BINTANGNYA JANGAN LUPA BRUHH..
---
Apapun yang terjadi dengan dirimu dahulu tidak akan bisa membuat rasa yang aku miliki untukmu luntur.
---"Kamu mau bunuh aku?" tanya Sasha tajam kearah Dava.
"Enggak, tujuan aku disini buat membahagiakan dan menjaga kamu, bukan mencelakai kamu," ucap Dava sambil memakaikan blazer tersebut pada Sasha.
---
Sasha berdecak. Membahagiakan dan menjaga? Apakah hanya candaan Dava saja? Buktinya Dava menguncinya didalam mobil hanya membuka jendela sangat kecil dan membiarkannya berteriak-teriak malam-malam begini, itu yang namanya membahagiakan dan menjaga?Sejak awal Sasha menerima Dava, Sasha tidak mengharapkan apapun karena Sasha cukup tahu siapa Dava meskipun hanya sedikit informasi saja. Namun walau sedikit, informasi tersebut cukup mencerminkan siapa Dava.
Dan Sasha juga tahu jika Dava dan Rachel pernah menjalin hubungan sebelum pada akhirnya Rachel lebih memilih seseorang daripada Dava. Meskipun begitu, Dava menerima keputusan Rachel dengan senang hati tanpa ada beban sedikit pun. Sekarang, mereka berdua berteman seolah tidak terjadi apapun. Dan itu membuat Sasha sedikit merasa tidak nyaman dengan Rachel karena Sasha juga tidak tahu apakah Rachel sudah benar-benar tidak mengingat siapa Dava dulu dihidupnya atau hanya bersikap mencoba lupa.
Jika boleh memilih saat ini juga, Sasha memilih ingin pergi sejauh mungkin dari hidup Dava karena Sasha takut suatu saat nanti Dava akan meninggalkannya dan Sasha takut perasaan yang dimiliki Dava untuknya hanya permainan semata.
Namun, sekarang Sasha sudah terlanjur sayang dan cinta pada Dava yang membuat Sasha sulit untuk menjauh dari Dava.
Mungkin sekarang yang dapat Sasha lakukan adalah berharap supaya Dava akan terus bersamanya dengan segala kekurangan dan kelebihan yang Sasha miliki.
"Jangan melamun,"
Sasha tersadar dari lamunannya dan langsung memeluk Dava yang ada disampingnya.
Sasha benar-benar takut untuk kehilangan Dava, saat ini maupun suatu saat nanti.
"Jangan pernah tinggalin aku, aku takut," ucap Sasha dengan sesenggukan.
Dava yang bingung dengan Sasha yang tiba-tiba memeluknya dan menangis.
Dava menjauhkan Sasha dari dirinya dan mengusap air mata yang turun deras dari mata indah milik Sasha.
"Aku disini. Gak kemana-mana," ucap Dava sambil mengusap pipi Sasha.
"Jangan pernah bilang kata-kata itu lagi. Aku benci kata itu. Aku yakin kamu disini bersamaku, tapi itu sekarang. Dan untuk besok suatu saat nanti, aku gak bisa yakin kalau kamu masih disini bersamaku. Terlalu banyak hal yang akan datang dan aku yakin, aku percaya jika salah satu hal itu bakal misahin kita," ucap Sasha tanpa bisa mengendalikan air matanya yang terus-terusan keluar.
Dava menghembuskan nafasnya kasar. Kenapa Sasha tiba-tiba menjadi begini. Terlalu banyak hal yang Dava tidak sanggup menerimanya. Apalagi tentang ibunya yang meminta dirinya agar kembali ke Korea Selatan. Dava tidak sanggup menolak keinginan ibunya, namun disisi lain juga Dava tidak sanggup meninggalkan Sasha.
"Kamu bakal ninggalin aku kan? Iyakan?" tanya Sasha sambil mendorong-dorong lengan Dava.
Dava melihat Sasha dengan sedih. Dava tidak bisa menjanjikan apapun pada Sasha karena Dava takut janjinya akan membuat Sasha terluka.
"Kamu jahat Dav, kamu benar-benar jahat. Aku benci kamu,"
Diam. Itulah yang hanya bisa Dava lakukan . Dava tidak ingin mengucapkan sepatah katapun karena Dava sudah dapat menebak jika ucapannya akan membuat Sasha semakin menjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dasha-Evanescent (COMPLETED)
Teen Fiction[Demi kenyamanan dalam membaca, silahkan terlebih dahulu follow akun retjeh ini karena mungkin akan ada chapter yang diprivate. Dan kalau membaca, jangan lupa vote and comment, jangan jadi silent readers] Usahakan untuk memberikan vote dan komentar...