Happy reading 📖
Don't forget to vote and comment❤---
Mengawali semua hari dengan sesuatu yang baru.
---"Lo mau pesan apa? Gue traktir," ucap Aldo sambil melihat daftar makanan dipapan depan mereka.
---
2 hari kemudian.Dava menjalani hari-harinya di Sidney hanya di rumah saja. Dava tidak tahu harus kemana dan dengan siapa. Papanya? Bahkan sejak mengantarkan Dava, Reyhan langsung kembali bekerja dan selalu saja pulang larut malam dan kembali bekerja dipagi harinya. Begitu saja terus yang Dava rasakan selama tinggal di Sidney beberapa hari ini.
Bahkan Dava belum pernah berjalan-jalan disekitar rumahnya.
"Den Dava bisa ikut saya ke supermarket tidak? Sebenarnya jam kerja saya sudah habis dan setelah ini saya harus segera pergi lagi. Namun stok makanan dilemari sudah habis jadi saya minta tolong untuk membawa stok makanan tersebut pulang,"
Dava yang sedari tadi hanya menatap kosong televisi langsung menoleh kesumber suara. Asisten rumah tangganya.
"Ya, sebentar saya ambil jaket dulu," Dava mematikan televisinya dan berjalan ke kamarnya untuk mengambil jaket.
Asisten rumah tangganya memang hanya pekerja part time yang selalu berpindah rumah jika jam kerjanya selesai. Dan yang Dava syukuri adalah asisten rumah tangganya yang fasih berbahasa Indonesia meskipun bukan orang Indonesia. Dengan begitu memudahkan Dava untuk berinteraksi dengan asisten rumah tangganya.
Setelah mengambil jaketnya, Dava lantas mengikuti asisten rumah tangganya yang sudah berjalan keluar.
Dava berjalan hingga sampai dipemberhentian bus. Jalanan ini cukup ramai. Mungkin mereka akan pergi untuk makan siang.
Saat bus datang, Dava segera naik mengikuti asisten rumah tangganya.
"Apakah Den Dava akan berjalan-jalan setelah dari supermarket?" tanya asisten rumah tangga di rumah Dava.
"Saya akan segera kembali ke rumah setelah dari supermarket," jawab Dava sambil menatap keluar jendela.
"Pergilah ke Circular Quay atau ke Brondi to Bronto walk, saya lihat semenjak anda datang ke Sydney anda hanya menghabiskan hari di rumah saja. Bukankah itu membosankan hanya berdiam diri di rumah?" tanyanya.
Dava menoleh lalu menggeleng. Kedatangannya di Sydney bukan untuk jalan-jalan, namun hanya untuk menenangkan pikiran Dava.
"Saya mempunyai anak perempuan dan dia bisa mengajak Anda jalan-jalan. Dan jangan khawatir, dia bisa berbahasa Indonesia juga. Meskipun saya tahu Den Dava bisa berbahasa Inggris namun bukankah lebih menyenangkan jika menggunakan bahasa Ibu dari Den Dava," tawar asisten rumah tangganya.
Dava berpikir sebentar. Berjalan keliling Sydney bersama seorang teman sepertinya menyenangkan jika dibanding berjalan-jalan sendiri bukan? Dava menolak karena ia pikir ia akan berjalan-jalan sendiri namun kini Dava akan menerima tawaran asisten rumah tangganya tersebut.
"Dengan senang hati saya menerima tawaran Anda Mrs. Briska," Dava tersenyum pada asistennya tersebut.
"Jika begitu, lebih baik Anda belanja bersama anak saya nanti setelah berjalan-jalan. Ini daftar yang harus dibeli dan ini kartu untuk membayarnya," diserahkannya daftar belanjaan dan kartu kredit tersebut pada Dava.
"Nama anak saya, Vrila, dia anak yang ramah dan menyenangkan. Mungkin dia 4 hingga 5 tahun dibawah Anda," ucap Briska.
"Saya telfon anak saya dulu," lanjut Briska.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dasha-Evanescent (COMPLETED)
Teen Fiction[Demi kenyamanan dalam membaca, silahkan terlebih dahulu follow akun retjeh ini karena mungkin akan ada chapter yang diprivate. Dan kalau membaca, jangan lupa vote and comment, jangan jadi silent readers] Usahakan untuk memberikan vote dan komentar...