekali Sasha mencoba melepas genggaman Dava namun karena Dava mengenggamnya dengan kuat sehingga Sasha hanya menurut saja.

Dava menoleh kearah Sasha dan langsung berhenti saat melihat Sasha berlari kecil disampingnya.

"Ngapain lo lari?" ucap Dava heran pada Sasha.

"Lo masih nanya? Langkah lo itu panjang sedangkan langkah gue pendek, gue mau lepasin genggaman tangan lo juga gabisa. Ya kali gue keseret-seret terus," gerutu Sasha pada Dava dan sekali-kali menyentak-nyentak tangannya yang masih digenggam Dava.

Dava sedikit tertawa karena melihat wajah Sasha yang kesal. Lucu.

"Bilang dong bae dari tadi," Ucap Dava yang lagi-lagi menggunakan sebutan bae.

Sasha ingin memukul Dava lagi, namun keberuntungan sedang tidak berpihak padanya. Tangan kanannya sedang memengangi totebag dan tangan kirinya sedang digenggam Dava.

Dava dan Sasha memasuki sebuah restaurant cepat saji dan duduk disalah satu kursi yang kosong.

"Lo mau pesan apa?" tanya Dava pada Sasha yang sudah memainkan ponselnya.

"Alasan gue nebeng sama lo itu karena gue gak punya uang dan lo masih nanya gue mau pesan apa?" tanya Sasha pada Dava tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.

Dava merebut ponsel yang Sasha pegang dan menyimpannya disaku jaketnya.

"Ngapain sih lo, kembaliin sini" Sasha hendak meraih saku Dava namun terhenti saat Dava memengangi tangan Sasha dan menaruh daftar menu ditangan Sasha.

"Cepat pesan, awas aja kalo lo gak mau pesan dan terus sakit," ucap Dava dengan sedikit tegas dan itu sangat aneh terdengar ditelinga Sasha. Karena biasanya Dava adalah seorang penghujat dengan segala kenyinyirannya

Sasha tidak menolak dan dia segera memesan makanan karena sudah malam dan dia malas berdebat lagi dengan Dava.

Setelah memesan dan hanya tinggal menunggu pesanan mereka datang, Sasha membuka isi totebag yang diberikan oleh Dava dan mengeluarkannya.

Sasha terdiam lagi saat melihat isi totebag tersebut. Pasalnya didalam totebag tersebut terdapat dua photobook terbaru dan satu bantal boneka.

Sasha kembali memasukkan barang-barang tersebut ke totebag. Dan menyerahkan totebag tersebut ke Dava lagi.

Meskipun Sasha gila akan k-stuff tapi jika diberi oleh orang asing Sasha tetap tidak mau menerima.

Apalagi yang memberi Dava, seseorang sedari tadi Sasha pukuli dan maki.

"Ambil aja, gue sengaja beli buat lo," ucap Dava sambil mendorong totebag kearah Sasha.

Sasha melihat totebag tersebut. Meskipun Sasha sangat ingin memiliki photobook tersebut, tapi Sasha tidak enak hati menerimanya.

"Gausah diliatin terus, ambil aja. Malah gak guna kalau gue yang bawa. Kan lo tau kalau gue gak suka sama hal-hal yang berbau kpop. Jadi ambil ya, gue bakal ninggalin lo disini sendiri kalo lo gak ambil, anggap saja itu hadiah dari gue karena lo udah mau jalan sama gue," ucap Dava.

Sasha mendengarkan ucapan Dava dengan sedikit tertegun. Dan apa Dava bilang hadiah darinya karena sudah mau menemaninya? Bukankah Dava yang sejak tadi menemani dirinya?

Sasha tersenyum singkat pada Dava.

Sedangkan Dava yang melihat Sasha tersenyum padanya kini tengah menenangkan rasa bahagia yang berlebihan yang ada dalam dirinya.

"Beneran nih buat gue?" tanya Sasha pada Dava lagi.

Masih ada keraguan didiri Sasha karena Sasha perkirakan harga semua ini hampir empat ratus ribuan.

Dava menangkup kedua pipi Sasha dengan kedua tangannya.

"Masih nanya? Gue itu orangnya serius, jadi jangan raguin gue," ucap Dava menatap Sasha dalam.

Sasha bersusah payah menelan salivanya. Mencoba berpikir tenang dengan membayangkan jika orang didepannya saat ini adalah biasnya bukan Dava.

Namun selalu gagal. Biasanya Sasha selalu mudah membayangkan orang lain sebagai biasnya. Misal Dio, teman lama Sasha, Sasha akan selalu membayangkan jika Dio adalah biasnya karena dengan begitu Sasha akan selalu merasa dekat dengan biasnya.

Dava masih menangkup wajah Sasha dengan tangannya dan sekali-kali menekan-nekan pipi Sasha.

Dava menurunkan tangannya dari wajah Sasha saat pelayan sudah datang membawakan pesanan mereka.

---
PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT!!!

Dasha-Evanescent (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang