Don't forget to vote, comments, and share 🌟
---
Good bye My Beloved
---Kenapa harus drama yang itu, kenapa tidak School 2017 atau drama yang lainnya saja, batin Sasha ingin menangis.
"TAPI BOHONG," Teriak Dava dari ruangan yang lainnya.
"MAMA, SASHA MAU PULANG," Lanjut Dava.
---
"Besok aku gak bisa ketemu sama kamu soalnya ada yang harus aku urus. Gak apa-apa ya," ucap Dava saat dirinya dan Sasha sudah turun dari mobil."Gak apa-apa," jawab Sasha sambil menatap Dava.
Ia akan menghabiskan hari Minggu dengan Vano, Ara dan Nio sepertinya, Batin Sasha.
"Yaudah sana masuk," suruh Dava agar Sasha segera masuk ke dalam rumah.
Sasha mengangguk dan berjalan ke arah pintu rumahnya sebelum Dava menarik tangannya dan berakhir dalam pelukan Dava.
"I love you," ucap Dava sambil mencium kening Sasha.
Sebenarnya Sasha merasa sedikit aneh dengan Dava, tidak biasanya Dava begini, sedikit-sedikit cium pipi atau kening sedikit-sedikit mengatakan mencintai dirinya. Apa ada yang Dava sembunyikan darinya?
"Kamu kenapa?" tanya Sasha.
"Gak kenapa-kenapa. Gak mau aja jauh-jauh sama kamu," jawab Dava sambil melepaskan pelukannya pada Sasha.
"Emang kamu mau kemana?" tanya Sasha lagi.
Dava menggenggam tangan Sasha. Haruskah ia mengatakan yang sebenarnya? Tapi ia tidak sanggup mengatakan hal itu, lidahnya terlalu kelu untuk mengatakan hal itu.
"Aku gak kemana-mana, aku kan selalu ada di hati kamu, emang mau kemana lagi," Dava menambahkan sedikit nada candaan.
Udara semakin dingin dan hari semakin malam. Dava melihat jam tangannya, pukul 10 malam.
"Sana masuk, sleep well," ucap Dava.
Sasha mengangguk.
"I love you," ucap Dava.
"I love you more Ryeon Madava Aurist," ucap Sasha sebelum akhirnya masuk ke dalam rumah.
Dava memperhatikan pintu yang sudah tertutup. Ada sedikit rasa bersalah dalam diri Dava, kenapa ia harus berbohong pada Sasha. Tidak seharusnya ia melakukan itu saat Sasha sudah percaya padanya.
"Good bye My Beloved," ucap Dava lirih saat Dava sudah dapat melihat bahwa lampu kamar Sasha sudah mati.
Langkah Dava terasa berat harus meninggalkan Sasha namun bagaimana lagi, ini sudah pilihan yang terbaik bagi dirinya dan orang yang paling ia cintai, Sooya, mamanya.
Dengan perlahan Dava kembali ke mobilnya dan meninggalkan pekarangan rumah Sasha. Mungkin Sasha akan membencinya setelah ini, Dava yakin itu.
Berkali-kali kata maaf terlontar dari mulut Dava hingga ia sampai di rumah. Baru saja Dava akan turun dari mobil, ponselnya berbunyi.
"..."
"Iya besok di cafe biasa kita ketemu, jam 10 pagi gue tunggu disana."
"..."
"Jangan bilang siapa-siapa."
"..."
"Ya."
Dava menatap ponselnya saat panggilan tersebut telah berakhir dan Dava segera turun dari mobilnya. Hidupnya rumit. Sangat rumit.
Sesampainya di dalam rumah, mamanya berjalan menghampiri Dava.
"Tadi kamu udah bilang ke Sasha kan? Mama lupa ngasih tau sama dia kalau ki-"
"Dava mau tidur dulu Ma," Dava memotong ucapan mamanya dan bergegas menuju kamarnya.
Ia ingin segera tidur. Hari ini adalah hari yang membahagiakan untuknya dan juga hari yang sangat melelahkan baginya. Dava memikirkan bagaimana jika Sasha tahu dari orang lain dan bukan darinya? Ia ingin sekali memberi tahu Sasha sendiri namun ia merasa tidak sanggup mengatakan hal itu.
Banyak kemungkinan yang akan terjadi dengan dirinya dan Sasha. Dava akan menerima semuanya kecuali satu hal, hubungannya dengan Sasha berakhir, ia tidak ingin sama sekali hubungannya dengan Sasha berakhir. Itu cukup menyakitkan baginya dan bagi Sasha.
