DASHA-21 🌵 Usaha Dava 🌵

1.6K 130 4
                                    

NOW PLAYING : I WILL GIVE IT FOR YOU - IKON

___
Setiap detik bersamamu adalah kebahagiaan lain untukku.
___

Sasha mengangkat bahu acuh dan mencoba tidak tergoda dengan boneka yang dibawa oleh Dava.

Dava tertewa kecil melihat ekspresi Sasha.

Perempuan disampingnya benar-benar membuatnya jatuh. Jatuh sangat dalam. Sangat dalam hingga membuatnya takut kehilangan walau baru mengenal tak sampai 50 jam.
---
"Beneran gak mau nih?" tanya Dava pada Sasha yang kini tengah menatap lurus kedepan.

"Cuma boneka dari mesin capit," gumam Sasha lirih namun masih dapat didengar oleh Dava.

Cuma boneka dari mesin capit? Tidak tahu saja Sasha jika untuk mendapatkan boneka tersebut Dava harus merasakan jatuh berkali-kali hingga seorang anak kecil datang membantunya.

Dava berdiri dan mengandeng Sasha untuk mengikutinya, dan Sasha hanya menurut.

Dava membawa Sasha ke salah satu toko boneka di mall tersebut.

"Ngapain kesini?" tanya Sasha sambil duduk di kursi toko tersebut.

Dava tidak menjawab dan memilih menarik Sasha untuk berdiri lagi.

"Apaan sih Dav," gerutu Sasha malas.

"Sana pilih boneka yang lo suka," ucap Dava sambil menunjuk rak besar yang menyimpan banyak boneka.

Sasha menatap Dava penuh selidik. Sebegitu mudahnya Dava memberikan barang kepada orang lain? Kemarin Dava memberikannya beberapa k-stuff dan sekarang akan memberinya boneka juga?

Sasha menggeleng tegas. Menolak tawaran Dava. Mungkin bagi Dava uang bukan segalanya, namun bagi Sasha, menerima sesuatu yang berlebihan dari seseorang tidak baik.

"Cepet pilih atau gue yang pilihan!" perintah Dava pada Sasha.

Dava berdecak kesal karena Sasha sangat merasa tidak enakan pada orang lain padahal Dava sudah menganggap Sasha sebagai orang yang akan sangat berarti dalam hidupnya nanti, seseorang yang akan merawat anak-anaknya kelak. Merawat anak-anaknya kelak.

Sasha masih diam tidak berkutik hingga membuat Dava sendirilah yang memilihkan boneka untuk Sasha.

"Gimana sih, tapi udah gue pilihan gak suka dan sekarang waktu gue suruh pilih sendiri gak mau. Untung sayang," gumam Dava lirih. Sangat lirih.

Dava melihat-lihat boneka yang ada didepannya. Meskipun Dava tidak terlalu tahu boneka seperti apa yang disukai oleh perempuan.

Dava mengambil sebuah boneka bus yang menurutnya bagus dan sebuah boneka bola basket yang lumayan besar.

"Nih," Dava menunjukkan boneka yang dibawanya.

Sasha menatap boneka yang dibawa Dava tanpa berkedip. Dava sedang tidak bercanda bukan? Boneka bus dan bola? Ingin sekali Sasha menangis ditempat.

"Baguskan?" tanya Dava dengan nada senang berharap Sasha menyukai pilihannya.

"Lo itu beneran mau kasih gue boneka atau enggak sih Dav? Kalau enggak mending lo antar gue pulang aja," ucap Sasha kesal.

"Beneran lah Sha, masa bohongan sih,"

"Boneka ini," Sasha menjeda omongannya dan mengusap pelan boneka yang dibawa oleh Dava.

"Cocoknya buat Ara, kalau enggak ya buat Nio. Bukan buat gue," lanjut Sasha sambil berdiri.

Dava diam sebentar dan memberikan boneka yang dibawanya kepada pelayan toko tersebut yang tidak sengaja lewat didekatnya.

Setelah itu Dava menarik Sasha untuk mendekat kearah rak boneka yang lainnya.

"Pilih, gak mau tahu pokonya lo harus pilih," perintah Dava lagi pada Sasha.

Awalnya Sasha ingin menolak lagi, namun melihat Dava yang kini tengah menatapnya tajam seolah-olah dirinya adalah mangsa yang siap terkam kapan saja.

Sasha memilih-milih boneka didepannya dengan sesekali melirik ke arah Dava yang kini tengah bersedekap tangan didepan dada.

'Ngeselin,' batin Sasha saat melihat Dava.

Setelah sekian lama Sasha memilih, akhirnya Sasha mengambil sebuah boneka beruang yang lumayan besar.

Dava tersenyum melihat Sasha. Jika begini akhirnya, Dava tadi tidak perlu bersusah-susah untuk mendapatkan boneka dari mesin capit.

Sasha memberikan boneka tersebut pada Dava.

Sasha dan Dava berjalan ke arah kasir dengan Dava membawa dua boneka, satu dari mesin capit dan satu dari toko tersebut.

"Ini mbak, jadinya berapa?" Dava memberikan boneka tersebut pada kasir yang berjaga.

"Sebenarnya sih mbak, saya itu sudah susah-susah dapetin boneka dari mesin capit. Tapi pacar saya yang cantik ini gak mau nerima," ucap Dava dengan nada yang terdengar sangat menyedihkan.

Sasha menginjak kaki Dava. Bagaimana mungkin Dava bisa semenyebalkan ini. Benar-benar membuat dirinya malu ditambah reaksi yang diberikan pelayan toko tersebut yang geleng-geleng kepala sambil tertawa.

Setelah selesai membayar, Sasha langsung keluar tanpa mempedulikan Dava.

Sasha ingin pulang dan tidur.

"Bae, tungguin dong," ujar Dava yang masih beberapa meter dibelakang Sasha.

Sasha masih tidak mempedulikan Dava dan memilih mempercepat jalannya.

Sasha beberapa kali mendengar Dava memanggil-manggil namanya.

Sasha berjalan hingga ia sampai disamping motor Dava. Sedangkan Dava masih beberapa meter dari tempat Sasha berada.

"Kok lo asal ninggal gue sih bae, entar kalau gue diambil orang lo sedih, nangis," ucap Dava sambil menyodorkan boneka yang sedari tadi dia bawa pada Sasha.

"Gak peduli tuh," ucap Sasha acuh.

Dava berdecak malas lagi-lagi. Dava memilih memakai helmnya dan setelah selesai memakaikan helm pada dirinya, Dava memakaikan helm pada Sasha daripada harus beradu mulut dengan Sasha.

Dan saat Dava sudah naik diatas motornya, Sasha mengikuti menaiki motor Dava dengan dua boneka dikedua tangannya.

Dava melajukan motornya keluar dari basement tersebut menuju rumah Sasha.

"Sha," panggil Dava pada Sasha diantara suara mesin kendaraan lainnya.

"Apa?"

Dava tersenyum dibalik helmnya. Memanfaatkan situasi yang ada. Dava tidak ingin menyia-nyiakan setiap detik waktunya bersama Sasha.
---
Budayakan vote setelah membaca ya kawan...

Dan jangan lupa buat ikuti aku di instagram @mikharnwa :')

Gamau tahu pokoknya vote nya harus 10 lebih baru aku mau update lagi- kalau enggak 10 lebih aku gak mau update //ngambek//

Babang Dava akan memberi kebahagian jiwa kalian di chapter selanjutnya- jadi 10 lebih!!!

***

PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT!!!

Dasha-Evanescent (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang