DASHA-19 🌵 Ujian Hidup 🌵

1.7K 117 0
                                    

NOW PLAYING : COOKTAIL - IKON

___
Karena hanya soal waktu perasaan seseorang dapat berubah.
___

"Enggak perlu kak, biar kita bayar sendiri aja," ucap Sasha dengan sopan.

Arka berdecak malas, lalu menganggukkan kepalanya.

Sasha dan Morin segera pergi dari sana sesudah membayar makanannya.
---
Sepulang sekolah, Sasha dan Vano sudah berada diparkiran motor.

"Van, tadi pagi kok lo ninggalin gue sih?" gerutu Sasha pada Vano saat mengingat kejadian memalukan tadi pagi.

"Salah lo pakai acara ngelamun segala," ucap Vano sambil memakai helmnya.

"Kan lo bisa sadarin gue bukannya malah lo tinggalin, malu gue Van malu,"

"Kan elo yang malu, bukan gue," Vano masih pada pendiriannya. Tidak salah walau telah meninggalkan Sasha sendirian dalam keadaan melamun.

Sasha memilih diam, percuma berdebat dengan Vano, dirinya juga yang akan kalah. Vano itu tidak punya hati, entah hatinya disimpan dimana sampai tega meninggalkan sepupunya diatas motor sendirian.

Sasha memakai helmnya dan salah satu kakinya sudah naik dipijakan namun tiba-tiba Dava datang. Dengan terpaksa Sasha turun dari motor Vano.

"Van, gue pinjam sepupu lo dulu ya," ucap Dava.

"Bawa aja," ucap Vano dengan mudahnya.

Sasha membuka mulutnya tidak percaya dengan obrolan dua orang didepannya. Mereka kira dirinya ini barang mungkin. Dan Vano, kenapa dia mudah mengiyakan kemauan Dava. Dalam hati Sasha mengumpati sepupunya tersebut. Sepupu durjana memang.

Dan lagi, darimana Dava tahu jika dirinya sepupunya Vano? Atau jangan-jangan Vano-

"VANO KENAPA LO TINGGALIN GUE," teriak Sasha yang melihat Vano yang sudah menjauh.

Dava menarik Sasha menuju motornya, tidak menghiraukan umpatan yang Sasha berikan padanya.

Setelah sampai dimotornya, Dava mengeluarkan jaketnya dan memakainya. Dava membiarkan Sasha yang sudah naik ke atas motornya.

"Gue naiknya gimana Sasha sayang?" Dava mengusap wajahnya gusar.

Motornya itu motor besar bukan motor bebek, di depannya juga ada tangki bensin. Bagaimana bisa dirinya naik jika Sasha sudah naik duluan.

Sasha hanya mengangkat bahu acuh, tidak peduli, salah siapa mengajaknya pergi. Dan dirinya tadi sudah akan pulang dengan Vano.

Dava berpikir sebentar, meminta Sasha turun sama saja membiarkan Sasha pergi. Namun jika Sasha tidak turun dirinya juga kesusahan menaiki motornya.

"Buruan," ucap Sasha.

Dengan terpaksa Dava melompat miring ke atas motornya, membuat motornya sedikit bergoyang dan tentunya membuat Sasha berteriak panik.

"Kok lo bego sih? Kalau jatuh tadi gimana?" ucap Sasha sambil berpengangan pada bahu Dava.

"Gue begonya juga karena lo, kalau kita jatuh ya tinggal ke rumah sakit," Dava mulai memakai helmnya.

Dava mulai menjalankan motornya dan selama diperjalanan hanya suara Dava yang menghiasi, tidak dengan suara Sasha.

Sasha membiarkan Dava berbicara sendiri, Sasha benar-benar ingin pulang dan tidur. Rencana tidur siangnya gagal karena diganggu oleh makhluk didepannya.