Tidak lama kemudian Dava terlelap dalam tidurnya. Memikirkan semua hal membuatnya sangat lelah dan juga melukai perasaannya.
Detik demi detik, menit demi menit, dan jam demi jam berjalan semestinya hingga tepat di pukul 4.35 pagi Dava bangun saat mamanya membangunkannya.
Dava mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamarnya dan melihat beberapa koper sudah terbuka dan juga beberapa pakaiannya sudah berada di dalam koper. Ia sungguh akan meninggalkan Sasha. Entah kenapa tiba-tiba air mata Dava turun tanpa ia minta dan saat itu juga Dava langsung menyekanya.
Selama ini ia tidak pernah menangis tapi entah bagaimana saat menyangkut dengan Sasha ia sungguh lemah. Mungkin benar jika cinta merubah segalanya.
"Bangun Dava. Masukin semua baju kamu ke koper," ucap Sooya sambil menarik anaknya untuk bangun.
"Iya Ma," ucap Dava sambil menyingkirkan selimutnya.
Dava bangun dan segera mencuci mukanya. Setelah itu Dava mengeluarkan semua pakaiannya hingga tak tertinggal satu pun kecuali pakaian yang akan ia kenakan hari ini yang sudah ia taruh di atdas kasur miliknya. Lemarinya benar-benar bersih.
Selesai dengan pakaiannya yang sudah tertata rapi di koper, Dava mengambil satu koper besar yang masih kosong dan membawanya keluar. Ia akan memasukkan semua sepatu miliknya dan milik mamanya ke dalam koper tersebut, hingga tak ada yang tersisa seperti semua pakaiannya yang tak ada yang tersisa di lemari.
"DAVA CEPETAN MANDI BIAR KAKAK CUCI PAKAIAN KAMU," Teriak Dara dari arah belakang.
Dava mengunci koper tersebut dan bergegas mandi. Tidak terasa jika sekarang sudah pukul 7.50 pagi. Dava masuk ke dalam kamarnya dan mengambil pakaian yang telah ia siapkan.
Berbeda dengan Dava yang sudah akan mandi, Sasha baru saja bangun jika saja kedua adiknya tidak mengganggu dirinya.
"Kak, ayo buat pudding," ajak Ara.
Sasha bangun dan mengambil ponselnya, tidak ada notifikasi dari Dava, mungkin Dava belum bangun. Batin Sasha.
"Pudding?" tanya Sasha.
Kedua adiknya langsung mengangguk semangat. Sasha berdecak malas dan berjalan keluar dari kamarnya diikuti kedua adiknya.
Sasha melihat persediaan pudding kemasan namun ia tidak menemukannya. Pantas adiknya meminta dirinya karena bunda tidak memiliki persediaan pudding kemasan yang mengharuskan ia pergi ke supermarket.
"Nanti kakak ke supermarket," ucap Sasha pada kedua adiknya.
"Sekarang Kak," pinta Nio sambil memanyunkan bibirnya.
Sasha menatap jam dinding dan sekarang pukul 8.20 pagi. Baiklah, ia akan pergi.
"Kakak mandi dulu. Vano mana?" tanya Sasha karena sedari tadi ia tidak melihat Vano.
"Di kamar, main game online," jawab Ara dan Nio bersamaan.
Sasha berjalan menuju kamar Vano dan benar saja, Vano tengah asik dengan laptopnya.
"Van," panggil Sasha dari depan pintu.
"Apa?" jawab Vano tanpa melihat ke arah Sasha.
"Anterin gue ke supermarket," ucap Sasha.
Vano melirik ke arah Sasha dan mencibir sengit. Tidak tahukah Sasha jika dirinya tengah bermain game online? Bisa-bisa jika ia mengantar Sasha ke supermarket, Dava sudah mengambil akun game onlinenya dari dirinya.
"Gak mau tau pokoknya lo harus nganterin gue. Sekarang gue mau mandi dan selesai gue mandi lo harus udah siap," ucap Sasha sebelum pergi dari sana.
---
PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dasha-Evanescent (COMPLETED)
Teen Fiction[Demi kenyamanan dalam membaca, silahkan terlebih dahulu follow akun retjeh ini karena mungkin akan ada chapter yang diprivate. Dan kalau membaca, jangan lupa vote and comment, jangan jadi silent readers] Usahakan untuk memberikan vote dan komentar...