Happy reading, don't forget to vote, comments and share!
---
But you must trust me, I won't to betrayed you, forever
---Namun sesampainya di kamar, kamarnya sudah bersih dan itu membuat Sasha langsung melemparkan tubuhnya di atas ranjang tidurnya.
---
Selesai menghias seperti yang Dava minta, Vano segera memakai jaketnya kembali dan beranjak pergi dari sana."Siapa yang nyuruh lo pergi?" tanya Dava sambil menarik jaket Vano.
Vano tampak mendengus sebal lalu setelah itu, Vano menepis tangan Dava dari jaketnya dan menatap Dava meminta penjelasan.
"Telfon Sasha buat kesini tapi jangan bilang gue yang nyuruh," ucap Dava.
"Telfon aja sendiri," ucap Vano.
Dava menatap Vano seolah-olah ia tidak percaya dengan ucapan Vano. Tatapan Dava seolah-olah ia berkata, 'lo beneran gak mau? Lo udah setengah langkah buat dapet akun games gue,'
"Gue bilang apa ke Sasha?" ucap Vano pasrah.
"Ya terserah, pokoknya Sasha harus kesini," ucap Dava tanpa memberi solusi.
Ini gila. Batin Vano.
Dengan segala daya pikir yang Vano miliki, akhirnya ia menemukan sebuah ide yang sepertinya mampu membuat Sasha datang.
Vano mengeluarkan ponselnya dan mulai menghubungi Sasha.
Satu kali panggilan tak terjawab. Dua kali hingga lima kali panggilan masih tak terjawab.
"Lagi," perintah Dava yang langsung dituruti oleh Vano.
Tersambung.
"Apa?!" ucap Sasha dari seberang.
"Sha, tadi gue lupa bawa uang dan sekarang gue ada di cafe Time,"
"Terus?"
"Kesini Sha please, motor gue bisa disita sama pihak cafenya entar,"
"Emang gue pikirin,"
"Yaudah kalau gitu. Sha, gue mau bilang kalau gue liat Dava sama cewek di sini, ja-"
Belum sempat Vano menyelesaikan ucapannya, telepon diputuskan sepihak oleh Sasha.
Saat ini, Sasha segera bangun dari tidurnya dan bergegas menuju kamar mandi. Ia tidak tahu jika Dava pulang dan kemarin Dava hanya mengatakan jika ia akan segera pulang. Dan bagaimana bisa Dava berada di cafe bersama perempuan lain. Bagaimana bisa itu terjadi? Sasha menjadi gagal paham dengan situasi ini.
Tunggu, apa yang dikatakan Vano benar? Bagaimana jika Vano hanya membohonginya supaya ia datang ke cafe tersebut. Bodo amat dengan itu semau, batin Sasha, yang perlu ia lakukan saat ini hanya datang ke cafe yang Vano maksud untuk membuktikan perkataan Vano.
"Lo gila?" ucap Dava setelah mendengar ucapan Vano. Ia bersama perempuan lagi? Ini masalah.
"Lah kan tadi lo bilang terserah gue yang penting Sasha datang, yaudah tunggu aja bentar lagi Sasha datang. Gue pulang dan jangan lupa janji lo," ucap Vano sebelum pada akhirnya benar-benar meninggalkan Dava yang tengah cemas.
Sebenarnya Dava tidak perlu secemas ini jika itu memang tidak benar, namun entah mengapa Dava secemas ini dan mungkin itu terjadi karena beberapa hari tidak bertemu dengan Sasha.
Hampir 20 menit Dava menunggu perasaan was-was.
Dan kini saatnya telah tiba, Dava melihat Sasha keluar dari taksi dan masuk ke dalam cafe dengan tergesa-gesa. Tenang Dava, tenang, stay calm. Batin Dava sambil mengatur nafasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dasha-Evanescent (COMPLETED)
Teen Fiction[Demi kenyamanan dalam membaca, silahkan terlebih dahulu follow akun retjeh ini karena mungkin akan ada chapter yang diprivate. Dan kalau membaca, jangan lupa vote and comment, jangan jadi silent readers] Usahakan untuk memberikan vote dan komentar...