Dan Sasha tidak tahu Dava akan mengajaknya kemana, Sasha tidak tahu tentang daerah di Jakarta. Sasha hanya tahu satu hal, jalan yang mereka lewati berlawanan dengan jalan menuju rumahnya.

Dava mulai berhenti berbicara saat mereka memasuki salah satu pusat perbelanjaan, mall.

Sebenarnya Sasha hendak protes pada Dava kenapa dia membawanya ke mall tersebut padahal dia sangat malas melakukan apapun.

Dava masih berputar-putar di basement tersebut mencari tempat yang kosong.

"Turun," ucap Dava setelah memparkirkan motornya dan melepas helmnya.

Dava tidak ingin lagi harus turun melompat Seperi sewaktu menaiki motornya tadi.

Sasha hanya menurut dan segera turun dan motornya. Tidak Lupa Sasha juga ikut melepaskan helmnya.

Dava menggenggam tangan Sasha dan mulai memasuki lantai utama.

Saat Dava mendengar Sasha berkali-kali menghembuskan nafas kasar, Dava menghentikan langkahnya serta melepas genggaman tangannya pada tangan Sasha.

"Kenapa?" tanya Dava pada Sasha yang kini mengalihkan pandangan darinya.

Dava yang tahu Sasha tidak akan menjawab pun tahu jika Sasha tidak ingin jalan dengannya.

"Yaudah gue antar lo pulang," ucap Dava lalu berjalan ke arah motornya dan meninggalkan Sasha yang masih dibelakangnya.

Sasha mengusap wajahnya gusar, dia memang ingin pulang namun setelah melihat aura yang berbeda dari diri Dava sepertinya Sasha harus mengurungkan niatnya untuk pulang.

Sasha mengejar Dava yang kini tengah memakai helmnya. Sasha benar-benar tidak tahu dengan perubahan Dava, dan yang pasti Sasha tiba-tiba merasa takut.

Setelah sampai disebelah Dava yang sudah menaiki motornya, Sasha hanya bisa diam. Sasha benar-benar tidak tahu harus melakukan apa saat ini. Jika harus memohon-mohon pada Dava, Sasha tidak mau, Sasha masih mempertahankan harga dirinya.

Dava yang melihat Sasha hanya diam tanpa berniat memakai helmnya pun langsung mematikan mesin motornya yang sebelumnya sudah dia nyalakan.

"Kenapa?" Dava benar-benar sabar kali ini menghadapi Sasha, baru kali ini Dava sesabar ini pada orang lain, padahal biasanya Dava akan menjadi seseorang yang egois.

Dava menghela nafas pelan, bingung dengan orang disampingnya tersebut yang kini tengah memainkan jarinya sendiri. Tadi Sasha ingin pulang dan saat dirinya mengiyakan kemauan Sasha, Sasha malah tidak segera memakai helmnya.

Dava akhirnya melepaskan lagi helmnya dan turun dari motor. Setelah turun dari motornya, Dava langsung mengandeng Sasha lagi dan memasuki mall tersebut.

Sasha hanya mengikuti Dava yang kini telah beberapa centimeter didepannya.

"Lo kenapa sih bae?" tanya Dava karena Sasha masih saja diam.

2 hari menghabiskan beberapa jamnya dengan Sasha, Dava rasa dirinya sudah mengenal Sasha dengan jauh. Mengenal kepribadian Sasha yang mudah berganti-ganti.

Dava menghentikan langkahnya lagi dan menghadap ke arah Sasha.

Dava menangkup wajah Sasha dan mengarahkannya sedikit mengongak supaya menghadap ke arahnya.

"Lo kenapa hm? Gue gak marah kalau lo emang mau pulang," ucap Dava sambil mengusap pipi Sasha.

"Gue," Sasha menjeda ucapannya.

"Kenapa?" tanya Dava.

"Kebelet pipis,"

Dava melepaskan tangannya dari wajah Sasha. Kebelet pipis? Dava merasa sepeti orang bego saat ini.
---

PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT!!!

Dasha-Evanescent (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang